•07•

90 64 124
                                    

"Akhirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akhirnya ...."

Laura merenggangkan lengannya yang kaku, teman-temannya juga melakukan hal yang sama. Rania menyenderkan kepalanya pada bahu Laura, "Capek banget, Ra. Apa gue kawin aja, ya?"

Laura menoyor kepala Rania karena perkataan asburdnya, "Kawin, kawin, emang udah ada calon?"

"Iya, deh. Gue mah beda sama yang ayangnya berjuang di benua lain ...." sindir Rania membuat Laura tertawa. Rasti mendekati keduanya, lalu dia menjepit leher Rania di tangannya.

"Daripada mikir kawin belum ada calon, mending kita isi perut."

"Akh! Ras! Leher gue!" Rania buru-buru berdiri karena merasa tercekik, Laura tertawa kecil melihat interaksi keduanya dan mengikuti temannya di belakang.

"Tungguin, woi! Gak setia kawan banget!" seru Yudi ikut bergabung memiting kepala Rasti.

"Lepas, gak?"

Yudi langsung melepaskan pitingannya karena tatapan tajam Rasti, Allan tertawa. Mereka semua berjalan menuju kantin dan menikmati makan siang mereka sambil mengobrol. "Habis ini kalian mau gak lihat-lihat ke investment gallery?" usul Rasti membuat teman-temannya memusatkan perhatian padanya.

"Tumben, Ras. Lo tertarik sama saham?" tanya Yudi penasaran langsung diangguki Rasti.

"Banget!" seru Rasti penuh semangat, Laura tersenyum kecil melihatnya. Baru kali ini dia melihat Rasti penuh semangat, biasanya gadis itu hanya berlaku biasa saja seakan-akan tidak memiliki ketertarikan pada jurusan ini.

"Boleh juga ...." sahut Allan mengangguk setuju.

"Oke, deal?" tanya Rasti memastikan.

Laura, Rania dan Yudi tersenyum. Lalu ketiganya mengangguk mantap membuat Rasti bersorak girang. Setelah menghabiskan camilan siang, mereka pun berjalan menuju investment gallery. Di tengah-tengah perjalanan, seorang lelaki menghadang jalan mereka.

Lebih tepatnya dia berdiri canggung di hadapan Laura.

"Ada perlu apa?" tanya Yudi menatap lelaki itu datar.

"Ah, itu ...boleh bicara sama Laura sebentar?" tanya lelaki itu sembari menatap Laura malu-malu.

"Ekhm ...boleh, kalo gitu kami duluan." jawab Rasti tersenyum menggoda, dia menarik Rania yang menatap keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Allan berjalan melewati Laura sambil berbisik, "Nyusul aja, kami tunggu."

"Ra, kalo ada apa-apa hubungi gue." tambah Yudi membuat Laura tersenyum dan mengangguk. Keempat teman-temannya pergi meninggalkannya berdua dengan lelaki di hadapannya, Laura kembali menatap lelaki itu.

"Ada perlu apa, ya? Mau pindah tempat? Atau dari klub musik?" tanya Laura beruntun membuat lelaki itu menggeleng kuat.

"Bukan, gue anak tahun kedua, Irfan."

2. I&U : Lara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang