Forty Eight

7.2K 752 95
                                    

⚠️🔞⚠️
Harap bijak dalam membaca, terima kasih🤍

⚠️🔞⚠️Harap bijak dalam membaca, terima kasih🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belum sampai lima menit sejak mereka masuk ke dalam kamar hotel, Jeviano menciumnya kuat dan sentuhan tangannya yang bergerilya membuat Keziana mundur selangkah demi selangkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Belum sampai lima menit sejak mereka masuk ke dalam kamar hotel, Jeviano menciumnya kuat dan sentuhan tangannya yang bergerilya membuat Keziana mundur selangkah demi selangkah. Lumatan yang lembut nan hangat itu membuat jantung sang puan berdebar-debar, semakin kencang kala mereka kini berbaring, dengan Jeviano yang telah bertelanjang dada.

Otot-otot yang tercetak sempurna membentuk tubuh prianya itu membuatnya tersipu. Jeviano begitu kekar dan sehat, ia bisa dengan mudah tenggelam dalam pelukannya.

"Jev, aku lupa Milo belum makan.."

"Milo udah aku kasih makan, yang belum makan itu aku sayang.."

"Tapi kamu tadi habis lari dari lantai dua enam, apa gak capek?"

"Capeknya sekalian aja. Aku gak selemah itu kok."

Salah satu telunjuk Jeviano terangkat, menelusuri wajah Keziana yang kulitnya begitu lembut seperti krim itu dari dahi, bergerak turun hingga berhenti di bibir bawahnya. Pria itu menarik nafas, berusaha mengendalikan dirinya sendiri.

"Berapa dendanya kalau aku cium kamu di sini?" Jeviano mengusap lembut bibir Keziana dengan ibu jarinya. Lalu bergerak turun lagi hingga melewati rahang.

"Aku ingin memberi jejak di kulit putih ini, berapa dendanya?"

Sorot mata Jeviano malam ini sungguh berbeda. Ada hasrat yang membara tersirat di sana. Pria itu jelas ingin memilikinya malam ini, seolah tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Keziana menyadarinya. Suara sang pria yang berat nan parau membuatnya gila. Ia ingin mulut itu berhenti bicara dan segera melakukan tugasnya.

"Lupain soal denda," jawab Keziana. Ia memalingkan wajahnya malu. "Kamu cuma punya kesempatan buat ngehapus seluruh peraturan kontrak hari ini, Jev."

"Sekali kamu bilang iya, aku gak bakal berhenti."

Jeviano tersentak ketika ia melihat Keziana melepaskan kancing kemejanya satu persatu. Pria itu menghentikan aktifitas sang istri, cukup sudah, dirinya sangat paham akan jawaban yang diberikan.

Suddenly I Became His Wife | JENO × KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang