He is Hugo!

18 2 0
                                    

Cloudy Café, Manhattan, New York – 2.35PM

Hari ini Dewi Fortuna mungkin sedang berada di pihak Lena. Dikarenakan Jorge William tidak datang bekerja hari ini karena beliau memiliki beberapa urusan di cabang Cloudy Café yang lain, jadi hari ini Lena aman dari amukkan sang manager karena dirinya yang lagi-lagi telat.

"Kenapa wajah mu kusut begitu, Len? Bukannya seharusnya kau senang karena si perut buncit tidak kesini?" Tanya Christina karena melihat sahabatnya yang sedang dalam mood yang tidak bagus.

Tumben sekali Lena seperti itu. Biasanya dia sangat ceria. Batinnya.

"Huft, sudah beberapa hari ini ada yang meneror ku Christie." Jawab Lena sambil memijat kedua pelipisnya.

"What? Are you serious? Sudah lapor polisi?" Christina kembali bertanya dengan raut wajah yang khawatir dan juga sangat terkejut. Bagaimana nasib sahabatnya jika teror itu berlanjut terus?

"Masalahnya, si peneror ini bersikap aneh." Lena menatap Christina serius sambil mengerutkan dahinya bingung.

"Aneh bagaimana? Laporkan saja, Len. Kenapa kamu setenang ini sih di teror?" Christina jadi bingung dengan kalimat Lena. Peneror yang aneh? Maksudnya?

"Masalahnya aku bingung dengan sikap si peneror ini, Chris.." Sahut Lena dengan nada yang terdengar seperti tengah merajuk.

"Terus, misalnya kau di apa-apakan oleh si peneror itu bagaimana Lena? Dimana-mana orang yang melakukan tindak kriminal seperti itu, harus segera di laporkan sebelum dia bertindak lebih yang mana bisa berbahaya bagi keselematan kamu." Christina mencoba memberi penjelasan pada sahabatnya

"I know. Tapi sekarang kamu coba dengarkan dulu penjelasan ku. Oke?"

"Baiklah."

"Jadi begini,...."

***

Lena menahan kesalnya sedari tadi. Bukannya memberikan solusi, Christina malah memuji tindakkan yang dilakukan oleh pria misterius dan sekarang Christina terus memandangi Lena sambil tersenyum menggoda.

"Ayolah Lena, bukankah dia sangat romantis?" Tanya Christina dengan nada yang menggoda sahabatnya itu.

"Romantis tai kuda?" Lena menunjukkan raut muka yang kesal.

Christina malah tertawa mendengar umpatan Lena.

"Hei, menurutku dia sangat romantis Len. Kamu bandingkan saja dia dengan mantan mu yang itu."

"Jangan sebut nama setan itu lagi, Chris!" Lena menggeram kesal karena Christina kembali membahas Marco mantan terindahnya dulu. Ralat ter-brengseknya dulu!

"Ups. Sorry. Tapi aku tidak menyebut Namanya, Len. Bisa jadi mantan mu yang lain selain Marco."

Lena mendengus kesal. "Emangnya aku pernah berhubungan dengan pria lain setelah selesai dengan dia?"

"I don't know. Mungkin saja." Christina mengendikkan bahu nya.

Lena menarik nafas lelah. Debat dengan Christina, tidak akan selesai sampai Cloudy Café tutup kalau saja Lena tetap tidak mau mengalah.

"I'm really sorry, Len. Aku tidak bermaksud membuatmu mengingat dia lagi." Christina memegang lembut kedua bahu Lena sambil mengucapkan permintaan maafnya.

Christina tentu tahu apa saja yang sudah terjadi di masa lalu sahabatnya. Dan, soal yang tadi, dia benar-benar tidak sengaja membahas soal mantan.

"It's okay. Itu hanya masa lalu yang tidak perlu aku sesalkan. Sebaliknya, aku bersyukur karena ternyata Tuhan mendukungku untuk tidak bersama dengan orang yang tidak mau berjuang untuk ku, untuk kami. Dan, I know Tuhan sudah menyiapkan seseorang yang pantas untuk memilikiku dan berjuang bersamaku tentunya."

Love NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang