Sakit hati

104 24 1
                                    

Setibanya Giselle di ruangan BEM, suasana sedikit terasa kurang mengenakkan jika dilihat-lihat. Dan bagaimana Ningning terlihat berpura-pura tak mengindahkan keadaan, fokus dengan kesibukan tugasnya disana. Sementara Jihoon, ia mengantensikan diri pada posisinya sebagai pemegang keputusan, dimana ia harus mengambil alih tanggung jawab atas kekacauan sebelumnya.

Haruto ikut andil diantara mereka saat ini, dia kemudian berdehem seakan memecahkan situasi yang menurutnya terlalu canggung dan menegangkan.

"Jadi gimana nih kelanjutan buat workshop nanti?" Haruto mengawali pembahasan.

Jihoon menegakkan tubuh dari posisi duduknya, "Sebelumnya gue mau nanya sama Giselle dan Ningning juga, lo tau kan workshop keanggotaan wajib diadakan tiap bulannya?"

Giselle mengangguki pertanyaan Jihoon. Giselle sepertinya sudah memahami kemana arah pembicaraan sang ketua.

"Kalo lo mau bahas soal pertemuan kemarin, gue akui gue salah udah nyaranin Giselle buat batalin" kini Ningning yang ikut membalas pertanyaan Jihoon. Ia paling tidak suka dengan keadaan yang terkesan mengintimidasi dirinya seperti yang dilakukan Jihoon sekarang.

"Dengerin gue ngomong, jangan dulu dipotong. —Lo semua tau kan tanggung jawab tugas kalian di BEM gimana? Sadar gak?! yang kalian lakuin kemarin itu udah gak mencerminkan posisi kalian disini! Gimana pandangan anggota yang lain lihat kinerja kalian yang seenaknya main batalin disaat mereka udah serius dengan tugasnya masing-masing!?" Jihoon sedikit menaikkan suaranya dikalimat terakhir, tapi kemudian ia pun menarik nafasnya perlahan tanpa ingin bermaksud berteriak.

"—Kalian kakak tingkat disini, seharusnya kalian bisa lihat mana tanggung jawab yang harus dilakuin untuk keberlangsungan organisasi ini"

Baru kali ini Ningning merasakan degup jantungnya berdebar lebih kencang begitu mendengar Jihoon meluapkan amarahnya seperti barusan. Tidak pernah sebelumnya ia melihat Jihoon berteriak, tapi untuk kali ini Ningning rasa hatinya sedikit mencelos terkejut. Ia sangat benci dibentak-bentak.

Begitu pula dengan Giselle tak kalah gugup karena suara amarah Jihoon. Giselle benar-benar merasa bersalah sudah membuat keputusan seenaknya, mengingat dirinya ini sebagai wakil ketua BEM dan tak mampu bersikap bijak dalam mengkondisikan emosi dengan posisi tugasnya.

Giselle hanya mampu mengulum bibirnya, menunggu kelanjutan perkataan Jihoon.

"Udah Ji, lihat tuh muka Ningning sama Gigi ketakutan gitu denger teriakan lo" untuk yang satu ini Haruto ikut merasa kasihan. Karena bagaimana pun ia tidak pernah melihat Jihoon berteriak didepan seorang wanita, meskipun Haruto sudah mengenal baik seperti apa Jihoon jika sedang marah.

Jihoon memijat keningnya, ia sedikit kalut dengan emosionalnya. Ekor matanya kini melirik untuk melihat dua orang wanita yang duduk dihadapannya mengikuti ucapan Haruto barusan. Dan benar saja, Ningning terlihat menggertak dengan mengedarkan pandangan keatas seolah mengalihkan perasaan yang Jihoon sendiri sulit ditebak.

Jihoon kembali menghela nafas, "Untuk kedepannya gue harap kalian bisa lebih professional dan bisa memegang tanggung jawab masing-masing, gak ada lagi bersikap seenaknya. Meskipun gue berhalangan hadir, gue tetep yang utama bertanggung jawab sepenuhnya disini. Gue harap kalian ngerti"

Begitu kalimat Jihoon berakhir, Ningning lekas beranjak berdiri dan masih dengan ekspresi emosinya yang tidak bisa ditebak. Semua mata pun mengarahkan pandangan pada Ningning.

"Gue keluar duluan, bentar lagi gue ada kelas" hingga keluar dari ruangan, Ningning tidak memperdulikan pandangan mereka.

Hari-hari PaJi | Jihoon • NingningWhere stories live. Discover now