225 - Party (1)

70 25 1
                                    

Aku gelisah saat Jung Hayan membawa Han Sora pada kami. Meski Han Sora sudah dirawat Sun Heeyoung, dia terlihat tidak lebih dari kain lap saat itu.

Tidak diketahui apa yang sebenarnya terjadi antara Jung Hayan dan Han Sora.

Tapi, mengingat kondisi Han Sora saat itu, jelas penderitaannya lebih dari yang bisa kubayangkan. Efek sampingnya masih ada bahkan setelah dia sembuh.

“Kupikir traumanya lebih kuat dari yang kukira.”

Siapa yang tahu dia akan mengompol di tempat hanya dengan melirik Jung Hayan?

Sekarang dia tahu kalau semua cuma salah paham, Jung Hayan sepertinya tidak terlalu peduli dengan Han Sora, tapi aku tidak punya pilihan selain mencemaskan dia sepanjang perjalanan kembali ke kota.

Tepatnya, dia mengganti celananya tiga kali dari pusat pelatihan menuju Lindel. Kalau kereta itu tidak luas, aku yakin dia akan berganti setidaknya tujuh kali lagi.

Berkat ini, Han Sora menggunakan kereta yang sama dengan Dialugia dan Tol Tori yang tertidur, bukan keretaku, tapi kelihatannya itu membuatnya agak tak nyaman.

Meski aku mau berbuat sesuatu, aku tahu aku tidak bisa.

Mendengar nama Jung Hayan tidak hanya membuatnya kejang tapi dia juga terus gemetar. Untuk sekarang, aku tidak punya pilihan selain menunggu sampai dia terbiasa.

Pada titik ini, aku bertanya-tanya apa aku salah kata memilih Han Sora.

Meski party pertama dan party kedua terpisah, party kedua bisa bersama kami dalam dungeon atau medan perang begitu mereka sudah berjalan baik.

Mempertimbangkan ini, aku tahu perlu melakukan sesuatu dengan mental Han Sora.

Pertama, aku harus menunjukkan kalau aku punya asuransi keselamatan.

Aku yang memegang kerah anjing agresif itu, dan akan efektif menunjukkan kalau dia biasanya memakai moncong. Tentu, dia masih takut, tapi setidaknya aku bisa membuat dia berhenti kejang.

Saat aku memikirkan solusinya, kereta sudah melewati gerbang Lindel.

Saat itu Yoo Ahyoung ternganga. Han Sora, yang gemetar juga melihat ke luar jendela seolah dia penasaran, dan Lee Changryul juga melirik ke luar gerbong, sambil pura-pura tidak tertarik.

“Wow…”

Itu sama dengan reaksi party kami saat pertama kali melihat Lindel.

Tentu saja, aku tahu wajar mereka bereaksi seperti itu. Tidak seperti pusat pelatihan tanpa fasilitas atau hiburan apa pun, Lindel terbukti sudah mencapai tingkat peradaban tertentu.

Ada fasilitas budaya yang bisa dinikmati, dan wajah sebagian orangnya penuh kehidupan. Dan seperti yang diharapkan…

Begitu kami memasuki alun-alun, berbagai suara mulai terdengar.

“Kami sedang mencari party! Kami cuma butuh satu priest untuk berburu. Produk sampingan juga didistribusikan secara adil. Kami butuh seorang priest! Kami dengan sopan menolak thief.“

“Kami menjual item rare-grade. Semuanya murah, jadi kemari dan lihatlah.”

“Bonus! Bonus!”

“Kami sedang mencari orang untuk ekspedisi dungeon! Cuma dungeon common-grade!”

“Buku terlaris yang mengejutkan Lindel, How An Alchemist and a Genius Prosecutor Fell in Love, buku ke-3! Hanya tersisa 93 eksemplar edisi terbatas. Kami hanya akan menjual 93 buah. Mereka yang tidak beli akan menysal.”

‘Mereka bahkan menjual novel sekarang…’

Di antara mereka, yang menarik perhatian ku adalah kerumunan orang di luar alun-alun.

Kiyeon [2] ✓Where stories live. Discover now