BEM

115 23 2
                                    

Sebuah mobil berhenti tepat di depan gerbang kampus dimana mahasiswa lainnya berlalu-lalang keluar masuk kampus di pagi hari, dan begitu pula dengan kehadiran Jihoon yang baru saja keluar dari mobil itu. Jihoon terlihat mengenakan balutan perban disisi kepalanya, mengingat ia masih dalam masa pemulihan, tetapi kewajibannya sebagai mahasiswa tidak bisa diabaikan begitu saja.

Cukup sudah sehari kemarin terkapar habis dalam kukungan perawatan, Jihoon tak mau menghabiskan lebih banyak waktu lagi di rumah sakit. Jihoon ingin segera membaik seperti sebelumnya, dan mau tak mau ia pun harus merepotkan orang tuanya agar bisa mengantarnya ke kampus. Dan mungkin untuk kedepannya juga Jihoon akan terus diantar, karena mobil yang diberikan orang tuanya mengalami rusak parah akibat kecelakaannya kemarin.

"Mama, Jihoon masuk dulu ya" Jihoon berpamitan lewat pintu kaca mobil yang terbuka.

"Nanti titip salam buat temen-temen yang udah nolongin kamu kemarin, sekalian ajak mereka dateng ke rumah Ji, Mama mau ketemu."

"Iya Ma, nanti aku sampein. Yaudah hati-hati di jalan"

Jihoon sudah mengetahui tentang Ningning dan Haechan yang berada ditempat kejadian saat kecelakaan terjadi. Mereka yang menelepon pihak emergency rumah sakit agar ia segera mendapatkan pertolongan. Tentu kali ini ia harus menyingkirkan gengsinya dan berterima kasih pada Ningning karena sudah menyelamatkannya. Ya walaupun nanti sedikit merasa malu tetapi ia harus melakukannya.

"Kamu juga jangan banyak kegiatan dulu. Bye Nak.." Jihoon kemudian melambaikan tangannya begitu mobil sang Mama mulai melaju meninggalkan area kampus.

Hari ini dimana jadwal kelas sudah menunggu untuk beberapa jam ke depan, dan mungkin ada agenda BEM juga yang harus segera diurusi setelah ditinggal kemarin. Satu dari sekian hal sudah ia ketahui dari pemberitahuan grup chat, dan sekarang sudah waktunya menangani secara langsung sebelum seseorang akan menceramahinya karena terlalu lama melalaikan tugas.

"Lah lo udah masuk?" Sebuah pertanyaan ia terima dengan tiba-tiba begitu memasuki ruangan BEM.

Jihoon lebih dulu untuk menyambangi ruangan yang sudah menjadi rumah keduanya beberapa bulan terakhir. Haruto kini berada di ruangan, entah dari jam berapa pemuda itu sudah berada disana. Haruto sedikit terkejut dengan kehadiran Jihoon yang membuat pintu ruangan terbuka, bukan karena apa, tapi dia tahu jika kemarin Jihoon masih berada di rumah sakit.

"Gue gak suka bau obat-obatan, mending gue disini" Jihoon mendaratkan bokongnya di sofa yang terdapat di ruangan. Ia membuka laptopnya diatas meja, sama seperti apa yang dilakukan Haruto saat ini. "Gimana pertemuan kemarin?"

"Kan gak jadi gara-gara lo kecelakaan gimana sih..?"

"Kok gitu? Siapa yang batalin? Kan lo semua bisa meski tanpa ada gue" Jihoon tak tau menau soal pertemuan penting yang ternyata batal digelar.

"Lo gak baca grup? Gigi yang ngasih tau"

"Gigi juga ikut-ikutan?" Masih pagi hari Jihoon harus memutar otak untuk menyelesaikan bahasan program kerja yang tertunda.

Setau dirinya Giselle bukan tipikal orang yang suka menunda-nunda tugasnya, terlebih pembahasan program kerja yang sekarang bukan untuk main-main. Jihoon mengira pertemuan sebelumnya bisa diselesaikan dengan baik meski tidak dihadiri dirinya, karena Jihoon sendiri percaya Giselle bisa mempimpinnya.

"Giselle dimana, lo tau?" Tanya Jihoon pada Haruto. Niatnya untuk mengerjakan tugas pun diurungkan, ia sedikit kesal karena hal itu.

"Tadi Gigi sempet kesini terus pergi, dia bilang mau ketemu Ningning dulu" Haruto yang merasakan aura tidak mengenakkan dari raut wajah Jihoon sekarang.

"Lo hubungi dia suruh kesini"

Haruto menggaruk tekuknya, "iya bentar"

Sudah dipastikan perkumpulan anggota inti di ruangan BEM ini akan menegangkan, Haruto mengenal betul tabiat Jihoon jika sudah seperti itu. Aura sang pemimpinnya keluar, Jihoon memiliki ketegasan tersendiri jika menyangkut kelalaian anggota yang tidak bisa bekerja dengan baik.

"Eh lo kok disini?" Ningning terheran dengan kehadiran Jihoon yang berada di ruangan. Haruto yang hendak menelepon Gigi pun ikut mendelik mendengar pertanyaan Ningning yang baru saja akan masuk.

"Ning lo gak bareng Gigi? Kata dia tadi mau ketemu lo?" Tanya Haruto, ia kembali menaruh ponselnya.

"Gak ada tuh dia ngomong apa-apa sama gue" Bohong Ningning, padahal ia sudah tau sebelumnya jika Giselle memintanya untuk berbicara. Bukannya menghindar, hanya saja Ningning tak mau menyita waktu dengan sengaja menemui Giselle lebih dulu.

Jihoon yang memperhatikan kini terlihat menghela nafasnya. "Yaudah kalo gitu gue tanya, lo tau alasan kenapa rapat kemarin gak jadi?"

Entah salah waktu atau apa, Ningning sedikit kesal saat baru saja datang tapi sudah ditodong segala pertanyaan oleh dua orang dihadapannya.

"Gue yang minta batalin, lagian gak ada yang mimpin juga kan? Sedangkan lo abis kecelakaan" Ningning beralih ke meja kerja miliknya.

Arah pandangan Jihoon mengikuti kemana Ningning pergi. Pikirannya seakan merasakan kejanggalan dengan perkataan Ningning yang barusan ia dengar. "Lo ada masalah sama Gigi?"

"Kenapa deh dari tadi nanyain mulu tentang si Gigi? Tanya langsung ke orangnya, gue gak ada apa-apa sama dia"

"Bohong banget, nada ngomong lo gak kayak gitu kalo emang bener gak ada apa-apa" balas Haruto, ia malah ikut curiga dengan sikap Ningning yang terlihat jengah itu.

Hendak Ningning membalas, helaan napas kasar lebih dulu terdengar dari mulut Jihoon, "Haru, mending lo cari Giselle deh"

Jadilah imbas, Haruto dengan sedikit jengah pun mau tak mau beranjak dari duduknya, ia kemudian keluar dari ruangan meninggalkan Jihoon dan Ningning berdua.

Suasana hati Jihoon selalu cepat berubah, dan bagaimana pria itu menanggapi situasi antara Haruto dengan Ningning yang mungkin saja akan menjadi sesi adu mulut berkepanjangan. Cukup sudah Jihoon dibuat pusing terkait program kerja, ia tidak mau bebannya bertambah dengan mencari tau hal lain diluar BEM.

"Kata suster yang rawat gue, katanya lo yang nungguin gue pasca kecelakaan" Jihoon memberanikan diri untuk mengawali pembicaraan.

"Gue bareng si Haechan, iya kebetulan aja kita lagi dijalanan yang sama"

"Terlepas dari apapun, gue berterima kasih sama lo dan Haechan udah buang waktu buat nolongin gue"

Sang empu hanya berdehem, "ya nanti gue sampein ke si Haechan. —btw, gimana keadaan lo? Gue liat mobil lo rusak parah kemarin"

"Kayak yang lo liat sekarang, kepala gue sempet dijahit karna kena pecahan kaca" Jihoon dengan ekor matanya yang mengarah pada sisi kepalanya yang terbalut perban. "Tapi selebihnya gue baik-baik aja"

"Bagus deh, lo bisa balik ke BEM cepet dan  bisa ngurus tugas lo sendiri"









See you on the next part..

Hari-hari PaJi | Jihoon • NingningWhere stories live. Discover now