26

87 12 0
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh boul semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Sepertinya Ozzy memang sudah tak waras. Minggu lalu saat ia mengajak Dias untuk menemaninya pulang kampung jelas Dias menolak, pertama jelas karena itu terlalu mendadak untuknya dan kedua karena orang tuanya belum tentu mengijinkan. Tetapi tolakan halus dari Dias itu malah membuat Ozzy memutar otaknya agar Dias menuruti keinginannya. Seperti Ozzy yang mencocokan jadwal prakteknya dengan Dias agar libur di hari yang sama dan seperti saat ini, ia tengah meminta izin pada kedua orang tua Dias untuk memperbolehkan anak sulung mereka ikut dengannya.

Ozzy paham betul jika ia terang-terangan menjelaskan ini hanyalah keberangkatan pribadi, kecil kemungkinan ia mengantongi izinnya. Maka dengan kebohongan yang di barengi dengan sedikit fakta, lelaki itu berhasil mengarang cerita. Katanya jika tidak ingin ketahuan berbohong, sebuah kenyataan harus terselip di antaranya. Lantas dengan kemampuannya berkomunikasi dengan lancar dan ahli dalam meyakinkan, akhirnya mau tak mau kedua orang tua Dias memberikan Dias izin untuk pergi dengannya.

Di lain sisi, Keno yang melihat Ozzy begitu berani berhadapan dengan orang tuanya di buat takjub. Kakak sulungnya ini terlalu sibuk bekerja dan mengurus dirinya juga si bungsu Lino, hingga tak ada waktu lagi untuk dirinya mencari kekasih atau sekedar memilih lelaki mana yang ia cintai. Namun mengingat respon Dias saat terakhir kali membicarakan Ozzy dan juga melihat bagaimana beraninya lelaki itu saat ini, membuat Keno yakin bahwa pilihan kakaknya ini tidaklah salah. Ada rasa lega juga senang yang Keno rasakan saat tahu bahwa kini, Dias memiliki Ozzy di sampingnya. Yah, setidaknya ia berharap dengan hadirnya Ozzy akan membuat hidup Dias tak lagi kelabu.

"Yaudah, kamu siap-siap dulu sana," Titah Papah pada Dias. Lelaki itu lantas bangkit, di ikuti oleh sang istri di sampingnya. "Saya ada urusan keluar dengan istri saya, jadi saya permisi dulu, Nak Ozzy."

Ozzy mengangguk sambil sedikit membungkuk. "Iya om, hati-hati. Maaf saya jadi nyita waktunya."

Papah tak menjawab kala itu, ia hanya menepuk bahu Ozzy pelan sambil berlalu.

"Mas.., wah lo mabok atau gimana? Ko kepikiran buat minta izin langsung sama Papah?" Kata Dias setelah orang tuanya pergi.

"Ga apa-apa kali Mba, namanya cowo kalau mau ajak cewe ya harus ijin sama ortunya lah," Sambar Keno yang membuat Ozzy menjentikan jarinya.

"Tuh dengerin, masa kalah sama adek lo, Yas."

Dias tak menjawab, kepalanya terlalu berdenyut dan ia masih sibuk menetralkan detak jantungnya. "Gue yang paniknya monyet," Sungut Dias tak lagi mampu menahan umpatan nya.

Ozzy juga Keno terkekeh-kekeh melihat wajah Dias yang mulai kembali seperti biasa. Lalu setelah kekehan nya itu berhenti, Ozzy menggerakna dagunya untuk menyuruh Dias agar segera bersiap.

"Ntar dulu, ini lo serius ngajak gue?" Tanya Dias memastikan sekali lagi. Pasalnya ini terlalu mendadak untuknya, apalagi di hanya sendirian pula.

"Kalo ga serius ngapain gue ada di sini sih, cantik?"

"Masih loading tuh anaknya Mas, masih kaget ada cowo yang niat kaya lo," Komentar Keno yang tanpa sadar di angguki Dias.

"Gue sekalian pengen kenalin lo ke ortu gue juga. Jadi mau ya, temenin gue?"

