25

110 13 3
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh boul semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Ozy menyimpan asal ponselnya di atas sofa yang kini ia gunakan. Tadi ia menghabiskan waktu hampir 1 jam penuh untuk berbincang dengan kedua orangtuanya lewat panggilan. Ah, rasanya ia begitu merindukan mereka berdua. Padahal belum ada setengah tahun Ozzy berada di sini, tapi rasanya sudah amat lama ia meninggalkan pahlawannya itu di kampung sana. Sejujurnya ia ingin sekali memaksa kedua orang tuanya untuk ikut ke Bandung dengan dirinya, tapi sekali lagi pilihan mereka adalah menolong yang membutuhkan. Katanya, mereka ingin mengabdi, mereka ingin menghabiskan waktu tua mereka untuk membantu di kampung-kampung yang kekurangan tenaga juga peralatan. Maka tentu Ozzy tak bisalagim memaksakan kehendaknya.

Pilihan terbaik yang bisa ia lakukan adalah dengan tetap menjaga komunikasi setiap harinya. Ntah itu berbincang lewat telpon atau hanya saling berkirim pesan, yang jelas ia tak boleh tertinggal berita tentang kedua pahlawanya.

Netranya kini memandang sekitar, menelisik setiap penjuru rumahnya yang terlihat rapih. Sayangnya semua terasa amat hampa, ia merasa rumah ini terlalu besar bagi dirinya sendiri sampai sepi terus menerus mampir menyinggahinya. Kadang Ozzy sengaja menyibukan diri untuk terus bekerja atau sekedar membaca buku agar sepi itu tak terus menerus menusuknya.

Jika sepi sedang melandanya, ntah kenapa Ozzy selalu teringat pada Dias. Meski baru mengetahui inti masalah dari gadis itu, Ozzy mampu membayangkan bagaimana beratnya Dias dalam bertahan di rumah yang sedang ia tinggali sekarang. Tapi hebatnya gadis itu selalu saja berhasil mengelabui semua orang dengan tawa renyahnya, menyembunyikan lukanya sedalam mungkin sampai hanya beberapa orang saja yang mampu melihat luka tersebut.

Ozzy tersentak saat menyadari bel rumahnya sedari tadi berbunyi nyaring, astaga rupanya ia melamun cukup lama ternyata. Dengan cepat Ozzy melangkah ke arah pintu, melihat siapa gerangan yang mampir menjadi tamunya kali ini. Dan senyumnya otomatis mengembang begitu melihat yang mampir saat itu adalah sangat pujaan hati, Dias.

Melihat Ozzy yang hanya tersenyum sambil terus memandangnya kontan saja membuat Dias sedikit kikuk, dengan sedikit cengengesan gadis itu menunjuk ke dalam rumah Ozzy. "Guenya.., ga di suruh masuk, Mas?"

Lagi, untuk kesekian kalinya kesadaran Ozzy di paksa kembali. Ia langsung membuka pintunya lebar-lebar untuk Dias, mengijinkan gadis itu untuk masuk kali ini. "Sorry, lagi ga fokus gue, hehe."

Benar, sepertinya Ozzy sedang sangat merindukan orang tuanya. Belakangan ini ia terus saja memikirkan mereka, saking tak fokusnya Ozzy sampai melupakan bahwa hari ini ia memiliki janji dengan Dias untuk membuat materi seminarnya lusa esok.

Mulanya tentu ini hanya akal bulus Ozzy agar bisa mencuri waktu Dias saja, tapi sepertinya kini ia benar-benar membutuhkan gadis itu. Jadi, Ozzy sama sekali tak menyesal telah berbohong bahwa ia bingung membuat kalimat untuk materi seminarnya kelak. Toh jika saja Dias tahu, mengisi seminar itu bukan hal yang baru baginya. Bahkan sudah seperti makanannya sehari-hari.

"Yas, sorry ya gue jadi ngerepotin. Lo juga inisiatif banget beli makanan sekeresek gitu," Kata Ozzy saat melihat gadis itu mengeluarkan makanan di kresek yang tadi di bawanya satu persatu.

"Ini buat gue, Mas," Kata Dias dengan nada datar sukses membungkam Ozzy.

