1

131 92 32
                                    

Jangan pernah mau jadi obatuntuk orang yang gak mau sembuh-Hopeless

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Jangan pernah mau jadi obat
untuk orang yang gak mau sembuh
-Hopeless

Happy Reading:)
Typo bertebaran!

***

"Anak pembawa sial!"

"Pembunuh!"

"Saya menyesal melahirkan kamu!"

"Lebih baik kamu mati!"

Umpatan, cacian, dan hiaan yang selalu dia terima selalu terngiang dalam pikirannya. Awalnya dia tak terlalu diambil pusing tentang segala umpatan dan cacian yang selalu dilontarkan. Namun seiring berjalannya waktu, pertahan yang awalnya sekuat baja kini mulai runtuh akibat serang yang tiada hentinya.

Ingin rasanya dia menyerah, mengakhiri semuanya dengan kepergian. Namun ada perasaan mengganjal dihatinya jika dia meninggalkan dunia ini dalam keadaan resah dan keputuasan.

Dia tidak ingin seseorang kecewa karena tindakannya. Seseorang yang amat berarti dalam hidupnya, yang selalu menjadi alasan mengapa dia masih bertahan walaupun ditengah badai yang menerpanya.

"Aku pasti bisa! Semangat!" Serunya dengan semangat.

"Re?"

Revanda atau yang sering disebut Rere, gadis yang sedari tadi melamun itu menengok kebelakang saat seseorang menepuk pundaknya seraya memanggil namanya.

"Kenapa?" Tanya-nya dengan pelan.

"Itu, lo dipanggil sama Bu Sukma, disuruh keruang BK." Balas Lily, gadis yang memanggil Rere.Tanpa menjawab ucapan Lily, Rere berlalu meninggalkan Lily yang tengah terdiam karena ditinggal begitu saja.

"Sialan, udah untung gue mau manggilin dia. Eh malah dapet respon kurang ajar kayak gini." Dumel Lily dengan muka yang terlihat memerah karna marah.

***

Rere keluar dari ruang BK dengan muka masamnya, lagi-lagi dia harus dihadapkan dengan hal yang berhubungan dengan orang tuanya. Tadi Bu Sukma memanggilnya karena dia yang telat bayar uang bulanan sekolah, dan menyuruhnya memanggil orang tua untuk membicarakan masalah ini.

Helaan nafas lelah dia hembuskan, tangannya bergerak kearah pangkal hidungnya. Cukup pusing memikirkan hal ini, jujur saja Rere paling benci dengan sesuatu hal yang berhubungan dengan orang tua.

Apa yang harus Rere lakukan sekarang, apa harus dia meminta art-nya mewakil panggilan tersebut atau dia abaikan saja.

"Masa bodo, hal sepele gini aja kok dibuat pusing." Ucapnya malas.

HOPELESS Donde viven las historias. Descúbrelo ahora