Bad Day. Shit!

30 4 0
                                    

Manhattan Avenue Apartments, New York – 7.20AM

Tampak seorang gadis yang masih tidak bergeming sedikitpun di atas tempat tidur, padahal tidur nya sedari tadi diganggu oleh suara alarm yang cukup memekakkan telinga.

Entahlah. Apakah sosok tersebut masih bernafas atau tidak. Dia masih sibuk memeluk guling. Kasurnya pun bisa dibilang lumayan berantakan karena beberapa barang yang berserakan dimana-mana seperti charger, ponsel, pena, buku, sisir rambut, jepitan, parfum, pupur dan masih banyak lagi.

Uhh, keliatan seperti kapal pecah.

"Enggh. Hoaaaaheemm." Terdengar suara parau nan seksi dari seorang wanita yang sedang berusaha untuk mengumpulkan nyawanya yang entah masih berkelana kemana.

Dia mengucak matanya barang sejenak. "Jam berapa ini?" Gumannya tidak jelas sambil mencari keberadaan ponselnya dan menemukan ponsel itu tepat berada di samping telapak kakinya.

"Ohh." Gumannya lagi setelah melihat jam di ponselnya. Dia kembali menutup mata.

Dia lalu membuka mata karena merasa ada sesuatu yang janggal.
"What?" teriaknya lagi setelah melihat kembali jam yang sudah menunjukkan pukul 7.29 AM di layar ponselnya.

"Oh my God. Aku telat lagi."
Dia segera berlari ke arah kamar mandi dan membersihkan diri secepat yang ia bisa. Haruskah setiap hari seperti ini? Menyebalkan.

"Kenapa alarmnya gak bunyi sih? Padahal kan seingat ku semalam aku udah nyetel alarm nya seperti biasa 5.00 AM dehh. Aduhh..." Gerutu nya tidak jelas sambil sibuk berganti pakaian dan merapikan rambutnya yang panjang dan hitam legam itu.

"Bisa-bisa hari ini aku dipecat sama si buncit itu. Bego Lena, bego banget sumpah!"
Dia tidak berhenti mengoceh sejak tadi. Yah begitulah, siapa lagi kalau bukan seorang Magdalena Putri Pereira.

Lena tidak ada habisnya untuk berhenti barang sebentar saja untuk tidak mengoceh tentang kesialannya pagi ini.

Kalian semua tentu tahu kan siapa yang salah sekarang?

Seandainya ponsel pintar nya itu bisa berbicara mungkin dia akan mengata-ngatai Lena yang sudah menuduhnya tanpa bukti karena melalaikan tugas yang diberikan oleh Lena. Pasti ponsel tersebut akan mengata-ngatai Lena lah yang tidurnya seperti kebo.

Dasar perempuan itu.
Kebiasaan lamanya keluar lagi kalau sedang emosi. Mulut nya tidak pernah menyaring apapun yang akan keluar dari bibir tipis yang terlihat manis.

Setelah merasa penampilannya sudah cukup rapi dan lumayan menarik, Lena pun segera membereskan barang-barang yang berserakan di atas tempat tidurnya dan memasukkan barang-barang yang dirasanya penting kedalam tas dan segera melesat ke arah pintu apartemen lalu menguncinya dari luar.

Lena berlarian di sepanjang koridor dan kemudian berhenti di depan lift. Kamarnya berada di lantai 4 dan dipojok kanan bangunan dengan 6 lantai tersebut.

Tapi mungkin hari ini adalah hari sialnya.
Karena di depan pintu lift terdapat pengumuman yang berisi permohonan maaf kepada seluruh penghuni apartemen karena ada perbaikan pada semua lift di setiap lantai.

Sial. Lena ingin sekali berteriak.

Lena semakin kesal dengan apa yang dibacanya barusan.
Dia terpaksa menuruni tangga darurat yang memang kebetulan berada disamping lift.

"God, apakah bisa hambamu yang baik hati ini, meminta agar hari ini kesialan yang hamba alami berakhir saat ini juga? Hamba sudah cukup lelah menuruni anak tangga dari lantai 4. Huuft." Pinta Lena berharap mendapatkan negosiasi untuk kesialannya hari ini kepada alam sambil menyeka keringat yang turun dari pelipisnya.

Love NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang