[CHAPTER 31] Masa Lalu Seseorang

91 77 44
                                    

“Mengenyahkan masa lalu pahit tak semudah membalikkan telapak tangan.”

*****

    Dia mengambil ponsel di saku celana. Mendekatkan benda canggih di telinga sedetik setelah menggeser tombol hijau di layar. Menunggu perkataan temannya.

    "Gue nggak bilang apa-apa ke dia," ujar seseorang di seberang tanpa basa-basi.

    Dugaannya benar. Bahwa dia mencari semua hal tentang masa lalu Ayana. Dia Andri. Lelaki yang dekat dengan Ayana. Yang acap kali mengode sinyal pada gadis-nya.

    Ketika mendengar bentakan Andri yang tidak biasa, Adam sengaja mengikuti. Mendengar setiap kata demi kata yang terucap dari mereka berdua. Darahnya mendidih kala dengan mudahnya teman sebangku Ayana itu justru menceritakan persahabatan mereka berempat. Kalau begitu, Adam tidak punya pilihan lain, selain mencari tahu masa lalu si Mantan Ketua. Bukannya itu terasa adil?

    "Thanks."

    "Dam," panggil temannya. "Tentang sticky notes itu gue minta maaf. Gue salah udah pakai nama lo buat dekatin cewek yang gue suka," sesalnya.

    Adam balas menggumam. "Kapan lo bisa jujur?"

    "Gue usahain secepatnya. Soal keinginan lo sebelumnya, gue bisa. Asal lo ingat, nyawa gue dipertaruhkan juga di sini, jadi jangan sampai orang lain tahu apalagi dia."

    Adam tergugu sejenak. Setelah sebelumnya menolak temannya ini malah menyetujui keinginannya. Masa lalu Andri.

    "Anggap aja itu permintaan maaf gue," sanggah sang teman. "Tapi, lo yakin cuma pengen tahu aja? Lo cemburu karena mereka dekat?"

    "Lo dimana? Gue ke sana sekarang," balas Adam tak mengindahkan pertanyaan Wildan.

    "Gue lagi di jalan sama si Korupthor ke rumah lo," jawab temannya.

    "Gue turunin tahu rasa lo, Wildan!" Terdengar sahutan tak terima di sebelah Wildan, temannya yang lain. "Dam, lain kali jangan mau maafin ini anak, nanti keenakan dianya!" seru Novan.

    "Lo di rumah, kan, Dam?"

    "Hmm," gumam Adam membalas.

    "Oke, siapin makanan yang banyak, ya," ujar Wildan seenaknya memerintah. Tak lama menutup sambungan telepon, takut mendapat tatapan dingin si Raja Es setibanya di sana.

*****

    Matanya menyusuri rumah. "Oh, Kak Aya?"

    Si pemilik nama memutar tubuh. "Thalia, kamu udah pulang?" Di balik punggung Thalia, tampak teman sebangkunya. "Tiara?" sebut Ayana.

    "Mama mana?" Thalia kebingungan, bukan Fira yang ia temukan melainkan Ayana, yang seharusnya beristirahat di kamar.

    "Keluar sebentar," kata Ayana. "Lo ngapain di sini?"

    Tiara mendengus merasa tersinggung. "Nggak boleh gue jenguk teman sendiri?" sindir Tiara pada Ayana yang melarang siapapun melihat kondisinya, termasuk Tiara, sang teman sebangku.

    "Kakak-kakakku sekalian, bisa tidak kalian berhenti bertengkar? Adik kalian yang cantik nan imut ini pusing mendengarnya. Bisa, kan?" lerai Thalia.

    Mereka mengangguk. "Kalau begitu, Adik kalian ini pamit undur diri. Permisi," sahut Thalia seraya berlari kecil ke lantai atas.

    "Kayaknya lo baik-baik aja, nggak sakit," ungkap Tiara mengeluarkan isi kepalanya. "Kemarin ada kejadian apa?"

FLASHBACK [COMPLETED]Where stories live. Discover now