36. Sinner

1.8K 79 1
                                    

36. Sinner
.
.
.

Hotel | Chicago,
Illinois.
11.45 AM.

"Calvin maafkan kejadian semalam... aku, aku terlalu brutal." Alina tertawa kecil.

Calvin hanya tersenyum kecil lalu menaruh piring makan siang mereka.

"Calvin....?"

Calvin memarik satu tangan Alina, senyum kecilnya mulai melebar lalu mulutnya memberi kata-kata manis untuk wanita Asia yang ia cintai. "Sudah tidak apa. Aku senang seseorang yang aku cintai membalas cintaku..."

Tidak! Tidak seperti ini!

Semula, tidak sejak awal Alina tidak memiliki rasa untuk Calvin tapi semenjak Calvin menjadi milik Dakota.... Alina tidak bisa menerimanya, semakin hari Alina berusaha mendekat pada Calvin agar suatu hari nanti saat Calvin benar-benar sudah milik Dakota Alina masih memiliki kenangan indah dengan Calvin.

Alina sadar dirinya jahat, dirinya keterlaluan dengan menginginkan Calvin tapi Alina tidak memaksa. Alina memegang teguh prinsipnya, kalau memang di takdirkan bersama pasti akan bersatu.

"Alina, jangan pernah merasa bersalah dengan rasa cintamu." Ucap Calvin kembali karena Alina diam saja.

Alina menunduk menarik panjang nafasnya lalu kembali menatap Calvin. "Aku merasa tidak tahu diri Calvin, menginginkanmu yang bukan milikku... kau jangan pernah melepas Dakota, dia sempurna."

Saat menyebut nama Dakota Alina merasa rendah, Dakota bagai bintang di langit hitam... bersinar, cerah, bahkan menyilaukan sedangkan Alina ia hanya perempuan biasa yang tidak punya kemampuan apapun.

"Alina...." Calvin menggeleng kecil.

"Dakota sempurna Calvin, dia perempuan baik, pintar, segalanya."

Baik? Alina sepertinya terlalu Insecure dengan Dakota sampai buta bahwa Dakota terkadang seperti iblis yang berniat mencelakainya.

Calvin tertawa pelan menghalau rasa sedih yang di mengelilingi suasana. "Jangan menangis kau tampak benar-benar mirip seperti babi."

Alina memukul pelan lengan Calvin. "Sialan."

"Alina, aku tidak akan meninggalkan Dakota jika bukan dia yang meminta.... tapi walau begitu kau selalu menjadi yang pertama."

"Lalu Dakota kedua." Alina menaikkan alisnya, kini berbalik Alina yang menggenggam kedua tangan Calvin mencium sesaat tangan hangat nan besar milik Calvin. "Calvin kau harus tahu aku tidak memaksa kehendak, aku tidak memaksamu menjauh atau berbuat kasar pada Dakota agar dia menjauh... aku selalu percaya pada takdir."

"Kau tahu mengapa aku jatuh cinta padamu sejak dulu?" Calvin menaikkan satu alinya. Alina menggeleng kecil memberi respons.

"Kau spesial, wanita Asia yang bodoh, ceroboh, apa adanya." Pujian Calvin begitu terdengar lembut seakan pujian itu benar-benar dari hati.

Walau Alina merasa bodoh dan bertingkah jahat tapi Alina masih merasakan senang. Senang karena Calvin mengetahui isi hatinya dan mendapat balasan.... banyak-banyak kata maaf Alina ucapakan dalam hati untuk Dakota.

Dakota wanita keras kepala, brutal, yang tidak punya akal selalu tidak pernah sadar bahwa menikah dengan Calvin adalah nerakanya seumur hidup.

...

Mendekati waktu jam pulang kantor Dakota menyempatkan menjemput Ellen untuk mendengar gosip yang wanita itu miliki.

Lima menit lalu pesan sudah Dakota kirim pada Ellen dan Adam tapi sosok ke dua temannya masih belum terlihat. Semakin di tungu Dakota semakin kesal dan bosan tapi pada akhirnya dua temannya muncul di depan sana sedang saling mendorong dan memukul sepertinya ada keributan kecil.

Playing With FireWhere stories live. Discover now