🐣 013 🐣

2.8K 303 9
                                    

🐥 Happy reading 🐥

.

.

| Hiraeth |

.

.

Pagi hari di bulan september terasa begitu dingin, Angkasa tak berangkat sekolah sebab badannya demam.

Kemarin ia dan Ethan bepergian ke alun alun kota, tanpa menyiapka jas hujan dan yang membawa jaket hanya Angkasa.

Tapi tetap saja bahkan ketika jaket itu sudah di pasangkan untuk Ethan, anak laki laki cantik itu sekarang juga sedang berbaring di atas ranjang.

Tadi baru saja Allan memberinya sarapan dan membantunya makan, pria itu tidak terlalu terburu untuk pergi ke markas.

Bosan karena tak dapat melakukan apapun, lengan yang terlihat lemas itu mengambil ponsel di atas nakas.



Ayang 🍮

Pusing?

Dikit
Asa kenapa ga tidur?

Kamu juga

Ethan lagi nonton bwa bwa

Kelinci mulu
udah makan?

Baru selesai

Sama
Berarti kita jodoh

😀

Biar Asa cepet sembuh

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Biar Asa cepet sembuh

😫
Tummy nya mana?

Dingin, Asa

Mau liat Tummy

Ndak!

Honey . .

Ethan belum mandi

Masa mandi?
Harus hemat air
Nanti tagihan om Alex banyak

Ethan bau acem

Mana coba sini aku cium

Ethan mau mandi
😝



Angkasa menghela nafas, kembali menaruh ponselnya di atas nakas ketika tak ada lagi yang perlu ia lihat.

Ia memijit pelipisnya perlahan.

"Cakep bat si, jodoh gue."

Pede aja dulu, ye kan.

🐥 Hiraeth 🐥

"Bang, pisang di dapur udah habis."

Aaron yang sedang sibuk dengan laptop di dalam kamar Arthur itu menoleh, pria yang bertambah tampan itu sedikit menurunkan kacamata di pangkal hidungnya.

"Nanti minta Allan beli, dia lagi di luar."

Angkasa mengangguk acuh, menutup pintu lebih dulu lalu mendekati ranjang dimana ada Daddy yang sedang terlelap.

Tubuhnya perlahan menaiki kasur, tidur menyamping agar bisa memeluk Arthur yang mempunyai badan lebih besar darinya.

Angkasa sangat berterima kasih, walau masih ada rasa jengkel karena di masa lalu ia terlalu di kekang tapi ia juga berterima kasih.

Karena Arthur sudah menjadi ayah sekaligus ibu untuknya, selalu mendukung apapun pilihannya. Menjadi orang pertama yang selalu ada ketika Angkasa sedang nerasa sedih.

Arthur adalah segalanya.

Tapi pusat hidup Angkasa berporos pada anak tetangga.

"Asa, jangan bangunin Daddy."

Angkasa diam, lebih memilih menghirup bau tubuh Arthur yang sekarang lebih lembut. "Bang."

"Hm?"

"Pernah ngerasa jatuh cinta gak?"

Aaron sontak menoleh, mematikan laptop setelah saving data pertanyaan Angkasa yang tiba tiba membuatnya penasaran.

"Eum . . Pernah."

"Kapan?"

"Kelas 11."

Angkasa bangkit, duduk bersila. Siap mendengar cerita yang akan di sampaikan abangnya.

"Ceritain, dong."

"Abang cinta sama dia, tapi dia lagi perobatan di luar negri. Udah berapa tahun ga ketemu, lost kontak."

"Singkat amat."

Aaron jalan mendekat, ikut menaiki kasur agar bisa duduk di samping adik bungsunya.

Surai hitam kelam itu ia usak, pipi yang mulai menirus di kecup sebagai tanda kasih sayang.

"Emang Asa lagi suka sama orang?"

"Iya, udah lama."

"Dari kapan?"

"Dari aku mulai mengenalnya."

Aaron mendatarkan ekspresinya. "Gak usah sok iye kamu."

Angkasa terkekeh, semakin lama tawanya terdengar sumbang. "Udah lama, Asa berubah karena dia."

"Siapa?"

" . . . Anak tetangga."

Pria yang lebih tua mengangguk paham, memeluk tubuh adiknya yang membungkuk.

"Pacar lima langkah, ya."

🐥 Hiraeth 🐥

.

.




Hiraeth ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora