🐣 20 🐣

2.4K 239 16
                                    

🐥 Happy reading 🐥

.

.

| Hiraeth |

.

.

  Setelah dua minggu di rumah sakit Ethan sudah di perbolehkan untuk pulang dan tetap bedrest di rumah, semua kembali berjalan normal.

Namun Alex tak lagi mengizinkan si bungsu untuk bersekolah di luar, dan rela membayar mahal untuk guru private di barengi dengan Havid yang juga di tugaskan menjadi teman anaknya ketika belajar di rumah.

Agar Ethan tak merasa kesepian atau iri dengan teman dekatnya yang bersekolah di luar.

Karena keputusan mendadak itu lah, Ray sampai harus merengek pada ayahnya agar di beri guru private dan bisa belajar bersama dua temannya.

Mereka itu sahabat, jadi Ray tak bisa jauh dari keduanya.

"Udah habis?"

Ethan menoleh, menatap pemuda yang baru keluar dari kamar mandi dengan pakaian santainya dan rambut basah.

"Uhm."

   Mereka berdua lalu memilih taman belakang rumah sebagai tempat untuk bersantai di sore hari setelah belajar, dokter bilang kita tak bisa memeluk Ethan sembarangan.

Pukulan telak di dada bisa saja membuat jantung si pemuda pendek itu berhenti, jadi tak boleh sembarangan memeluk atau bahkan menekannya.

Mereka harus lebih berhati hati dalam menjaga Ethan agar tak ada seorang pun dari luar yang bisa menyentuh si bungsu.

Ethan pun terkadang masih sedikit kesusahan dengan rasa sakitnya.

"Asa .."

Panggilan lembut berserta suara yang halus itu membuat Angkasa membuka matanya, si empu sedang telentang menikmati angin bersama Ethan yang duduk berselonjor di atas karpet plastik.

"Kamu tau Nathan?"

Mendengar pertanyaan yang terdengar begitu tenang, membuat Angkasa ikut terduduk. Ia merasa sedikit tertarik.

"Aku pernah liat tulisan itu di kamar bang Rangga."

Ethan mengangguk.

"Tapi aku bukan Nathan."

"Hah?"

"Aku Ethan, bukan Nathan."

Angkasa menganggaruk pipi kanannya, merasa tak sampai akan pernyataan yang di utarakan oleh Ethan.

"Yaiya, kamu Ethan ayang aku, bukan Nathan."

Ethan terkekeh. "Nathan itu nama pemilik tubuh ini, anak bungsunya papa Alex, kalo aku Ethan."

Yang di beri penjelasan kembali menidurkan tubuhnya, ia tak mengerti dan tak mau ambil pusing. "Aku ga paham sumpah, tapi kalo di suruh memahami kamu aku siap."

Ethan bingung bagaimana harus menjelaskannya, dirinya merasa ia membohongi banyak orang.

Rasanya tak adil jika pemilik asli tubuh ini harus mati dan sudah pergi bersama kedua orangtuanya, sedangkan ia masih di beri kesempatan untuk hidup dan menerima banyak limpahan kasih sayang dari orang orang di sekitarnya.

Baru saja membuka mulut, sautan dari Angkasa kembali membungkam Ethan.

"Apapun kamu, gimanapun kamu, darimana pun asal kamu, aku tetep suka kamu .."

" .. ah bukan, aku cinta kamu .. hehe."

Apakah yang selama ini ia simpan harus tetap di simpan atau membiarkan orang di sekelilingnya tau?

Ethan merasa kehidupan keduanya itu sebagai beban namun anugrah.

🐥 Hiraeth 🐥

"Om jangan om."

"Koe lanang loh mas."

   Sagara mendecih, tetap menarik lengan teman adik iparnya yang kemarin bertemu di rumah sakit.

Tadi, ketika ia baru pulang dari perusahaan, tak sengaja melihat pemuda ber hoodie yang dulu sempat menyelamatkannya dari perampokan di malam hari.

Karena merasa tak asing, akhirnya ia membawa Raihan masuk ke dalam mobilnya.

"Ini saya."

Raihan membuka tudung hoodie, tersenyum canggung sambil merapatkan tungkai kakinya. "Oh .. hehe .."

"Karena jaket kamu rusak pas nyelamatin saya, jadi kita harus beli jaket baru."

"Eh gausah om, om bukan sugardaddy saya."

Yang mendengar tersedak, hampir saja kehilangan fokus menyetirnya. Pria itu pikir Raihan adalah anak suram yang menyukai gelap dan tak suka bersosialisasi.

Ternyata cukup blak blakan, dan punya pemikiran antimainstrim yang aneh menurut Sagara.

"Yaudah, nanti saya bikin kontrak dan kamu harus mau jadi sugar baby saya."

Gara, aku mau dia.


🐥 Hiraeth 🐥

.

.

.

Inget saga?

Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang