Part 9

38.5K 2.5K 2
                                    

Hari ini Salsha tidak berangkat menuju sekolahnya. Ya, dia sedang demam hari ini. Dan membuat Regan sangat khawatir atas adiknya ini. Tadinya dia tidak akan berangkat kuliah hari ini dengan alasan menemani Salsha yang sedang sakit. Kalau bukan karena Mamanya memarahi Regan. Dia sekarang pasti akan memberondongi Salsha berbagai pertanyaan.

Dia demam karena dia tidak bisa tidur sampai pagi ini, salahkan Rama. Dia yang membangunkan Salsha dari mimpi indahnya tadi malam. Tapi, Salsha sangat senang sekali ditelfon oleh Rama. Dia berharap, mungkin suatu saat Rama bisa menaruh hatinya kepada Salsha walaupun hanya sedikit.

Salsha menyuapkan se-sendok bubur yang dibuatkan Mamanya kedalam mulutnya. Dia bosan terus berada dikamar. Setelah selesai menghabiskan satu mangkok bubur, yang rasanya amat hambar bagi Salsha, mungkin ini efek dari sakitnya.

Salsha berjalan menuju balkon yang ada dikamarnya. Berharap Rama datang menunggunya dibawah balkon. Tapi, Mana mungkin bisa? Hari ini kan sekolah.

Salsha menduduki teras balkonnya "Bete! Padahal gue tadi paksain sekolah aja! Daripada bete disini."

-*-*-*-*-

"Do, lu tau si Salsha kemana?" Tanya Rama ke Valdo yang baru memasuki parkiran sekolah.

"Dia tadi ngasih tau gue, katanya dia gasekolah dulu hari ini. Gatau kenapa." Valdo mengedikkan bahunya tanda tak tahu.

"Yaudah, thanks Do." Rama menepuk bahu Valdo.

Rama mengetik pesan kepada Salsha.

Rama : eh nyon. Kemana lu kaga sekolah tadi?

Salsha : ih lu mah ya, orang sakit bukannya di doain biar cepet sembuh, malah langsung nyan-nyon.

Rama : lo sakit? Kenapa ga ngomong ke gue!

Salsha : selow aja kali mba. Bukannya jenguk gue, lo.

Rama : oke gue kesitu sekarang.

-*-*-*-

"Gara-gara lo, semalem gue ga bisa tidur lagi!" Semprot Salsha ke Rama ketika cowok itu memasuki kamarnya.

"Gue khilaf Sha. Maafin gue lah."

"Iya iya."

"Nih gue bawain buah mangga. Kesukaan lo." Rama memberikan sekantung plastik berisi buah mangga kepada Salsha.

Salsha melihat itu, membatalkan aksi marahnya. Dia langsung mengambil pisau yang berada di dapur, dan membawa buah mangga yang sudah dikupas.

"Mau ga?" Salsha menawarkan sepiring mangga ke Rama.

"Nanti aja," ucap Rama. "selfie dulu yuk! Jarang-jarang loh gue foto sama orang sakit."

Salsha memutar kedua bola matanya. Ketika Rama mengambil handphone miliknya dan membuka kamera. Ekspresi Rama langsung berubah drastis seketika, tidak menunjukan senyum lagi.

"Kenapa Ram?" Tanya Salsha dengan kening me-ngerut.

"Memori Handphone gue abis," Ucap Rama dengan muka yang ditekuk, "jadi ga bisa foto."

Salsha menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan Rama. Cowok ini tuh ngapain coba, sampe-sampe kartu memorinya bisa habis.

Rama ingat bahwa dia lupa menghapus foto-foto tidak penting milik Darrel, yaitu foto mereka ber-tiga --Rama, Damar, Ghafar yang tidur ditemani iler yang menempel ketika menginap di rumah Rama. si Darrel emang gaada kerjaan motoin orang lagi tidur. Pikir Rama.

"Bagus deh kalo gitu." Ucap Salsha.

"Kok, kamu gitu sih?" Rama memasang tampang terhina.

"Ihh Ramaa."

"Lo udah minum obat belom?" Tanya Rama mengalihkan pembicaraan.

Salsha nyengir. "Belom hehe."

"Kebiasaan. Gue pulang dulu ya? Jangan lupa minum obatnya." Pamit Rama kemudian mengacak rambut Salsha lalu ngacir kebawah.

Semburat merah muncul di pipi Salsha. Untungnya Rama sudah pulang, kalau tidak, dia tidak tau akan berakhir bagaimana.

drrt. Drrt.

Handphone milik Salsha bergetar, tanda sebuah pesan. Salsha membuka pesan tersebut. Ternyata dari Valdo.

Valdo Cakep : Sha, kenapa ga sekolah?

Salsha : gue sakit, Do.

Valdo cakep : gue kesitu ya.

Salsha : iya.

*-*-*-*

Rama mengendarai motornya menuju Cafe Latte. Lalu memesan hot cappucino.

<<< flashback.

Rama membuka pintu utama rumahnya, ketika dia melewati ruang keluarga, Rama melihat papanya yang sedang menonton TV, Rama tidak memedulikan itu.

"Rama." Panggil Papanya.

Rama memutar tubuhnya. "Kenapa, Pa?"

"Sini dulu bentar."

Rama berjalan menuju Papanya yang sedang duduk di sofa ruang keluarga.

"Gini Ram. Papa mau ngenalin kamu ke--." Ucapan Papanya dipotong oleh Rama.

"Papa, Rama kan udah bilang gamau di kenalin atau dijodohin sama Papa, Pa." Rama menghembuskan nafasnya.

"Tapi Ram, perusahaan Papa lagi di ambang kebangkrutan, cuma ayahnya gadis itu yang menawarinya secara cuma-cuma, asal anaknya dijodohin sama kamu." Ucap papanya menatap Rama.

"Tapi kan anak papa bukan cuma Rama doang Pa. Gibran juga masih siap sedia tuh."

"Rama kamu harus menerima ini, tidak ada kata tapi-tapian." Papanya menatap Rama tajam.

"Tau ah, terserah Papa aja. Rama cape, Pa." Rama berjalan menuju kamarnya untuk mengganti bajunya,

>>> flashback off

Dan disinilah Rama, tempat yang menjadi tujuan Rama untuk menenangkan diri di Cafe dekat sekolahannya.

Dia menatap kosong bangku di hadapannya, mengacak rambutnya.

"Arrgh."

Kenapa Papanya memberitahunya diwaktu yang tidak tepat, ketika dia mulai membuka hatinya untuk Salsha setelah sekian lama Rama mencoba melupakan mantan yang terindah dari sekian banyak mantannya. Yang mungkin sekarang sedang melihat Rama dari langit.

Rama tersenyum kecil, nanti, mungkin Papanya akan lupa sendiri tentang masalah perjodohan itu. Lagian, perusahaan Papanya tidak hanya satu.

Setelaha menaruh uang bill dimeja tadi, lalu berjalan keluar kafe itu.

-*-*-*-*-

Salsha terbahak-bahak mendengar cerita yang sedang Valdo ceritakan.

"Masa Sha, dia 'kan cowok tapi dia ngedeketin gue, terus dia nyubitin pipi gue terus Sha. Dan bilang 'ih Valdo kamu ganteng ya, aku jadi suka.'," Valdo menirukan suara cewek jadi-jadian itu.

"Mungkin dia salah satu penggemar berat lo." Salsha kembali terbahak.

"Gara-gara dia pipi gue jadi pada merah dia cubitin." Ucap Valdo sambil menunjuk pipinya.

"Uhh cacian banyet cii."

"Ihh Salsha alay." Ucap Valdo sembari cemberut.

-*-*-*-

a.n

Heii aku kembali, makasih yang udah ngasih vote

Udah dulu ya makaseehhh. Jangan lupa vomment yoaaa! Byeee

Waiting for You [PRE - ORDER]Where stories live. Discover now