bab 8 rvs

39 6 0
                                    

Mungkin..., kamu memang terlalu sempurna untuk aku yang tak seberapa
Dan aku terlalu memalukan pernah ada di semesta yang lantas menjadi salah satu orang yang kamu kenal _ ARUNIKA

..... oOo.....

Matanya perlahan terbuka, pandangan nya mengedar menyusuri langit langit ruangan, mencoba mengenali tempat mana yang kini ia singgahi.

Pusing masih ia rasakan saat mendengar suara bariton seseorang yang tanpa dirinya sadari ada tepat di sebelah ranjangnya.

"Gila lo sendirian di tempat kek gitu? ", pertanyaan tanpa basa basi itu mengaggetkan Aruni yang rupanya tak sadar akan keberadaan cowok itu.

" Bintang", lirih Arunika kaget menatap sosok yang ia kenali.

"Untung gw kemarin ada di sana, kalo nggak bisa bisa lo jadi mayat di samping danau kek gitu", lanjut Bintang tak habis pikir dengan cewek di depan nya.

" Makasih udah tolong gw", lirih Arunika lalu menghela nafasnya pelan.

"Kenapa bisa? ", pertanyaan itu lantas membuat Aruni mengernyitkan dahi tak paham.

Arunika menatap ruangan itu dengan seksama, rupanya sebuah ruang inap. Mungkin sekarang dirinya berada di rumah sakit? Atau klinik?.

" Lo pingsan, jadi gw bawa ke sini", ujar Bintang melihat Aruni yang tak kunjung menjawab pertanyaanya.

"Makasih", kembali hanya ucapan Terima kasih terucap dari bibir Arunika.

Bintang mengangguk singkat, lalu berdiri dan beralih menatap keluar jendela yang baru ia buka.

" Akhir akhir ini kenapa jarang ke lapangan basket? ", Bintang akhirnya mengeluarkan unek unek yang sedari tadi ia pendam.

Arunika terdiam, ia menatap tak percaya dengan apa yang di tanyakan Bintang. Bukankah hal yang bagus jika dirinya tak ada mengganggu mereka?.

" Maaf soal waktu itu", Bintang kembali berucap saat tak mendengar jawaban dari sosok Aruni.

"Soal apa? ", Arun mulai tak paham akan pembicaraan mereka kali ini.

" Ah kata dokter lu boleh pulang setelah infus habis", Bintang pada akhirnya mengalihkan pembicaraan.

Arunika mengangguk paham, tanpa berniat bertanya tentang perbincangan mereka tadi.

Bintang sendiri merupakan salah satu teman Genta yang tentunya tau bagaimana sosok Aruni memperjuangkan kapten nya itu.

Tak salah jika dirinya penasaran apa yang terjadi hingga sekarang gadis itu tak lagi datang atau sekedar menyapa sosok Genta yang Bintang yakini dicintai tulus oleh Arun.

...

...

...

"Makasih udah tolong gw, makasih juga udah anter gw", ujar Aruni tulus menatap Bintang yang kini juga tengah menatap nya.

" Iya sama sama", jawab Bintang seadanya lalu memilih pergi meninggalkan Aruni tepat di depan rumahnya.

Arunika pun memilih segera masuk. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan keadaan jalanan sudah mulai sepi, apalagi rumahnya yang hanya di huni dirinya dan ibuk.

Mama nya sudah mengabari bila dirinya sudah pulang ke rumahnya. Aruni hanya bisa tersenyum kecut melihat pesan yang terkirim tadi siang saat dirinya tengah mengganti seragam nya.

Aruni melangkahkan kakinya masuk, segera ia masuk ke dalam kamarnya tanpa berniat membangunkan ibuk yang kemungkinan besar sudah tidur.

Usai beberes dan membersihkan tubuhnya, ia merebahkan tubuh ke kasur miliknya. Ia hanya bisa menghela nafas berulang kali seraya menatap langit langit kamarnya sendu.

" Tidur Aruni, malam semakin larut dan esok masih harus menyambutmu", lirih Arunika saat tak kunjung merasa ngantuk.

"Sekarang Genta lagi ngapain ya? ", gumam Arunika secara tiba tiba. Ia menatap langit langit kamarnya dengan mata berkaca kaca.

" Kalau memang waktunya, Arun akan terima dan sambut dengan baik", lirih nya lalu menghapus air mata yang kini membentuk sungai kecil di pipi nya.

"Selamat malam semesta, Arunika di sini akan selalu menanti saat itu tiba", lanjut nya.

..... oOo.....

Pagi ini Arunika tersenyum tak seperti biasanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pagi ini Arunika tersenyum tak seperti biasanya. Langkahnya terlihat riang seperti tak ada beban yang ada di pundaknya.

Arunika bahkan sesekali menyapa orang yang ia kenal sepanjang koridor sekolah. Orang orang turut merasa bingung, terlebih selama ini tak ada yang membuat Aruni terlihat bahagia, kecuali GENTA ZANUAR.

"Pagi Raya", sapa Aruni pada Raya yang kini agaknya tengah merapikan beberapa buku di dalam perpus.

Padahal waktu masih pagi, tapi sosok Raya sudah berada di dalam perpus sekedar menghapus debu yang bersemayam di antara buku buku.

Raya memang menjadi tangan kanan guru yang menjaga perpustakaan, bahkan Raya di berikan tugas untuk menjaga keamanan setiap sesuatu yang ada di dalam perpus.

Raya yang memang sudah tertarik dengan buku sejak kecil pun merasa bahagia mendapatkan amanah itu. Entah bagaimana manusia satu itu dapat kecanduan berada di tempat yang untuk siswa siswi lain adalah tempat membosankan.

Ah lupakan tentang Raya, kini kembali pada Arunika.

"Tumben ke sini? Ada apa? ", tak hanya orang orang yang merasa bingung akan sikap Arunika. Raya selaku sahabat nya pun turut mengernyitkan dahi bingung mendapati teman nya itu kini ada di depan nya.

" Em..., masalah pembahasan tempo hari lalu", ujar Aruni dengan mata berbinar.

Raya menghela nafasnya lalu memilih duduk.

"Jangan bahas hal itu Arunika, gw tau lo gak lagi baik baik aja, tapi pliss gausah bahas tentang begituan", Raya memijit keningnya pening.

" Kan cuma semisal Raya", cemberut Arunika kesal mendengar ucapan sahabatnya itu.

"Gaada gaada, gausah aneh aneh ya Run", Raya menatap tak suka.

" Plisss, kali ini aja Raya, bantu gw, janji ya", mohon Aruni menatap Raya dengan mata penuh harap.

"Sekali enggak tetep enggak Arunika Maheswara", kesal Raya.

Arunika menghela nafasnya panjang, ia terlihat kecewa dengan jawaban satu satunya harapan yang ia punya. Lalu ia kembali tersenyum.

" Tapi kalo itu terjadi, lo wajib jalanin yang gw minta. Titik ga pake koma", ujar Aruni menggebu gebu.

ARUNIKA fdrfzaa |END|Where stories live. Discover now