Bukan tentang siapa

150 22 1
                                    

Berakhir dibalik tembok perawatan, kecelakaan yang dialami Jihoon kini membuat suasana diselimuti kekhawatiran hingga ketakutan yang luar biasa. Ambulance dengan cepat datang ke tempat kejadian begitu korban keluar dari mobil dengan kondisi tubuh lemas tak berdaya. Jihoon segera dilarikan ke rumah sakit hingga menyisakan tanda tanya apa yang menyebabkan dirinya kecelakaan sampai seperti itu.

Penyidik tengah mengolah tkp dengan garis peringatan. Mobil yang dibawa oleh Jihoon rusak dibagian depan, beruntung terdapat air bag yang mengembang ditumpuan kemudi hingga kemungkinan Jihoon sendiri tidak mengalami benturan keras pada stir kemudi tersebut.

Ningning dan Haechan yang berada dilokasi kejadian pun mereka tidak bisa berkutik banyak sebagai saksi, hanya bisa mengatakan apa yang sebenarnya mereka lihat disana. Keduanya pun saat ini sudah berada di rumah sakit dimana Jihoon berada sekarang, naluri perasaan khawatir mereka lah yang mengatensikan keduanya untuk mengikuti kemana ambulance membawa Jihoon pergi.

"Lo kabarin anak-anak deh rapatnya batal" Perintah Ningning pada Haechan saat masih berada diruang tunggu.

"Gue yakin mereka bakal ngamuk ke kita abis ini"

"Itu gak penting buat sekarang, lo bilang juga si PaJi kecelakaan kita lagi nemenin dia di rumah sakit" Ningning yang masih merasa cemas. Kecelakaan Jihoon seolah mengingatkannya pada kejadiaan yang menimpanya beberapa bulan lalu.

"Yaudah gue tinggal bentar, gue mau telpon Gigi diluar. Lo disini gapapa sendirian?"

"Iya udah cepet sana" Haechan pun mengangguki sembari melenggangkan kaki keluar ruangan.

Kontrol emosi sepertinya sulit untuk dilakukan saat ini. Disatu sisi Ningning seakan merasa bersalah karena selalu memarahi Jihoon, sementara disituasi sekarang ia tidak bisa menyalahkan seperti biasanya. Tapi meskipun begitu, Ningning masih memiliki rasa simpati sebagai teman juga rekannya sesama anggota BEM. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaan setelah tau jika ternyata dugaannya benar bahwa pengemudi mobil itu adalah Jihoon.

"Wali pasien Park Jihoon?" Suster wanita seakan bertanya ketika memasuki ruang tunggu.

Ningning yang begitu mendengarnya langsung refleks beranjak, "saya temannya Park Jihoon, Suster"

Sudah dari satu jam lalu Ningning menghubungi keluarga Jihoon setelah ia mencari tau kontak keluarganya pada Haru yang notabene teman dekat Jihoon. Tapi sepertinya tak kunjung ada yang datang sampai saat ini.

"Suster bisa beritahu kondisinya pada keluarganya saja nanti, jika mereka sudah datang" ucap Ningning.

"Baiklah, tapi bisakah kamu menuliskan nomor ponsel keluarganya disini?" Suster seraya menunjukkan papan dada berisikan kertas form yang dibawanya, lalu menyerahkannya pada Ningning.

Ningning merogoh ponselnya mencari kontak nomor yang diberikan Haru beberapa saat lalu. Ia dengan segera menyalinnya dikertas form itu.

"Tolong tuliskan nomor ponselmu juga disini jika kemungkinan nanti keluarganya tidak bisa dihubungi kami akan menghubungimu" saran susternya lagi.

"Tapi saya bukan siapa-siapanya pasien Sus" Ningning yang berpikir sejenak.

"Setidaknya ada orang yang mengenal pasien, kami bisa menginformasikannya"

Bukannya enggan, hanya saja Ningning saat ini benar-benar bingung harus bersikap seperti apa dikondisi seperti ini. Ia juga tidak terlalu mengerti posisinya yang sedari tadi terus berdiam dan menunggu saja di rumah sakit.

Dan Ningning pun mau tak mau akhirnya mulai menuliskan nomor ponselnya sendiri sebagai wali pasien Jihoon.

"Baik, terima kasih"

"Tunggu Sus" Ningning membatalkan niat Susternya yang hendak pergi. "Tapi gimana kondisi Jihoon? Apa dia separah itu?"

"Dokter yang akan menjelaskannya nanti, saya permisi dulu" selesai dengan urusannya, Suster itu pun keluar dari ruangan meninggalkan Ningning disana.

Ningning kembali duduk pada tempatnya semula. Ia beralih memperhatikan sekeliling, orang yang sedari tadi bertelepon diluar sepertinya cukup membuat Ningning geram karena tidak cepat kembali. Hingga detik kemudian barulah Ningning yang didalam melihat Haechan menampakan wajah berjalan melewati kaca pembatas ruangan.

"Abis deep conversation atau apaan, lama banget tibang ngomong doang"

"Sekalian berak tadi, mules gue" Haechan ikut mendaratkan pantatnya disebelah Ningning. "Gimana udah ada kabar belum? Pegel tau kita disini diem doang kayak orang tolol"

"Lo yang tolol, gue sih enggak" sembari memutar bola matanya jenggah, "Tadi Susternya nanya, gue bilang walinya Jihoon belum dateng karena gue kan bukan siapa-siapanya dia. Terus Susternya minta nomor keluarganya, gue catet aja yang dikasih si Haru biar nanti ada yang bisa dihubungi gitu. —Kita balik aja ya?"

"Oh, tapi terus gimana kondisinya? Susternya gak ngasih tau lo?"

"Engga, katanya Dokter yang bakal kasih tau nanti ke keluarganya aja" Ningning hendak berdiri lalu mengambil tas, "ayo, entar gue keburu dicari Mommy"

Haechan ikut berajak, "gue kasian si PaJi sendirian, mana keluarganya belum ada kabar lagi"

"Yaudah lo aja nungguin disini, gue mau pulang"

"Gak mau"

"Yaudah gak usah bawel, cepetan.." Ningning kemudian narik paksa ujung baju yang dipakai Haechan.

Meskipun sedikit berat hati mereka memutuskan untuk pulang. Ningning pikir setidaknya dia sudah mengabari orang-orang dekat Jihoon yang setau dia. Entah gimana pun kelanjutannya ia harus menunggu informasi dari pihak rumah sakit, dan semoga saja keluarga Jihoon segera datang untuk mengurusnya.

Dan untuk urusan BEM di kampus sepertinya akan kembali menguras tenaga Ningning lagi. Rapat yang sebelumnya direncanakan terpaksa ditunda, ya meski sebenarnya bisa saja dipimpin oleh si wakil ketua Giselle, tapi untuk hal itu Ningning rasa ia tidak bisa meninggalkan rapat tanpa dirinya.

"Ning, Gigi bilang dia mau ketemu lo besok"

Ningning hanya berdehem mengiyakan, atensinya yang terfokus penuh pada jalanan depan. "Tapi lo temenin. Gue gak mau harus ketemu dia cuma berdua doang"

"Kenapa sih, dendam apa lo sama dia sampe awet banget perasaan" selidik Haechan dari tempat duduknya.

"Dari dulu emang gue gak suka kan sama dia" Ningning cukup males sebenarnya harus membahas Giselle diobrolannya. Ada saja perasaan kesalnya ketika mendengar nama wanita itu. "Udah temenin gue aja besok, takut warwerwor gue kalo gak ada yang nengahin"

"Gigi cuma mau ngomongin urusan rapat kali, gak perlu bawa emosi juga"

"Lo kayak gak tau aja gue orangnya gimana, kalo kepancing dikit gue bisa lepas, apalagi sama dia" Ningning mulai serius, wajahnya yang jutek kembali datar. Sedikit pun ia tidak melirik Haechan disebelahnya, bahkan ketika keduanya sedang berbicara saat ini. "Kenapa juga harus ngabarin lewat lo, emang gak bisa chat langsung gue aja"

Ningning jika sudah seperti itu, Haechan hanya bisa diam pura-pura tidak mendengar. Sebagai teman karib tentu Haechan mengenal baik seperti apa Ningning.










Ningning si paling ga bisa kalo ga nyolot..

Hari-hari PaJi | Jihoon • NingningWhere stories live. Discover now