81. Permintaan Kedua Tirex

1K 226 66
                                    

Lorong rumah sakit biasanya menjadi salah satu tempat yang sangat mencekam ketika ada di sebuah film horror. Terutama tentang hantu suster ngesot.

Apalagi jika berjalan sendirian saat malam hari, benar-benar menguji nyali. Jantung terpompa lebih cepat. Bulu kuduk seketika berdiri karna merinding.

Dan hal itu juga dirasakan oleh Zahra. Bukan karna lorong sepi yang membuat suasana mencekam. Tapi karna beberapa orang saling berhadapan memenuhi lorong rumah sakit.

Padahal ini bukan malam hari, sekarang masih siang hari. Tetapi bulu kuduknya berdiri. Tatapan mereka yang tertuju padanya membuat tenggorokannya mengering.

Seluruh anggota Tirexay dan Dinasaurus saling pandang satu sama lain. Kedua geng itu saling melempar tatapan membunuh.

Tujuan mereka berbeda. Tirexay datang untuk menjenguk ketua mereka, dan anggota Dinasaurus juga datang untuk menjaga ketua mereka yang menjadikan  tangan sebagai topangan dagu.

Meski keduanya pernah menyatakan perdamaian, tapi yang namanya mantan musuh tetap saja perlu berjaga-jaga, kan?

Zahra menarik napasnya dalam. Mengatur detak jantungnya yang tak normal.

"Masuk, Ra. Tirex udah nungguin lo dari semalam." Kata Firman melirik Dina tajam.

Dina mendongak. Zahra menatapnya. Dina mengalihkan pandangan. Diusir Tirex tidak membuatnya menjauh.

"Iya, Kak. Kak Tirex butuhin gue untuk selalu ada disampingnya," sahut Zahra. Cewek itu melewati Dina begitu saja. Kemudian masuk ke dalam ruangan.

"Dramatis," seru Hanabi memutar bola mata malas.

"Mana sahabat lo?" tanya Firman. Hanabi menaikkan satu alisnya.

"Buta mata lo? Yang ada di samping gue ini siapa?" sungut Hanabi.

"Satunya."

"Siapa? Sahabat gue banyak. Yang ada di depan lo sekarang, anggota Dinasaurus juga sahabat gue." Dagunya menunjuk anak-anak Dinasaurus.

Firman berdecak kesal. Sepertinya Hanabi tak mengerti maksudnya. "Daniar."

Dina berkedip cepat. Dia hampir saja melupakan Daniar karna terlalu fokus pada Tirex. Hanabi pun sama, keduanya sudah lama tidak bertemu dengan Daniar semenjak pertemuan mereka di kafe kala itu.

Daniar berkata pada mereka jika dirinya akan menikah sah dengan Firman. Namun, setelah hari semakin berlalu, mereka tak lagi bertemu dengan Daniar.

Dan Firman? Cowok itu malah bertanya pada Hanabi. Seharusnya Hanabi lah yang bertanya tentang Daniar padanya.

Dina berdiri. Dia menatap tajam Firman. Kedua alisnya menyatu. "Maksud lo apa nanyain kabar Daniar ke kita?"

Firman mengerutkan kening. Dia menunjuk Dina dan Hanabi bergantian. "Lo berdua sahabat Daniar, dan gue tau kalian yang sembunyikan Daniar dari gue, kan?"

"Sembunyikan Daniar?" gumam Dina dam Hanabi bersamaan.

"Lo nggak usah bercanda disaat-saat seperti ini, Fir. Gak lucu, bangsat!" Hanabi maju selangkah.

"Gue gak lagi bercanda!"

Hanabi menatap Dina. Cewek itu menggeleng kepalanya pelan. Hanabi mengalihkan perhatian kepada Firman. Lalu dia menarik Firman menjauh.

"Kita bicarakan ini berdua. Din, lo tetap di sini!"

Dina mengangguk sekali. "Daniar? Kemana dia?" gumamnya.

Dia menggaruk kepalanya dengan kasar. "Kenapa banyak banget masalah gue!!" geramnya. "Gue gagal lindungi Daniar!"

"Tenang, Din. Gue akan cari Daniar," Dina menatap Coki. Raden mengangguk setuju.

Secret MafiaWhere stories live. Discover now