#13

17.2K 1.6K 20
                                    

1. Sudut pandang Xavier

.....SELAMAT MEMBACA.....

"Nyonya?" Tanya pria itu.

"Nyonya ada di taman, Tuan." Jawab pengawal.

Xavier langsung melangkah pergi kearah taman. Entah, pria itu juga tidak mengerti! Akhir-akhir ini, isi pikirannya hanya tertuju kepada Istri kecil yang biasanya tidak ia pedulikan.

Sesampainya di taman, manik-matanya mencari keberadaan Istri kecilnya. Langkahnya terhenti ketika melihat kaki di atas pohon mangga dengan beberapa maid yang berada di sana dengan raut wajah khawatir.

'Apakah pada saat itu mataku rabun!' batin Xavier ketika membandingkan gadis yang berada di hadapannya sekarang dengan gadis yang beberapa hari lalu menghirup bunga dengan elegannya.

Xavier pun berjalan semakin mendekat.

"Apakah mangga itu enak?"

"Ya, iyalah. Pake tanya lag..." Jawab Istri kecilnya tanpa melihat kearahnya.

Lalu pandangannya beralih kepadanya sambil tersenyum canggung. "Mas mau?"

'Sial, kenapa dia terlihat manis dan imut?'

Xavier memijat kening dengan raut wajah tetap datar. Pria itu pandai menyembunyikan ekspresi wajah yang sesungguhnya.

"Istri kecil, apakah kau suka bergelantungan seperti Monyet?" tanya Pria itu dengan dingin.

'Tidak, kata itu keluar begitu saja.' Batinnya.

"T-turun, A-aku akan turun." Ucapnya istri kecilnya cepat. terlihat istri kecilnya mengambil beberapa mangga lagi dan di taruhnya di baju.

Saat para maid sudah menaruh matras itu, terlihat istri kecilnya yang mengambil ancang-ancang. Dan terjatuh dengan wajahnya yang mendarat terlebih dahulu.

Xavier mengembalikan tangannya seperti semula. Tanpa sadar, tangannya terulur hendak menangkap istri kecilnya itu.

"NYONYA!"

Xavier mendekat dan mengangkat istri kecilnya begitu saja. "Istri kecil, apakah kau mau mengulanginya lagi!" Bukan pertanyaan tapi sebuah peringatan. Karna seperti biasa suaranya terdengar dingin.

Istri kecilnya memegang dahi. Gadis itu menggeleng. Namun raut wajahnya seperti kesal.

"Apakah kau mengumpat padaku."

Tampak istri kecilnya terkaget.

'Ternyata memang benar.'

"Bodoh. Tentu saja tidak bisa! Dari raut wajahmu saja sudah terbaca."

"M-mas apakah boleh melepaskan tangan mu?"

'Mengapa dia terlihat sangat imut?'

"Lihatlah wajahmu yang seperti babi." Kata itu keluar dari mulutnya tanpa di sadari.

Istrinya yang memberontak membuat pegangannya terlepas. Tampak gadis itu yang menggerutu sambil mengambil mangga-mangga yang berjatuhan. Kemudian pergi kedalam mansion dengan mulutnya yang membaca mantra.

Pipinya yang menggembung karena kesal, membuat gadis itu terlihat sangat-sangat menggemaskan.

'Gawat! jantungku akan copot.'

Dari punggung kecil Istrinya yang semakin menjauh. Xavier tahu, bahwa istri kecilnya benar-benar kesal.

                •••

"Duduklah." Perintah Xavier kepada beberapa orang yang berada di sana.

Sebenarnya, meraka pun tidak tahu mengapa bosnya ini menyuruh mereka berkumpul.

"Ekhem, katakan. Bagaimana cara membujuk wanita yang sedang kesal?" Tanya Xavier tanpa basa-basi hingga membuat suasana hening beberapa saat.

Bosnya yang dingin menyuruh mereka berkumpul hanya untuk menanyai ini?! Sepertinya, bosnya ini benar-benar sangat menyayangi Istrinya.

"Maaf tuan, saya jomblo." Ucap salah-satu di antara mereka.

Pft...

"Keluar." Usirnya. Sekitar empat orang keluar. Lalu tatapannya mengarah kepada dua orang yang tersisa.

"Apakah nyonya sedang kesal tuan? Tuan bisa memberikan bunga atau cake. Saat istri saya kesal atau marah biasanya akan langsung luluh."

Ucap salah-satu yang berpengalaman.

Xavier mengetuk-ngetuk jarinya di meja tampaknya ia sedang berpikir. 'Bunga? Untuk apa? Bukankah di taman istri kecil sudah ada?'

"kau." tunjuknya.

Pria itu tampak sedikit ragu. "Biasanya saya akan memanjakannya atau.. Ekhem.. Mencium dan merengek untuk di beri maaf." Ucapnya canggung. Bahkan telingannya memerah.

"pft.."

Pria di sampingnya menyenggol pria itu dan berbisik. "Aku tidak menyangka, loh." Ucapnya.

Xavier mengusap wajahnya kasar, bila di pikir-pikir. Untuk apa dirinya serepot ini? Ia, kan. Bukan tipe pria yang peduli pada sekitar.

Namun entahlah, hatinya mengatakan. Dirinya harus melakukan ini.

               •••

Mark melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata sampai beberapa menit kemudian, mobil itu tiba di Toko bunga. Xavier melangkah kan kakinya, memasuki toko itu. Berbagai jenis bunga pun menghiasi toko itu dengan indah.

"Selamat datang." Ucap karyawan yang berada di sana.

Xavier berjalan tidak memperdulikan pelayan itu. Melihat satu persatu bunga yang akan ia beli. Pria itu tampak fokus menilai. Mark dan karyawan toko itu pun setia mengekori Xavier seraya memberi saran. "Tidak, Istriku pasti tidak menyukainya." Gumam pria itu seraya menggeleng.

Kemudian pria itu melangkah kan kakinya ke beberapa bunga yang lain. "Emmmm, bukan yang ini juga."

"Ini tidak indah."

"Yang ini terlalu cerah." Gumamnya lagi dan lagi. Sudah setengah jam pria itu berada di sana. Waktu berlalu dengan cepat. Entah kapan Presdirnya ini menemukan apa yang Presdirnya mau.

Xavier menghentikan langkahnya, manik-matanya tertarik dengan salah satu bunga yang berada di pojok sana. "Aku ingin bunga itu dengan versi yang lebih bagus."

•••

"Ambilah, Tadi aku tidak sengaja memungutnya."

"Hah?"




















_B E R S A M B U N G_

I think you'd like this chapter!!

5-SEPTEMBER-2022

ABOUT ZORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang