bab 5 rvs

43 7 0
                                    

Lantas mentari tak dapat mengubah langit abu menjadi biru, dan pada akhirnya hujan menutupi bumi tanpa menunjukkan semangat mentari.

....

Aruni melangkahkan kakinya pelan menuju kantin, biasanya senyum manis terukir di wajah ayu nya, tapi kini hanya wajah datar yang di perlihatkan nya.

Banyak orang menatapnya, tak sedikit tatapan penuh tanda tanya. Ah apa ini? Kenapa sekarang terasa perasaan tak enak saat di tatap seperti itu?, padahal dulu Arun merasa biasa saja.

Langkahnya terhenti ketika berpapasan dengan tubuh tinggi seseorang, matanya memaku sebentar, sebelum berakhir ia palingkan.

Ia memelankan langkahnya melewati sosok itu, mencoba untuk terlihat tidak peduli. Ah hatinya padahal masih merasakan deburan halus, dan jiwa yang meronta ronta ingin menyapa dengan senyum manis. Tapi ia telah berjanji pada Raya untuk benar benar berhenti dengan rasa cintanya.

Semua orang di buat semakin bingung dengan kejadian itu. Bagaimana mungkin si bucin Arunika kini hanya melangkah biasa saja saat bertemu dengan pangeran tercintanya?.

Seketika topik itu banyak di bicarakan oleh anak anak di SMA tersebut. Tak sedikit yang menambah bumbu bumbu membuat cerita itu semakin panas tersebar di sekolah.

Si juara umum gak lagi mengejar si kapten basket?, ada apa dengan dunia? Apakah dunia sedang tidak baik baik saja? Banyak akun sosmed lambe turah menyebarkan berbagai opini tak masuk akal.

Muak rasanya Aruni membaca tag orang orang ke akun nya. Padahal hanya karena dirinya bertemu dengan Genta, ah kenapa jadi rumit pikirnya.

"Tau gitu tadi gausah ke kantin", gumam Aruni di kelasnya saat istirahat kedua.

Lagian kenapa banyak sekali yang ikut menyampuri urusan nya, perasaan dirinya tak pernah sesekali mengurusi pribadi masing masing dari mereka.

Ah andai boleh ngamuk kayak orang kesurupan, Aruni mau saat ini juga teriak penuh emosi. Namun jiwa nya masih bisa di kendalikan, walau kepalan tangannya begitu erat.

"Lo gapapa? ", suara seseorang mengagetkan Aruni, matanya dengan cepat melihat ke arah samping.

" Eh ha? Gapapa", jawab Aruni cepat.

" Beneran? ", ujar orang itu lagi tak yakin.

" Eh anu, engga kok beneran", jawab Aruni menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Reynar namanya, ketua OSIS yang kelasnya sama dengannya. Pribadi nya baik, ramah, parasnya rupawan, ganteng, pokoknya + + deh.

"Kalo ada apa apa cerita ke gw aja, gw bisa kok jadi tempat cerita lo", ujar Reynar tulus.

Aruni melebarkan matanya, kaget dong, kenapa tiba tiba pak KETOS datang trus bicara kayak gitu? Itu pikirnya.

" Enggak kok, gw gak kenapa napa, em tumben gak ke kantin? ", ujar Aruni basa basi.

" Enggak nih, lagi gak mood", jawab nya dengan senyuman yang ah manis deh pokoknya.

Aruni hanya memberikan senyum canggung pada cowok itu, dan sang empu malah duduk di sebelah nya lalu menatapnya dengan tatapan yang sukar di jelaskan.

"Em.., kenapa? ", ujar Aruni sedikit canggung.

" Gapapa, kalo di liat liat lo cantik juga ya"

Deg, apa apaan itu, pipi nya merah, kaget dengan ucapan tiba tiba cowok itu. Mata mereka saling bertemu, Aruni merasakan keanehan dalam tatapan Reynar padanya.

"Eh, hehe makasih", jawab Aruni setelah memutuskan kontak mata mereka.

" Eh Arun, inget enggak? Kita dulu waktu SD bareng loh", ucap Reynar tiba tiba membuat dahi Aruni mengernyit. Teman SD? Kok dia lupa pernah punya teman seperti Reynar?.

"Ha?, siapa? ", ujar Aruni bingung.

" Dulu waktu kelas 3 gw pindah ke Surabaya, ikut ayah pindah kerja. Lo waktu itu masih kecil banget, pendek sendiri lagi", ledek Reynar membuat Aruni melebarkan matanya.

Ia ingat pernah punya teman cowok sewaktu SD yang sering mengejeknya pendek, padahal juga sama sama pendek, wkwk.

"Owalah lo cowok ingusan yang tiba tiba ngilang setelah gw bilang ingusnya meler? ", ucap Aruni reflek setelah mengingat ingat lagi masa SD nya.

" Njirr, ya gausah di perjelas lahlah", Reynar memicingkan matanya kesal.

"Orang emang bener ", sinis Aruni.

Reynar menatap kesal ke arah Aruni, Aruni yang di tatap demikian pun nyengir dengan wajah tanpa dosa nya.

" Kenapa bisa masih inget muka gw? Gw ae lupa muka lo apalagi nama ", ujar Aruni sedikit heran.

" Iyalah, masa iya gw lupain bocil pendek yang suka bully ingus gw ", gurau Reynar dengan tawa kecilnya.

" Lo juga bocil ya kalo lupa", ujar Aruni terkekeh.

"Hehe iya sih, gw sebenernya pengen nyapa udah lama, tapi gaenak aja bilangnya, lo nya juga keliatan ga inget sama gw ", Reynar nyengir menatap cewek di depannya.

" Dihh, gw bukan nya ga inget, cuma lupa"

"Sama ae lah njirr", ujar Reynar gemas serasa ingin memakan habis habis cewek di depannya.

Obrolan mereka berlanjut, bahkan hingga hal hal random mereka bicarakan. Banyak siswa siswi di kelas merasa heran, tumben Reynar mau bicara dengan Aruni yang tidak pernah aktif di kelas.

Hal ini lalu di kait kait kan dengan Aruni yang kini terlihat menjauh dari sosok pujaan hati.

Aruni yang tengah asik menceritakan masa SMP nya di sekolah nya dulu pun tiba tiba sadar saat melihat ke samping banyak yang memperhatikan nya.

Ah sialan pasti bakal ada bahan untuk sosmed lambe turah terkait hidupnya. Heran banget kenapa banyak yang mencampuri urusan hidupnya.

"Banyak yang liatin tuh", ujar Aruni tanpa sadar pada Reynar.

Reynar pun mengalihkan pandangan nya ke arah sekitar. Benar, banyak yang memperhatikan mereka, tak sedikit yang menatap sinis ke arah Aruni.

" Lah iya, serasa artis papan catur euyy", bisik Reynar terkekeh pelan, sedang Aruni tertawa kecil mendengar bisikan Reynar.

"Auto piral kita", timpal Aruni.

Tawa keduanya terdengar menyita perhatian beberapa orang di sekitarnya.

Mata seseorang memandang keduanya dengan tatapan sulit di pahami, tangan nya mengepal tanda tak suka. Tatapan nya menajam membuat siapa saja takut melihatnya.

Tak lama orang itu pergi, meninggalkan tempat di mana Aruni kini tertawa kecil bersendau gurau dengan seseorang di sampingnya.

ARUNIKA fdrfzaa |END|Donde viven las historias. Descúbrelo ahora