68. A walk to remember

1.9K 32 0
                                    

68. A walk to remember
.
.
.

Mendekati hari pernikahannya Dakota pindah ke rumah orang tuanya. Saat ini wanita yang memakai pakaian tidur tengah berdiri di tangga lantai dua menyaksikan beberapa orang sibuk membersihkan rumah dan menghiasnya, vas bunga beragam jenis ditaruh di segala sudut, lantai yang dilap sampai mengkilap, pengharum ruangan yang disemprot begitu banyak, dan beberapa foto bingkainya diganti. Melihat bagaimana sibuknya keadaan membuat Dakota kembali masuk kamar dan menatap sayu gaun putih berlengan panjang dari Alexander McQueen yang dirancang oleh Sarah Burton yang akan dia kenakan besok pada hari pernikahannya.

Tidak disangka ternyata menyiapkan pernikahan dibantu Roby sepenuh hati membuat Dakota merasa senang. Persiapan pernikahan dari A sampai Z mereka lakukan bersama walau dibumbui oleh keributan kecil namun itu bukan masalah. Perkara Dakota yang tidak ingin ada tamu ditolak mentah-mentah oleh kedua belah pihak keluarga, Roby berusaha meyakinkan keluarganya dan keluarga Dakota di belakang wanita itu. Roby memohon pengertian mereka semua atas apa yang pernah Dakota alami, gagal menikah adalah masalah serius dan Roby tak ingin membuat Dakota semakin menderita. Jalan akhir yang diambil demi kebaikan semuanya besok lusa pernikahan saat pemberkatan hanya akan dihadirkan oleh keluarga inti dan teman terdekat, lalu resepsi atau pesta pernikahan akan diadakan malam dengan tamu undangan tidak lebih dari dua ratus orang bagi Dakota itu bukan jalan terbaik namun mau bagaimana lagi.

"Dakota." Tanpa mengetuk pintu Ryanti masuk membawa vas bunga yang di isi bunga tulip, menaruhnya di meja rias lalu tersenyum senang memandang gaun pernikahan. "Kau harus bahagia, berdamailah dengan masa lalumu. Tak ada yang salah antara kau dan Calvin."

Dakota berpindah, duduk meluruskan kaki di karpet berbulu serta bersandar pada kasur. "Aku membencinya. Aku kehilangan semua yang kupunya bahkan anakku."

"Berdamai dengan masa lalu memanglah sulit namun jika kau tidak berusaha berdamai dengan masa lalu maka hidupmu akan jauh lebih sulit."

Hatinya tersentil seolah Dakota tidak pernah berusaha damai dengan masa lalu.

"Turunlah kau belum makan dari semalam."

Dakota tidak mengindahkan ucapan Ryanti yang berjalan keluar, wanita itu bergegas bangkit membuka lemari pakaiannya mengambil beberapa kotak perhiasan serta mengambil perhiasan lainnya di meja rias dan beberapa jam tangan. Ada sekitar empat kotak satu set perhiasan, antek-antek kecil lainnya seperti anting dan kalung, dan enam jam tangan dari berbagai jenis brand.

Dakota menyusun semua jam tangan di atas kasur lalu saat kakinya melangkah mundur pintu kamarnya dibuka kembali menampilkan Ellen yang membawa tumpukan kertas.

"Aura calon nyonya Sergio baunya uang," kekeh Ellen.

"Dari mana kau?"

"Pengadilan." Ellen menaruh kertas-kertas di tangannya lalu menatap heran dengan jejeran jam tangan serta perhiasan di karpet berbulu. "Kau sedang apa? Kenapa berdiam di kamar bukan pergi merawat diri bersamaku."

Dakota tetap diam dia sibuk memotret satu-persatu jam tangannya dari berbagai sudut.

"Dakota, kau sedang apa? Kenapa barangmu berserakan." Tanya Ellen.

"Aku akan menjualnya. Perhiasan itu aku akan jual kembali ke tokonya dan jam tangan ini akan aku jual online."

Ellen mengambil jam putih dari rumah brand Alexandre Christie yang dia kenal, segala sudutnya Ellen perhatikan. "Dakota bukankah ini, hadiah dari Calvin." Rasanya Ellen takut menyebut nama Calvin, takut tiba-tiba Dakota kerasukan lalu emosinya meledak.

"Yeah ini dari Calvin, semua ini dari Calvin. Dari si berengsek Calvin." Setelah sibuk dengan ponselnya kini wanita itu sibuk dengan perhiasan di karpet.

Playing With Fireحيث تعيش القصص. اكتشف الآن