•05•

100 71 120
                                    

New York, Amerika Serikat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

New York, Amerika Serikat

Kring ring ring

Rafa meraba-raba nakasnya mencari sumber suara, tangannya meraih jam weker yang terus berbunyi, ia mematikan alarm tersebut. Kedua matanya terbuka sedikit, "Ah ...jam enam pagi."

Dia membalik tubuhnya menghadap guling yang tertempel foto Laura yang tengah tersenyum, seakan-akan Laura di sampingnya, lelaki itu tersenyum. "Selamat pagi, ayang."

Jika teman-temannya melihat kelakuannya, mungkin saja mereka akan menghubungi rumah sakit jiwa. Tapi Rafa benar-benar tidak tahan tanpa melihat Laura sehari saja, jadi dia menempelkan foto Laura pada gulingnya.

Rafa bangkit dari tidurnya, dia mengucak-ucak matanya dan meraih ponselnya. Perkiraannya di Indonesia sekarang jam lima sore, dia membuka layar kunci ponselnya dan mulai mengetik. Tentu saja dia sedang mengirim pesan pada Laura sebelum beranjak mandi.

Rafa merenggangkan tubuhnya dan mulai bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Dia berjalan keluar kamar mandi setelah membersihkan sekaligus menyegarkan dirinya dengan handuk kecil menutupi kepalanya yang basah.

Dia berjalan mendekati meja belajarnya dan mengecek ponselnya, "Hihihi ...lucu banget cewek gue." Rafa tertawa geli melihat balasan Laura, setelah siap berangkat ke kampus, Rafa mengecek penampilannya sekali lagi.

"Kirim ke ayang, ah." ucapnya mengirimkan selfinya pada Laura dengan pose bibir yang maju yang genit, dia bermaksud mengirimkan kecupan jauh untuk Laura. Lalu dia keluar dari apartemennya dan mengendarai mobil menuju universitasnya.

Setelah berhasil melewati ujian-ujian yang memberatkan agar dapat diterima di universitas ternama ini membuat Rafa menghela napas lega, setidaknya dia berhasil melewati rintangan yang berat. Rafa sampa di depan NYU Stern School of Business, universitas yang dia tuju untuk melanjutkan pendidikannya.

"Hei, bro!" sapa seorang lelaki berambut blonde dengan bola mata bewarna biru, dia merangkul leher Rafa membuat lelaki itu hampir jatuh ke depan karena serangan mendadak.

Rafa menatap kesal temannya yang belum lama ini dia kenal, "Ugh, berhenti merangkulku! Aku hampir terjatuh!" serunya melepas tangan temannya dari lehernya.

Christin, lelaki kedua yang menjadi temannya selama dia di Amerika hampir sebulan ini. Chris tertawa kecil, "Apa kamu tidak menelepon pacar cantikmu lagi? Aku ingin melihatnya ...." Rafa mendelik tajam pada Chris karena membahas Laura, dia merasakan semacam persaingan.

"Belum, yang pasti aku meneleponnya saat tidak ada kamu."

"Good morning, Rafa, Chris!" sapa seorang lelaki berambut coklat ikal dan bola mata yang senada menghampiri keduanya. Seno, lelaki pertama yang mengajak Rafa berbicara setelah mereka di terima di NYU Stern. Jelas dari ciri khas fisik lelaki itu berasal dari Indonesia, itulah kenapa mereka bisa saling kenal.

2. I&U : Lara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang