🐣 003 🐣

4K 386 19
                                    

🐥 Happy reading 🐥

.

.

| Hiraeth |

.

.

   Ethan membersihkan kamar mandi yang sebelumnya ia pakai, hanya menyiramnya sampai yakin jika tak akan lagi tercium baunya.

Ethan tak suka bau kamar mandi laki laki, ingin menumpang di kamar mandi wanita pun ia tak di izinkan.

Sebelum keluar melewati pintu, pemuda kecil itu menatap cermin yang tersedia di atas wastafel.

Di tahun ini, umurnya sudah menginjak 15 tahun. Tapi, dengan raga 17 yang ingin menginjak 18 tahun.

Semenjak di hidupkan kembali dari kematian, pemilik raga pernah memberinya sebuah pesan jika ia hanya butuh memberinya kebahagiaan.

Ethan tak mengerti, tapi ia selalu menangis jika Nathan datang menjenguknya.

Pemilik raga yang sekarang ia gunakan selalu menceritakan tentang betapa menyesalnya kedua orang tua Ethan yang asli, karena harus meninggalkan anaknya yang masih kecil.

Ethan tak menyesal di hidupkan kembali, tapi ia cukup di bebankan karena tak bisa memberitahu jika ia bukanlah Nathan yang asli.

Sedikit demi sedikit, Ethan mulai mengerti banyak hal.

Terjadi perpindahan jiwa yang ia alami hanya dirinya yang tau, ia tak pernah sudi untuk menceritakan itu pada siapapun.

Mungkin hanya Nathan.

"Emangnya Ethan jelek, ya?"

Kedua tangan berisi itu menangkup pipinya, manik boba yang selalu memancarkan kepolosan itu terlihat sendu.

Ia memang di sukai oleh semua orang, tapi semenjak penerimaan siswa baru kemarin.

Banyak sekali anak kelas sepuluh yang selalu membullynya, entah karena pendek tubuhnya atau pipinya.

Suka atau tidak suka seseorang pada mu di setiap tempat itu memang wajar. Kehidupan.





"Ini semua karena Asa!"

🐥 Hiraeth 🐥

"Mana? Katanya sebentar."

Havid menggulirkan kedua maniknya, Ray menghela nafas lelah.

Pemuda dengan seragam berbeda dari yang lain itu baru saja datang tiga menit yang lalu, dan mulai menanyakan keberadaan Ethan setiap waktu.

"Sabar, bentar lagi juga dateng. Kalo enggak berarti boker."

Ray ikut mengangguk.

   Baru saja Angkasa ingin kembali berceletuk, keramaian di depan kantin benar benar menarik perhatian semua murid.

"Liat jangan?"

Havid dan Ray tak menghiraukannya, kedua pemuda itu lebih dulu bangkit dan membayar pesanan mereka.

Angkasa berdecak kesal, ia berjalan santai menuju kerumunan.

Dimana di tengah tengah mereka ada . . Ethan yang sedang menunduk?

"Ada apa, nih?"

Semua mata tertuju ke arahnya, tapi pemuda yang baru saja bertanya tak mempedulikan itu. Ia lebih memilih menatap tubuh kecil temannya yang sudah bergetar.

Tak ada luka.

Tapi terlihat seperti ketakutan.

"Kakak dari sekolah sebelah ya? Dia ini kakak kelas 12 yang selalu di bully anak kelas 10."

Bisikan dari perempuan dengan gaya rambut seggie itu membuat Angkasa mengangkat alisnya. "Emang dia ada salah?"

"Dia sering di katain lembek jadi cowok."






"Bangsat lu semua, yang sopan kalo sama yang lebih tua goblok!"

Keempat wanita yang terlihat paling menonjol di antara kerumunan terkekeh. "Senioritas banget sih, kak."

"Heh cabe, bukannya senioritas. Emangnya dia ada salah gue tanya! Hah?"

Salah satu dari mereka yang memegang kipas kecil itu mendelik sinis. "Gak usah di bela deh kak, dia tuh banci."

"Alah cakep lu begitu?"

"Kakak bukan dari sekolah sini, jangan sok jadi pahlawan."

Angkasa mengangkat satu alisnya, seringai kecil muncul di wajah yang bisa di katakan tampan tapi manis di satu sisi.





"Dia pacar gue, tolol."

🐥 Hiraeth 🐥

.

.

Bxb jangan?

Hiraeth ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant