Kesabaran setipis tisu

222 35 0
                                    

"Najis banget ewhh.." sembari memasang wajah kesal, Ningning mengaduh setelah memantau ponsel yang dari tadi ada digenggamannya.

"Kenapa lagi lo?" Yuna yang sedang asik makan pun mendelik penasaran pada teman disebelahnya.

Bisa dibilang mereka saat ini menghabiskan waktu luang di Cafeteria kampus sebelum jam kelas mulai. Yuna selaku teman karib Ningning memilih mengajaknya untuk makan disana, daripada uring-uringan tidak jelas disekitar kampus. Karena biasanya yang Ningning lakukan memang sering kali membuat orang-orang jengkel dengan kebiasaan jahilnya yang tidak bisa diam.

"Ini sendernya siapa sih di menfess?? Bocah maba pasti" bergidik dengan ekspresi ilfeel seraya meletakkan ponselnya sembarang ke atas meja.

"Apasih di menfess ngetweet apa? Mana gue liat" Yuna merebut ponsel Ningning yang masih menyala.

Setelah dilihat, Yuna hanya menghela nafas lalu mengembalikan ponsel pada si pemilik disampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Setelah dilihat, Yuna hanya menghela nafas lalu mengembalikan ponsel pada si pemilik disampingnya. "Gak ada sehari lo damai sama tu anak"

Siapapun terlebih bagi anggota BEM, Ningning bukan lagi sosok asing yang sering kali mengkritik mengeluarkan segala ekspresi perasaannya lewat omongan. Mulut wanita itu sepertinya memang punya banyak sekali susunan kata yang tidak tanggung-tanggung dikeluarkan. Dan semenjak bergabung sebagai anggota BEM sepertinya Ningning semakin pinter buat mengadu mulut.

Terlebih satu yang menjadi alasannya adalah sosok Presiden alias si ketua BEM yang tidak pernah absen dari kritikan Ningning selama jadi mahasiswa disana. Kenapa?

"Fungsi dia tuh apa ya, kaya kerjaan pacaran mulu gak ada gue liat dia hadir ditiap pertemuan. Goblok banget gak sih.."

"Emang mereka udah jadian ya? Setau gue mereka cuma di kapal-kapalin orang" Tanya Yuna dengan air muka polos sembari meneguk minuman.

"Ya gue peduli amat mereka mau gimana juga. Yang penting nih itu anak tau diri lah posisi dia di BEM apa, gak ada banget tanggung jawabnya heran gue.." Ningning memutar bola matanya, ia bener-bener tidak habis pikir dengan cowok yang notabene ketua BEM itu.

Ketahuilah bahwa sang ketua BEM kampus itu adalah PaJi yang bernama lengkap Park Jihoon, iya pria yang sekarang ini berusia 22 tahun dan sudah hampir menghabiskan masanya sebagai mahasiswa di fakultas sastra. PaJi memang menjadi salah satu alasan terbesar kesabaran Ningning yang setipis tisu itu hancur, lagi-lagi emosinya meledak hanya karena mengingat sikap si ketua yang tidak bisa bertanggung jawab.

Tiap kali berkelana dimedia sosial, terlebih diakun twitter menfess kampus selalu ada saja celotehan tentang pria itu bahkan hampir setiap hari Ningning melihat postingan yang menurutnya tidak bermutu. Seperti tidak jauh dari ungkapan rasa kagum sender terhadap ketampanan si PaJi, atau yang seperti Ningning lihat barusan, para pengabdi couple goals kampus Giselle Jihoon, yang benar-benar tidak ada faedahnya sama sekali.

"Bacot lo emang kayaknya penuh berkah deh Ning" Yuna segera memusatkan penglihatannya pada dua sosok pria yang kini berjalan memasuki Cafeteria. "Itu anaknya dateng, liat coba"

Ningning mengernyit belum mengerti dengan yang barusan Yuna katakan, ia pun sedikit menengok kesamping belakang guna mengikuti omongan Yuna. Dan benar, yang ia lihat adalah PaJi bersama salah satu anggota BEM lainnya yaitu Haru.