Dias mengatup bibirnya serapat yang ia bisa, demi apapun gadis itu tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi di hidupnya. Ozzy, lelaki itu benar-benar penuh kejutan. Dias tak bisa menebak apa yang tengah di rencanakannya. Dan sialnya, Ozzy selalu berhasil membuatnya merasakan debaran asing yang jarang sekali Dias rasakan. Jika biasanya Dias tak merespon banyak saat di dekati banyak lelaki yang memujanya, lain hal nya dengan Ozzy yang ntah mengapa selalu punya cara sendiri untuk mampir ke pikirannya Dias. Jika terus begini kan bahaya bagi Dias, bagaimana jika Ozzy hanya singgah tanpa berniat untuk sungguh?

"Heh malah diem, dah sana buru siap-siap." Keno kini sedikit mendorong Dias agar segera bergerak ke kamarnya. Meski sumpah serapah keluar dari mulut Dias saat mendapat perlakuan kurang dari sang adik, tapi ia tetap melangkah mengikuti intruksi Keno tadi.

Persiapan untuk 3 hari 2 malam ke depan Dias lakukan dengan cepat. Tak begitu banyak yang di bawanya, hanya beberapa baju dan perlengkapan inti saja. Maka dengan 1 ransel dan 1 kresek kecil makanan yang di tentengnya, perjalanan kedua insan itu di mulai.

Tadi, sebelum pergi Keno berpesan agar Ozzy selalu memperhatikan Dias. Ntah itu keselamatan, atau makan sang Kakak. Dan Ozzy mengangguk patuh, jelas ia akan memperhatikan dan menjaga Dias tanpa perlu di minta oleh Keno.

Lalu mereka harus menghabiskan waktu hampir 2 jam di perjalanan sebelum akhirnya bisa tiba di kediaman orang tua Ozzy. Tangan Dias di genggam Ozzy tak kalah gadis itu turun dari mobilnya, mungkin terlihat jelas gadis itu gugup maka Ozzy memilih untuk terus menggenggamnya hingga nanti ke dalam. Sementara Dias malah jadi semakin gugup di perlakukan seperti itu, ayolah bagaimana jika dirinya tak di sukai? Bagaimana jika orang tua Ozzy itu galak seperti yang ada di drama-drama?

Seluruh pemikirannya itu baru luntur ketika Bunda yang mendekat pada mereka dan meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Setelah memeluk dan mencium sang Putra, wanita cantik yang sudah tak lagi muda itu beralih memandang Dias. Tatapannya begitu ramah, benar-benar jauh dari pemikiran Dias tadi.

"Oh jadi ini yang sering kamu ceritain tuh Zy? Siapa namanya Neng?" Tanya Bunda menatap Dias dengan antusias.

"Dias Tante, salam kenal saya temennya mas Ozzy di RS, hehe," Jawab Dias berusaha se sopan mungkin.

"Suruh masuk dulu Mbu, anaknya cape itu abis dari kota." Perkataan seseorang dari arah belakang itu sukses membuat ketiganya kompak menoleh ke sumber suara. Lalu tanpa bisa di tahan lagi, Ozzy mendekat lalu memeluk sang ayah sekilas.

"Akhirnya kamu pulang juga, Zy."

"Iya, maaf ya baru bisa pulang sekarang."

Bapak menepuk bagi Ozzy pelan begitu pelukan mereka berakhir, lalu lelaki itu tersenyum begitu Dias mendekat dan mencium tangannya sambil memperkenalkan dirinya dengan sopan. "Halo, Om. Salam kenal ya, saya Dias temennya Mas Ozzy di RS."

Bapak mengangguk paham, lalu detik berikutnya ia mengajak mereka semua untuk masuk ke dalam. Toh jadwal prakteknya hari ini juga sudah selesai.

"Macet tadi di jalan? Biasanya weekday gini tapi kosong sih."

"Iya, ga macet ko. Malahan lancar tadi kita."

"Pantes, biasanya kalo macet bisa sampe 2 jam lebih, tapi ini 2 jam juga ga sampe."

"Neng, suka minum apa? Teh mau? Atau kopi? Atau mau jus?" Tanya Bunda memberikan rentetan pilihan yang malah membuat Dias sedikit kikuk.

"Bubun kalau ada jus aja, Ozzy juga pengen hehe."

"Bubun mah ga nanya kamu ya, Bubun nanya si Neng cantik itu," Bantah Bunda sukses membuat Ozzy mendelik begitu saja.

"Hehe apa aja Tante."

Setelah mendapat jawaban tak jelas dari Dias, Bunda memilih melangkah ke dapur dan kembali dengan nampan yang berisi 4 gelas jus untuk mereka sebagai teman mengobrol hari itu.

Abyss of PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang