01

794 53 6
                                    

Seorang pemuda tampan menatap tajam dua anak manusia yang sedang duduk berdampingan di kursi tamu.

Dia berjalan dengan tergesa meninggalkan ruang tamu menuju ruang kerjanya.

Wanita yang duduk di kursi bergegas bangkit, mengikuti si pemuda yang nampak marah.

Wajah pemuda itu memerah.

"Aku talak kamu, Diajeng Dewi Anggraieni!" seru pemuda itu setelah pintu ruang kerjanya tertutup rapat.

Dewi Anggraieni yang biasa dipanggil Rai oleh teman - temannya, terhenyak. Sebentar. Kemudian dia menghela napas panjang.

Wanita itu sudah mulai terbiasa dengan keadaan ini.

Suaminya selalu saja cemburu saat dia berduaan dengan pria lain.

Padahal yang dilakukannya dengan pria lain, hanyalah sebatas pekerjaan.

Hati Rai hanya tenang sebentar.

Sejurus kemudian dia menyadari jika ini kali ketiga suaminya menjatuhkan talak padanya.

Meski awam terhadap agama, dia tahu tentang hukum - hukum dalam pernikahan.

Ini seharusnya talak yang menandakan kandasnya hubungan mereka.

Suami tidak lagi bisa merujuk istrinya hanya dengan menyatukan diri, bersenggama.

Seperti yang dua kali mereka lakukan.

"Mas, kamu sadar ga sih apa yang sedang kamu lakukan?!" sentak Rai.

Ini kali pertama Rai berteriak pada suaminya.

Rai menatap kecewa suaminya. Suami yang baru menikahinya enam bulan lalu.

Cemburunya memang sangat besar!

"Kamu tahu kan ... aku dan Andre hanya sebatas rekan kerja? Dia menjadi CEO di perusahaan untuk mewakiliku! Sampai semalam ini ... kamu seharusnya paham betapa sibuknya perusahaan bila memenangkan tender! Kenapa kamu masih saja cemburu!?"

Talak pertama yang jatuh padanya, persis seperti sekarang.

Sang suami —Raden Bagus Agung Sayyidin— cemburu karena begitu selesai bulan madu, Andre —Sekretaris Rai— langsung mendatangi kediaman mereka dan berlama- lama dengan dirinya untuk melaporkan perusahaan yang ia tinggal satu bulan lamanya.

Talak kedua jatuh ketika dirinya pulang larut malam dari acara reuni, akibat terjebak kerumunan massa yang melakukan demo sampai malam hari.

Oleh sebab dari dalam gerbang rumah, suaminya hanya dapat melihat dua orang pria yang duduk di kursi depan, tidak dengan tiga teman wanitanya di kursi belakang, pria itu bermudah - mudahan mengucapkan talak yang kedua.

Yang harus dia syukuri, hanya satu. Suaminya mengucapkan talak saat mereka hanya berdua saja. Tidak kekanak - kanakan dengan mengikarkan talak di depan khalayak.

Setidaknya wajah mereka masih terjaga dengan baik di depan publik.

Rai adalah pewaris tunggal perusahaan kedua orang tuanya.

Sementara suaminya adalah satu - satunya harapan kedua mertuanya, setelah sang kakak kecelakaan lima tahun yang lalu.

Rai memaklumi sikap impulsif suaminya.

Dia sangat paham bila sang suami amat sayang padanya.

Dia tumbuh dan besar bersama suaminya. Cinta pertamanya dan dia harap menjadi cinta terkhirnya.

Sang suami hanya terlalu minder akan banyak hal.

Pria itu selalu tersisihkan.

Tidak menjadi sepintar kakaknya, membuat Bagus tidak pernah mendapat pujian dari kedua orang tuanya.

Padahal Bagus merupakan juara ujian terbaik pada tingkat provinsi.

Bagus mengalami krisis kepercayaan. Selalu takut kehilangan segala miliknya.

Sikapnya sekarang sudah lebih baik daripada dahulu kala.

