29th - Home Where I Belong to

141 35 5
                                    

"Bahkan gue udah lupa definisi rumah yang sebenernya tuh apa." -Haikal Adhitama.

--------------------------------------------

Senyum Hana merekah, ketika kulitnya masih merasakan hangatnya sinar matahari saat berangkat kerja. Hari ini, gilirannya untuk opening kafe. Moodnya sedang dalam keadaan baik. Dengan telinga yang tersumpal earphone, mulutnya bergumam mengikuti alunan lagu yang sengaja ia putar acak.

Hana kira, ia jadi yang pertama sampai, tapi ternyata Septi sudah ada di sana, duduk di kursi outdoor. Rolling door belum dibuka, sebab yang memegang kunci bukan dirinya maupun Septi.

"Kita satu shift?" tanya Hana ketika sudah sampai di hadapan temannya.

"Hmm. Lo mau tau sesuatu gak?"

Namanya juga perempuan, ketika mantra itu sudah diucapkan, telinga otomatis terbuka lebar, siap menampung bahan gosip baru, "Apa?"

"Kemaren ada yang nyariin lo. Cowo, cakep, putiiiiiih puolllll!

"Hah? Siapa?"

"Gak tau. Dia gak ninggalin nama. Pokoknya cakep, bening, matanya sipit. Kayaknya lebih tua dari lo si."

"Dia gak bilang apa-apa gitu? Atau dia nitipin pesan apa gitu buat gue?"

"Enggak. Gue saking terkesimanya sampe lupa nanyain nama."

Hana berdecak, "Cocok lo emang sama Nana. Melotot kalo liat yang bening."

"Gak lah. Kalo cocok, gue udah jadian sama dia dari kemaren. Emang bener kata lo, suka sama Danish tuh harus nyiapin stok sabar yang banyak. Lo tau? Gue pernah liat dia boncengin cewe lain selain lo."

"Siapa?! Kapan?!" Hana seketika lupa dengan laki-laki yang mencarinya beberapa hari lalu.

"Sebelum lo pulang kampung. Dia lewat depan mata gue, pas banget gue pulang kerja!"

"Anjir! Perasaan lo gimana? Aman?"

"Beuh! Ancoooor! Nih mulut gue kalo gak diajarin sopan santun, udah keluar semua tuh kebon binatang. Bisa-bisanya dia baru nolak gue, terus langsung jalan sama cewe lain!"

Mendengar Septi bercerita sambil menggebu-gebu, membuat Hana juga ikut merasa dongkol dengan tingkah Nana. Bisa-bisanya belum ada sebulan laki-laki itu "selesai" dengan Septi, sekarang ia sudah memiliki gandengan baru.

"Udah lah! Berani sumpah gue, kalo Danish dateng ke sini jemput lo. Gue gak akan nengok ke arah dia! Capek ati gue, Han! Emang an-"

"Jing." lanjut Kak Alam yang tiba-tiba ada di samping mereka.

"Kak Alam hehehe."

"Haha hehe haha hehe. Kenyang lo sarapan ghibah doang?"

"Kenyang! Nih liat perut gue," Septi mengelus-elus perutnya, "Udah buncit. Tadi pagi mah masih rata."

Kak Alam tidak menghiraukan ucapan Septi, "Han, nanti siang ada anak baru, tolong training-in ya."

"Demi apa?! Cewe apa cowo?!" tanya Septi heboh.

"Cowo."

Perempuan itu bertepuk tangan, "Mantap kak! Perbanyak cowo!"

"Cowo mulu lo pikirin. Kasir lu noh minus semalem." ujar Kak Alam sembari menoyor kepala Septi. Laki-laki itu lalu masuk mendahului mereka berdua.

"Kasir lo minus semalem?" tanya Hana.

"Iya. Gak sengaja kepake bayar paket COD gue."

--------------------------------------------

How It Ends | Mark LeeWhere stories live. Discover now