Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Dor!
"Kak Hyunjin!!"
Mata Nayla membola bersamaan tubuh Hyunjin yang tumbang ke pelukannya lantaran sebuah benda seperti jarum suntik kecil berisi cairan biru tua tiba-tiba membidik punggungnya.
Dua orang pria asing kemudian muncul dari balik dinding sebelah pintu masuk dengan salah satunya memegang sebuah senapan kecil.
Sejenak mereka mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan yang dipenuhi oleh mayat-mayat anak buah Mingi termasuk Mingi sendiri.
"Sudah kubilang kau tak akan bisa melawannya." Monolog si pria yang memegang senapan seraya memandang mayat-mayat tersebut dengan tatapan tenang.
"Namanya Hyunjin Aklesh, kau mengenalnya bukan?"
"Iya, saya kenal."
"Apa kau tahu dia tinggal di mana?"
"Bapak siapa? Bapaknya?"
"Bukan. Aku seseorang yang sudah lama mencarinya."
Mendengar itu, Mingi kemudian sontak berdiri dari duduknya lalu menarik tangan pria paruh baya itu ke luar warkop meninggalkan teman-temannya yang kebingungan.
"Buat apa? Dia udah jadi target saya."
"Maksudmu?"
"Dia ngeselin, saya gak suka. Saya pengen dia mati."
"Kau yakin dengan ucapanmu?"
"Ya iya lah."
"Kau tak akan pernah bisa mengalahkannya."
"Saya gak sendiri."
"Walaupun.."
"Bapak ngeremehin saya?"
"Tidak, aku serius. Kapan kau akan memulainya?"
"Masih lama. Biar dia hepi hepi dulu sama ceweknya."
"Lebih baik serahkan saja dia padaku, dia urusanku. Kujamin kau tak akan pernah melihat wujudnya lagi setelah itu."
"Saya maunya dia mati di tangan saya."
"Kau hanya akan merugikan dirimu sendiri, nak. Aku memperingatkanmu."
"Yaudah kalo misalnya saya emang kalah, bapak baru boleh bawa dia."
"Baik, terserahmu."
Lantas pria itu menoleh ke arah Nayla diikuti pria yang satunya.
Gadis itu tampak menangis tersedu-sedu sambil terus menggoyangkan tubuh Hyunjin yang tak sadarkan diri.
