🐣 18 🐣

2.4K 250 2
                                    

🐥 Hiraeth 🐥

.

.

| Hiraeth |

.

.

Mungkin bagi banyak orang hidup mewah dan di sayangi seperti Ethan seperti di hidupkan sebagai orang paling beruntung.

Walau sejujurnya, beban yang selama ini anak kecil itu bawa cukup membuatnya berkecil hati dengan segala hal.

Kebanyakan dari mereka selalu merasa iri dan beropini jika kehidupan Ethan yang mengisi raga Nathan begitu sempurna layaknya sebuah cerita dalam novel.

Nyatanya saat di kelas sepuluh dan di kelas 12 sekarang, ia tetap menerima kenangan menyakitkan dan mengerikan pada hidup dan tubuhnya.

Kekerasan di sekolah sudah terjadi dua kali dalam hidup keduanya.

Ia bahagia di hidupkan kembali dan di kelilingi oleh orang yang sangat menyayangi dirinya, tapi di satu sisi beban karena ia bukanlah si roh pemilik raga tersebut membuatnya terus berpikir macam macam dan takut seseorang mengetahuinya.

Ia tak pernah berniat sekali pun membohongi semua orang, tapi rasanya sangat susah mengakui hal menyakitkan itu.

"S-sakit .."

Air mata panas yang mengalir hingga telinga dan terdengarnya suara aneh ketika ia bernafas, membuat Ethan takut untuk bergerak.

Dadanya sakit ketika dirinya menghembuskan nafas.

"Dadanya sakit? Maaf, papa ga bisa bantu apa apa."

Ethan menggeleng lemas ketika melihat manik papanya memerah, pemuda cantik itu mengulas senyum tipis.

"Tangan."

Alex langsng menggenggam lengan anak bungsunya ketika lirihan di sertai ringisan itu mengudara.

Tiga pria yang tertidur di sofa juga pemuda di atas brankar sampingnya membuat Ethan mengangkat satu alis sebagai tanda pertanyaan.

"Asa ga mau pulang, katanya mau nunggu kamu bangun, tapi dia ketiduran karena capek."

Ethan tak tega melihat wajah khawatir papanya yang di tuju khusus untuk dirinya, melihat bagaimana kasih sayang Alex membuat Ethan meneteskan air mata.

Ia tak boleh menangis jika tak ingin dadanya merasakan sakit yang melebihi rasa sakit sekarang.

"Kenapa nangis? Sakit banget?"

Alex mengusap pelan dan penuh kehati hatian dada anaknya, lingkaran hitam dan sorotan lelah terpancar.

"Pa, umur Ethan 15 tahun."

Alex terdiam, mengangkat satu alisnya. "Umur kamu 18 tahun, Angel."

"Ethan sendirian, di jalan. Di kasih makan, makam, boneka, tabrakan."

Pria dewasa itu membuat wajah kebingungan, apa yang anak bungsunya bicarakan?

"Kepalanya sakit? Mau papa pijat?"

Ethan menggeleng.

🐥 Hiraeth 🐥

"Bang, gue minta maaf karena ga bisa jagain Ethan."

Rangga sibuk menyetir, mengemudikan mobil perlahan untuk keselamatan mereka.

Rahang pria itu mengetat. "Gue percayain Ethan ke kalian, tapi udah dua kali kejadian kayak gini."

Ray dan Havid yang duduk di kursi belakang menunduk, Rangga itu tempramen kalau semakin di jawab dia semakin marah.

"Siapa?"

Ray menghela nafas. "Anak kelas sepuluh, dari awal Ethan ga pernah cerita ke kita kalau dia sering di bully sama mereka."

"Di bully?!"

Havid menelan ludahnya susah payah. "I-iya bang, kita ga tau, dia selalu maksa sendirian kalau ke kamar mandi."

"Gue ga mau tau, tugas kalian buat nyingkirin mereka. Kalau sampe ga berhasil, lu berdua yang gue singkirin."

Ray dan Havid mengangguk kaku, ketegangan di dalam mobil bahkan membuat Ray menahan kencingnya.

Rangga mencengkram stir dengan kuat, urat di tangannya menonjol karena menahan emosi yang bergejolak.

Mobil semakin melaju kencang.

Ray mendekatkan dirinya pada Havid yang masih menatap kaca jendela mobil.

"Gue takut nyampe tujuan yang berbeda."

"Maksudnya?"

"Ke akhirat misalnya."

Havid terkekeh kecil, mereka berbisik kecil agar pria di kursi pengemudi tak mendengarnya.

Dirinya sudah biasa dengan laju kecepatan kendaraan seperti orang gila.



"Santai, gue bakal nemenin lu ke akhirat, nanti gue dorong lu ke neraka."

"Bangsat."

🐥 Hiraeth 🐥

.

.

.

Hiraeth ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя