7. Be My Girlfriend?

12 0 0
                                    

"Will you be my girlfriend?"

Lily mengambil sekuntum mawar merah pemberian anak laki-laki di depannya ini. Lily menoleh ke sekitarnya, mencari keberadaan dua sahabatnya yang katanya ada dikantin. 

"Ly?"

Lily menoleh, "Ah! Maaf, gue terima bunganya tapi gue nggak bisa jadi pacar lo. Gapapa kan?" tanya Lily sambil merapihkan rambutnya ke belakang telinga.

"Oh, oke. gapapa kok. Gue biasa ditolak hehe.."

Lily menepuk pundak anak laki-laki yang tadi mengajaknya berpacaran. "Lo kelas berapa?"

"2 IPA 3."

"Loh, kelas samping." 

Lily langsung mengulurkan tangannya. "Kita temanan aja ya? Gue Lily, 2 IPA 2."

Anak laki-laki itu tertawa pelan. Hatinya terasa nyeri mendengar Lily mengajaknya hanya berteman saja. 

"Hmm?" Lily menyipitkan matanya. "Gimana?"

"Ah, maaf."

Dia langsung menerima uluran tangan Lily. "Johan."

"Oke, Johan. Salam kenal ya?"

"Hehe iya."

Lily segera pergi meninggalkan Johan sambil membawa bunga pemberian Johan tadi. Tadinya Lily hanya ke toilet tapi teringat pada Dessy dan Fina yang katanya ke kantin. Bukannya bertemu dengan kedua sahabatnya, Lily justru mendapat tembakan cinta.

"Aku cemburu deh."

"ASTAGA!!" Lily loncat dari tempatnya tadi. Tepat disamping pintu kantin, Alanta berdiri sambil memasang wajah menyeramkannya. 

"Kaget ya ketahuan selingkuh di belakang aku?"

"Hah?"

Alanta tersenyum hingga memperlihatkan gigi putihnya. "Cantiknya aku banyak fansnya ternyata.."

Lily mengelus dadanya sendiri, jantungnya lagi-lagi tak aman. Lily menggelengkan kepalanya pelan lalu mendekati Alanta. 

"Lo ngikutin gue lagi?"

Alanta mengangguk. 

"Jangan ikutin gue terus, bisa?"

"Nggak bisa, maunya deket kamu terus."

Lily memegangi kepalanya, "Pusing kepala gue!"

"Pusing?" Tiba-tiba Alanta menyentuh dahinya lalu satu tangannya lagi menyentuh dahinya sendiri. "Tapi kamu nggak panas kok Ly," ucapnya.

"Iyalah, gue itu pusing bukan demam!" kesal Lily menyingkirkan tangan Alanta dari dahinya.

Alanta menghela napas lega, ia pikir Lily sakit. Bahaya jika Lily sakit, nanti Alanta harus membawanya kerumah sakit sedangkan Alanta tidak bawa mobil. 

"Jangan ikutin gue lagi!" perintah Lily hendak pergi.

Alanta tak menjawab karena Alanta tetap mengikuti kemanapun Lily pergi. Lily sengaja mempercepat langkahnya lalu Lily masuk ke dalam toilet lagi agar Alanta tak mengikutinya. Lily menghembuskan napas lelah sambil mengusap keringatnya. 

"Capek," gumam Lily sambil melihat dirinya sendiri di depan cermin.

"Ke toilet aja harus di temenin ya?"

Lily tersenyum tipis melihat Naila keluar dari salah satu bilik toilet. 

"Justru aku lagi kabur dari dia," jawab Lily.

"Kalau lo nggak suka tinggal tolak aja terus kasih ke gue," ucap Naila yang sudah berdiri di samping Lily sambil membenarkan rambutnya.

"Kamu suka Alanta?" tanya Lily serius.

LILY : i wish make you happyWhere stories live. Discover now