Pria itu pernah mengumpulkan benda - benda kesayangannya, yang sudah tak layak simpan. Membuat kamarnya dipenuhi aroma tak sedap.

Sebagai orang tua yang digadang - gadang sebagai orang berkemajuan dan panutan di lingkungannya, kedua mertua Rai justru tidak mendukung anaknya untuk sembuh.

Mereka menyembunyikan Bagus, jauh dari keramaian.

Tidak ada satu pun orang tahu keberadaannya.

Bahkan para pelayan rendahan di rumah mertuanya, tidak tahu menahu tentang sosok Bagus.

Seolah Bagus adalah aib yang harus disembunyikan.

Rai selalu setia mendampingi Bagus dan berjuang untuk kesembuhannya.

Karena dukungannya, Bagus sembuh lebih cepat dari perkiraan dokter.

Bersama dengan kesembuhan Bagus, Raden Shalih Agung Sayyidin —kakak kandung Bagus— mengalami kecelakaan yang mengakibatkan bagian pinggul hingga kakinya lumpuh.

Bagus seakan menjadi pilihan terakhir ayah dan bundanya.

Pria itu dipaksa menempuh pendidikan di negeri yang jauh. Tak mengindahkan keinginan putra mereka untuk melanjutkan pendidikan di dalam negeri.

Begitu pulang, Bagus langsung memaksa kedua orang tuanya untuk melamar Rai.

Jadi Rai amat lah paham, bila sesungguhnya mental Bagus masih tak siap menghadapi dunia pernikahan.

Namun pernikahan bukan seperti pacaran yang bisa putus nyambung.

Talak ini, tak bisa disambung.

"Maaf, sayang.." Bagus menatap sendu sang istri.

"Kamu sudah tak pantas memanggilku sayang!" sergah Rai.

Mereka sudah bukan suami istri. Tak selayaknya bersayang - sayangan!

"Tidak! Tidak! Tidak! Sayang, kamu tetap menjadi sayangku." 

Bagus mendekap erat Rai. Dia tidak mau kehilangan Rai!

Cukup sudah selama bertahun - tahun mereka berjauhan dan hanya bisa melepas rindu melalui pesan tertulis.

Orang tua Bagus sangat ketat.

"Kamu tahu tidak, ini sudah ketiga kalinya kamu mengucap talak. Aku bisa memaklumi jika kamu mengumpat, tapi talak ini ... aku tidak berani menentang hukum Tuhan."

Rai sangat sadar dirinya tak pantas dipanggil Muslim apalagi Muslimah yang baik.

Dia tidak menutup aurat. Dia jauh dari Tuhan. Hidupnya penuh dengan tipu muslihat yang dilarang agama.

Tapi ... dia takut untuk melanggar hukum - hukum pernikahan.

Pernikahan adalah hubungan yang sakral, bahkan bagi dia yang jauh dari agama.

"Aku juga tak berani menentang akibat dari talak tiga ini.." tutur Bagus.

"Lalu kamu tidak bisa merujukku hanya dengan meni duriku!"

"Sayang ... maaf." Bagus merengek seperti anak kecil.

Berulang kali dia kecup punggung tangan istrinya. Atau mantan istri?

Rai melepaskan napas lelah. Dia sudah berkutat dengan dokumen sejak pukul lima sore, tepat setelah kantor bubar, hingga gelap legam langit di malam hari.

Sejak talak yang pertama, Rai meminta Andre untuk menemuinya satu bulan sekali, demi menjaga bahtera pernikahaannya.

Menjadi alami bila Rai kelelahan setelah berjam - jam berkutat dengan dokumen, karena sekarang sudah tak terbiasa berhadapan dengan banyak huruf.

••• ••• ••• ••• ••• ••• ••• •••

ꦧꦺꦂꦱꦩ꧀ꦧꦸꦁ​ ꧉​꧉​꧉​

© Al-Fa4 | Dua Suami

Dua SuamiWhere stories live. Discover now