Mereka yang saat ini tengah memesan makanan terlihat mengedarkan pandangan ke sekeliling, dan tak sengaja Jihoon menepatkan sorot matanya dengan Ningning yang diam-diam masih memperhatikan keduanya. Tersadar akan hal itu, Ningning langsung bergidik ngeri lalu mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Lo jangan kayak gitu, kebanyakan misuhin si PaJi nanti lama-lama malah lo yang mohon-mohon sama dia" Celetuk Yuna yang belum sadar saat ini Ningning melotot tajam padanya.

"Makin sini lo sama aja deh kayak si goblok Jihoon, gak ada effortnya sama sekali" sewot.

"Ya kali lo beneran jodoh sama dia, jangan salah, benci cinta cuma beda tipis—" Yuna belum kapok ngeledek sebelum ditampol Ningning. "—Ih anjir mereka kesini weh..!!"

Tidak mau menengok ke belakang, Ningning hanya melototi Yuna penuh penasaran. "Apa? ngapain mereka nyamperin??"

Tidak salah, Jihoon yang berada disebelah Haru tengah berjalan mengarah ke tempat dimana Ningning dan Yuna duduk saat ini. Dan dipastikan orang-orang yang berada di Cafeteria ikut memperhatikan kedua orang itu.

"Males banget gue" ucap Ningning begitu si PaJi dan Haruto melewati keberadaan mereka dan menempati meja disamping jendela.

"Gue kira bakal nyamperin kesini"

"Ya lo yang kepedean Shin Yuna.. Cepet habisin makanan lo, gue mau cabut"

"Tapi serius Haru ganteng banget hari ini" Yuna masang senyum mesem-mesem, ia kegirangan sendiri.

"Lo mending diem deh" suasana hati Ningning yang buruk sepertinya tidak bisa diajak meleyot untuk sekarang. Karena biasanya dia sendiri yang mulai mengagumi ketampanan Haru lebih gila dari Yuna.

"Halah lo tadi bacot banget misuh-misuh, giliran ada orangnya lo kayak gak berani"

Biarkan lah Yuna jadi sasaran empuknya kali ini, Ningning sudah tidak bisa menetralkan kesabarannya lagi. "Gue sumpelin mulut lo sama paha ayam, Yuna. Cepet habisin atau gue tinggal!"

Dan yang disamping pun sepertinya tidak bisa mengalihkan perhatian dari kedua orang itu. Jihoon sedari tadi diam-diam menguping interaksi antara Ningning dan Yuna yang memang sering kali beradu mulut disetiap situasi. Belum tau saja jika Ningning dan Yuna selalu ribut karena memperihalkan dirinya.

Ya meskipun sering adu bacot, Ningning Yuna karib sehidup semati yang tidak terpisahkan.

"Rapat, rapat, rapat terus! Ketuanya aja gak pernah ikut rapat! Yang ada capek di gue!" Entah sengaja atau tidak Ningning ngomel dengan nada sedikit tinggi. Ia mendapatkan pop up pemberitahuan untuk memanajemen jadwal pertemuan BEM.

"Jangan teriak, orang-orang ngeliatin kita Ningning" Greget Yuna, ia langsung pura-pura mengalihkan pandangan merasa malu.

Dan benar saja dua cowok yang disebelah pun mendelik tajam kearah Ningning, terlebih Jihoon yang terlihat menahan kesal atas sindiran Ningning yang baru saja didengarnya.

"Apa lo liat liat?!"

"Dendam banget lo sama gue kayaknya" balas Jihoon.

"Ya minimal sadar diri bisa gak sih?? Lo tanggung tugas lo, lagi-lagi gue yang selalu diribetin gara-gara kelakuan lo!" Ningning ngomong masih dalam posisi duduknya. Mereka saling lempar mulut antar meja sebelah, dan sudah dipastikan orang-orang saat ini memperhatikan keduanya.

Selaku sekretaris BEM tugasnya memang lebih banyak dan tentu hal-hal yang sudah seharusnya melibatkan sang ketua kini malah dia tanggung sendirian. Yang menambah kesalnya lagi, Jihoon selalu mengabaikan disaat dirinya minta untuk kerja sama.

"Lo tuh gak bisa kalo gak gue bacotin dulu baru bisa paham" Ningning diambang kesabaran.










Chapter pertama.. gimana?
See you on the next part.

Hari-hari PaJi | Jihoon • NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang