Chapter 6

3.6K 134 15
                                    

Suara gemerisik dari halaman buku pelajaran memenuhi ruangan kelas.

Rama duduk di bangkunya dengan buku terbuka di hadapannya, tetapi pikirannya jauh dari kata-kata di dalam buku, ucapan guru terdengar seperti bahasa alien di telinganya, Kilas balik kejadian di rooftop sekolah pagi ini menyita semua ruang di otaknya, lembutnya bibir Dewo, aroma nafas Dewo masih begitu nyata di benaknya.

"Kenapa lo senyum-senyum gitu?" tanya Irfan teman sebangkunya.

"E..enggak.." jawab Rama

"Tapi mukalo merah gitu nyet," kata Irfan, "Lagi mikir ngeres lo ya?"

"Ngaco, berisik lo!" kata Rama.

Kalau hanya pikiran ngeres yang menyerbu, Rama sudah biasa, ia bisa mengatasinya, kali ini yang menyerbu adalah angan-angan halu.

Rama membayangkan hubungannya dengan Dewo menjadi pasangan yang saling menyayangi mengarungi masa depan penuh petualangan bersama.

Tapi Rama tahu hidupnya bukan dongeng. Ia hidup di Indonesia.

Tahun lalu, di ulang tahunya ke 13 Rama memberanikan diri melela kepada Mamanya.

Ketika Mamanya mendengar pengakuan Rama, ia memeluk Rama dengan erat. Rama merasakan tubuh Mamanya bergetar hebat, tak lama kemudian ia pun terisak-isak.

"Mama bangga sama Rama, butuh keberanian untuk mengakui itu," katanya, "Dan kamu harus tau kalau tidak ada yang salah denganmu, Semesta menciptakanmu seperti ini, kamu tidak boleh malu, kamu harus bangga!"

Air mata Rama mengalir tak henti-hentinya, hari itu ia merasa beban yang dipikulnya lepas, jiwanya begitu bebas.

"Tapi Mama takut Ram," kata Mamanya.

Sebagai Designer, Mama Rama akrab dengan dunia pelangi, ia sudah terlalu sering mendengar curhatan dari sahabat-sahabatnya tentang beratnya menjadi gay di Indonesia. Ia pun menceritakan kekhawatirannya kepada Rama.

"Mama tenang aja, Rama janji akan bahagia, Rama akan buktikan, Mama lihat saja," kata Rama.

Sebenarnya Rama juga sangat takut akan masa depannya, ia hanya ingin menenangkan Mamanya.

Untung aku ketemu Bang Dewo, pikir Rama.

Rama melirik ke jam tangannya.

Anjing! baru 15 menit! Rasanya udah berjam-jam, pikir Rama.

Terpaksa Rama duduk diam, sambil menunggu waktu yang berlalu dengan lambat, beribu kali ia mengulangi saat-saat indah yang dialaminya bersama Dewo.

Ketika akhirnya bel istrirahat berbunyi, Rama langsung bergegas mencari Dewo ke kelasnya, tapi Dewo tidak ada di sana.

Ia tidak berhasil menemukan Dewo dimana-mana, ia bahkan mencari ke gudang peralatan olah raga yang terpencil. Rasa panik mulai menyelimuti hatinya seperti awan hitam.

Dimana dia? pikir Rama. 

Jangan-jangan dia sengaja menghindariku?!

Apa perbuatanku tadi terlalu nekad?!

Setelah menenangkan diri dengan bernafas panjang,

Rama menepuk dahinya sendiri. Kenapa gak kepikiran rooftop! pikirnya.

Rama segera bergegas lari menuju ke arah tangga menuju rooftop.

Dalam kekalutannya, ketika berbelok di tikungan, Rama menabrak seseorang, "Aduh!" pekik Rama, orang yang ditabraknya lebih besar darinya, hingga Rama pun terpental kebelakang.

Janji Takkan Kemana-mana, Ya?Where stories live. Discover now