Chapter 8

2.5K 91 15
                                    

Nada dering yang sudah dihafalnya itu membuat Rama merasa mual.

"Dek Abang boleh angkat telponnya ya?" kata Dewo. "Abang cuma mau bilang hari ini nggak jadi ketemuan."

Rama mengijinkannya.

"Halo...Halo!?...Sayang?" ujar suara perempuan dari seberang sana.

Panggilan 'Sayang' Dinda ke Dewo serasa seperti tamparan di wajah Rama.

Rama kembali bermain dengan puting Dewo.

"I..iya, halo.." kata Dewo, berusaha setengah mati berbicara dengan nada normal.

Dewo merasakan bibir Rama mengecupi sekujur dadanya, kecupan-kecupan itu lama-kelamaan mengarah ke putingnya.

"Sayang, kamu dimana? Kok lama?" kata Dinda.

Sekali lagi, mendengar kata itu, membuat hati Rama makin panas.

".........Maaf ya,.... Abang ...nggak jadi kesanaaaaAHHHHH!!!!"

Kalimat Dewo berubah menjadi sebuah desahan ketika mulut Rama mencaplok putingnya dan mengenyotnya.

"Hah!? kamu bercanda kan!?" kata Dinda.

Dewo tidak bisa menjawab, ia menggigit bibir sambil menatap Rama dengan pandangan memohon Rama untuk menghentikan aksinya di putingnya.

"Halo...? Sayang?..." kata Dinda.

Karena kesal Rama menggigit puting Dewo.

"MMMMHHHHHHH!!!!" jerit Dewo dari mulutnya yang terkatup rapat.

"Sayang..!? Kamu kenapa?!" kata Dinda

Karena kasihan, Rama melepaskan puting Dewo, dia bangun dari pangkuan Dewo.

Setelah menenangkan diri Dewo melanjutkan perbincangannya dengan Dinda, perlu sedikit bujukan dan rayuan, tapi akhirnya Dewo berhasil membuat Dinda tenang.

Mendengar Dewo merayu Dinda dengan nada mesra membuat bara cemburu di hati Rama makin berkobar.

Dewo menyadari perubahan mood Rama dan berusaha mengakhiri perbincangan dengan Dinda secepat mungkin.

Di akhir pembicaraan Dinda mengucapkan kalimat "I Love you..."

Dewo menatap Rama, ekspresi wajah Rama terlihat begitu keras.

"...Oke..Daaag..." jawab Dewo.

"Aaaah Abang...! kok gitu balesnya, aku bilang I love you lho...." kata Dinda merengek.

Dewo menatap Rama sekali lagi, kemudian binaragawan itu membalik badan, dan berbisik ke telponnya. "...love you too..." lalu buru-buru menutup telponnya.

"Maaf ya Dek," kata Dewo.

"Maaf kenapa?" kata Rama, "Emang Bang Dewo salah apa?"

Meskipun Rama berusaha menutupinya, namun Dewo bisa melihat mata Rama berkaca-kaca.

"Hei...." bisik Dewo, mengusapkan jarinya di tetesan air yang mengembun di ujung mata Rama.

Rama menolehkan wajahnya menjauh. "Ayo kita lanjutkan pelajarannya," kata Rama.

Dewo merasa seperti sesuatu runtuh di dalam hatinya, seolah ia bisa merasakan rasa di hati Rama. Rasa itu begitu tak tertahankan hingga Dewo rela berbuat apa saja untuk menghilangkannya.

Tiba-tiba Remaja berotot itu mengambil penggaris besi di meja tulis, lalu menyodorkannya kepada Rama.

"Hukum Abang Dek," kata Dewo.

Janji Takkan Kemana-mana, Ya?Where stories live. Discover now