Detik berikutnya tawa renyah Dias mengisi ruangan tempat mereka duduk. Melihat wajah cengo Ozzy seperti tadi adalah hiburan tersendiri baginya, karena muka Ozzy benar-benar polos dan juga pasrah.

"Hahaha bercanda Mas, yaelah. Tapi gue belum tau banyak tentang lo, kesukaan lo. Jadi gue belinya yang netral, yang kira-kira semua orang suka," Ucap Dias sambil membuka kaleng cocacola yang kemudian ia sodorkan pada Ozzy. "Cola suka kan?"

Ozzy mengangguk, dengan senang hati menerima uluran tersebut lalu meneguk nya sedikit. "Thanks. Lo tenang aja, gue itu pemakan segala, apalagi gratisan."

"Anjir, rumah aja gede, mobil aja bagus, kerjaan aja dokter. Maunya tetep yang gretongan," Sungut Dias kembali mengundang kekehan Ozzy.

"Mau langsung ngerjain aja?" Tanya Ozzy.

"Boleh, materi semester 3 kan? Nih gue bawa bukunya buat referensi." Benar saja, Dias membuka tas ajaibnya dan mengeluarkan 3 buku cukup tebal dari sana.

Ozzy bahkan sempat meringis melihat itu. Tidakkah Dias paham Ozzy itu hanya ingin mencuri waktunya? Mengapa ia niat sekali membantu?

"Hhmm kayanya ga usah deh, gue butuh temen diskusi aja soalnya."

Dias mengangguk-anggukan kepalanya paham, tidak ambil pusing. Ia lantas mendekat begitu saja saat Ozzy mulai mengetikkan kalimat demi kalimat yang perlahan mengisi layar laptopnya. Dalam kurung waktu45 menit itu mereka berdua sangat serius, sesekali Dias memberikan masukannya untuk materi Ozzy. Seperti "pembahasan ini mending di simpen di tengah." Atau "coba selipin study kasus di pembahasan ini, pemahamannya bisa rancu soalnya."

Tapi meski begitu, hampir semua materi tersebut Ozzy kerjakan sendiri. Tugas Dias hanya sesekali mengomentari dan menyuapi lelaki itu dengan ciki atau menyodorkannya minuman. Sudah mirip seperti anak kecil bukan?

"Haaahh, alhamdulillah, beres juga." Ozzy merenggangkan ototnya, tersenyum cerah pada Dias yang kini menatapnya datar.

"Oh jadi ini yang minta di bantuin tuh? Coba coba, gue bantunya sebelah mana? Lo ngerjain semuanya sendiri loh Mas."

Seperti biasa, Ozzy hanya akan tersenyum sambil mengusap kepala Dias dengan lembut.

"Lo bantuin ko, tadi juga lo ngasih beberapa masukan sama nyuapin gue kan?" Ozzy kini memandang Dias dengan dalam, menunjukan betapa ia sudah jatuh hati pada gadis itu. "Jadi makasih ya," Lanjut Ozzy.

"Yaa, nyuapin doang huuu."

"Sebenernya iya sih, minta bantuan lo cuma akal-akalan gue supaya bisa ketemu lo," Ozzy menghela nafas sebelum melanjutkan. "Gue sebenernya ga suka sepi, ga suka sendirian. Dan tiap gue bareng lo gue ngerasa pulang, Yas. Apalagi kaya tadi lagi kangen ortu gue terus lo dateng, kaya gue langsung better. "

Dias kali ini tersenyum. "Anak baik, syukur kalau gue bisa ngehibur lo."

"Kenapa lo ga pulang aja Mas pas ntar lo libur? Sekalian nengok kan?" Saran Dias.

"Iya, rencananya sih emang minggu depan gue mau balik dulu gue ke sana." Ozzy meneguk cola di tangannya, lalu setelahnya menatap Dias. "Yas, gimana kalo lo nemenin gue?"

~~~

Haloooooo, met malam minggu sahabat lecil kuuuuu. Masih kah ada yang melek????????

Btw, maaf kalo aku ilang-ilangan, jujurly draft udah ada cuma belakangan lagi kurang pede jadi ya gitu deh:(( maaf yaaa, semoga kalian ga bosen nungguin aku apdet wkwkwk

Luv u🐝💜🐝💜🐝💜

Abyss of PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang