―fifteen.

79 38 1
                                    

dan ya, kenyataan pahitnya memang tidak sesuai yang haechan harapkan.

mungkin seoyeon merasakan hubungan yang monoton atau semacamnya, yang pasti haechan tidak tahu pasti kenapa gadis itu beberapa kali minta putus. padahal, haechan juga tidak merasa ada apa-apa yang salah dengannya.

yang mutlak, haechan seratus persen percaya kalau perempuan itu memang susah dimengerti―seperti seoyeon sekarang. 

"emang kamu gak inget gimana pertama kali aku deketin kamu?" haechan kemudian melontarkan pertanyaan yang menurutnya benar-benar cringe. "coba inget lagi."

seoyeon refleks mengernyitkan dahinya, "kapan lo deketin gue??? kita kan emang udah deket awalnya?"

haechan dengan segera sadar dengan ucapannya tadi, lalu menepuk dahi. bisa-bisanya haechan betulan lupa! 

tapi anehnya, seoyeon tertawa setelah melihat tingkah laku haechan barusan. duh, kalau begini, kan, haechan jadi bingung apa gadis itu memang serius ingin putus atau tidak. 

"pokoknya aku pengen putus," seoyeon kembali menyebut 'aku', membuat haechan diam-diam menggidikkan bahu. "boleh, ya?"

"lah?" 

"hah?"

"kenapa kamu jatohnya jadi kayak minta izin, sih??" haechan mengacak rambutnya frustasi. 

"..."

"jawab dong, tuan putri."

haechan menatap seoyeon yang kini mengalihkan atensinya ke arah resleting jaket. haechan hapal, itu kebiasaan seoyeon ketika ingin cepat-cepat menyelesaikan suatu obrolan.

"kamu nggak akan jawab?"

seoyeon masih diam, terlihat seperti sedang menimbang-nimbang akan mengatakan apa. haechan dengan sabar menunggu. hiperbolanya, sampai seribu tahun pun haechan akan menunggu seoyeon untuk berbicara.

"kamu mau biarin aku nginep di sekolah cuma buat nungguin kamu ngomong?" kini nada bicara haechan berubah serius. "gak ada manusia yang suka digantungin, yon. cuma orang yang―"

"makasih ya, chan, udah ngurus aku yang anak mama banget dari dulu."

haechan tertawa kecil setelahnya, "yaa sama-sama―"

"tapi maaf, jujur aku lebih nyaman kalo kamu jadi temen aku aja, kayak dulu lagi. boleh?"

senyum haechan memudar. untuk pertama kali dalam hidupnya, haechan merasakan patah hati yang sesungguhnya―seperti di drama korea. 

"kenapa harus kayak gitu?"

"karena aku kangen lee haechan yang dulu."

haechan menarik napasnya pelan, "kenapa?" ia kembali bertanya.

"aku selalu ngerasa kalo status 'pacaran' itu ngehalangin kamu buat jadi 'haechan' yang biasa," seoyeon terdengar tulus, tanpa ragu. "aku kangen haechan yang keliatan lebih bebas kayak dulu."

haechan dibuat bungkam, apa sikapnya selama ini berubah 180 derajat dibanding sebelum ia memacari seoyeon? apa teman-temannya juga sadar? kenapa tidak ada yang bilang kepadanya?

"kenapa kamu nggak nyuruh aku berubah aja kayak dulu lagi?"

seoyeon menggeleng-gelengkan kepala, "gak bakalan bisa... lee haechan sama 'haechan pacarnya seoyeon' itu beda jauhh banget."

tatapan haechan berubah kosong, ucapan seoyeon dari tadi membuatnya tidak bisa berkata-kata lebih banyak. untuk pertama kalinya juga, haechan sama sekali tidak bisa membantah apa yang gadis itu bicarakan.

"gak apa-apa, kan?"

"apanya?"

"kalo kita putus sekarang?" kini seoyeon terlihat lebih hati-hati.

entah mendapat dorongan dari mana, tapi haechan mengangguk mengiyakan. pelajaran baru di hidupnya, suatu hubungan itu tidak harus dipertahankan kalau salah satunya ada yang merasa kurang nyaman. 

"maaf ya, yon,"

seoyeon mengangguk, "goodbye, then?"

haechan ikut mengangguk kemudian, "let's get keep in touch, yon. makasih buat semuanya."

aku selalu sayang kamu, jangan sampai lupa.

aku selalu sayang kamu, jangan sampai lupa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

chapter depan udah
endinggg hihihi

[#8] fanboy | lee haechan ✔Where stories live. Discover now