Tahta

2 0 0
                                    

Pernah melihat dimana kondisi menjadi labil dan memtuskan untuk berjalan.
Berjalan dalam kesendirian sembari mendengar musik ellegarden, +44 dan AVA.
nostalgia sejenak dengan  musik yang sering didengar saat masih di SMA. Sembari sejenak berfikir mengapa demikian dan lainnya. Bodohnya saat itu masih berfikir bagaimana melanjutkan impian Basket di dunia kampus. Sukur-sukur harus dapat beasiswa. Dan Qodarullah dapat kuliah di Semarang dan bisa melanjutkan basket walaupun harus retired dikarenakan cidera ACL sehingga harus menutup dan beralih profesi sebagai pelatih.

Yah, berjalan dan berjalan. Melihat kembali matahari yang mulai memudar dan berganti menjadi senja di ufuk. Berbicara semua hal tentang sebuah kehidupan dan kembali lagi mempertanyakan kepadaNya.

Mengapa aku?

Sejujurnya bukankah itu jawaban yang mudah bisa dijawab oleh diri.

Karena hanya kita yang bisa melakukannya. Bukan orang lain. Sehingga Tuhan memberikan waktu belajar kepada diri. Namun, sejujurnya tidak mudah bukan untuk bisa lewati semuanya. Harus bertarung dengan ego dan hati yang kadang tidak bisa memvalidasi banyak hal dalam satu waktu. 

Sejenak berfikir kapan awal ketika hati dan pikiran mulai satu suara?
rasanya lupa ketika keduanya bersatu. Apapun yang menjadi tujuan semuanya dapat tercapai. Namun, ketika salah satu ada yang terusik. Maka akan menjadi titik batin dan logika yang akan bertarung disana. Bersyukur berada dalam lingkungan yang benar dan toxic. Sehingga bisa banyak belajar banyak bagaimana mengsikapi dan validasi semuanya.

Hai, Pemilik Tahta.
jangan sampai kebijakan yang dibuat luntur dan akhirnya melemahkan semua yang menjadi tujuan. Jika terjadi demikian tak segan Tahta itu akan aku ambil dan akuisisi semuanya.

MascapadaWhere stories live. Discover now