tahap pertama

1.8K 175 14
                                    





Sepekan sejak kejadian dimana Yoshi tidur bersamanya membuat pemuda menyandang ketua Seoba itu sumringah. Senyum kadang masih menetap walau tak lama. Bicaranya hangat, terkesan bukan Jihoon biasanya.

Apalagi mengetahui Yoshi sudah tak menangis membuat Jihoon merasa selangkah lebih depan diantara orang-orang yang bertekad sama. Walaupun sekarang ia jadi sulit menemui Yoshi karena sahabat-sahabat yang terkasih menjadi lebih protektif.

Masih jelas diingatan bagaimana bogeman yang-walaupun tak membuat Jihoon tumbang tetap membuatnya kualahan. Bogeman berasal dari Yeji, sahabay yang menetap tepat di samping rumah Yoshi. Ini pun salah Jihoon juga yang memulangkan pemuda Kanemoto terlalu siang, dimana cewe berparas bak kucing itu sudah nangkring diteras dengan wajah khawatir.

Helaan nafas ia buang perlahan mengingat bukan hanya bogeman yang didapat tepati juga sebuah kalimat yang membuat Jihoon tidak suka. Kalimat itu berisi tentang ancaman jika Yoshi akan Yeji jodohkan dengan kembarannya. Entah hanya bualan semata atau tidak tapi semua itu sukses menghantui jika pikiran Jihoon tengah kosong seperti sekarang.

Hwang Yeji, Hwang Hyunjin?

"Sialan! Memikirkan gitu aja gue sebel setengah mati Anjing!"

"Sabar Hoon, inget senyuman Yoshi aja. Lo gak perlu mikirin yang lain"

Tapi, Hyunjin? Sosok yang pernah membuat Jihoon cemburu. Sosok yang dengan santainya pernah memeluk Yoshi dihari meninggalnya Yuna, sosok yang dengan tenang walaupun terdapat si sulung Kanemoto disana.

Bagaimana jika abangnya Yoshi lebih memilih cowok itu untuk sang adik?

"Anjing bangsat, enyah kek!!"

"Hah?"

Sautan barusan membuat Jihoon mengalihkan pandangan. Salah satu adiknya baru saja masuk dengan raut wajah bingung kentara. "Tumben udah kesini Dam?" Tanya Jihoon. Yang ditanya melangkahkan kaki menuju sang Ketua. "Bolos bang, bosen ke sekolah dan lu kenapa disini? Gak masuk?"

"Pingin aja" jawab Jihoon terkekeh melihat raut Yedam. Jihoon tau adiknya ini sangat pintar, mungkin pelajaran telah menyita hampir 24 jam. "Lagian ya Dam, lo kalo cape ya udah istirahat. Kek yang lain lakuin tugas dapet duit. Lo bisa lakuin sesekali lah buat hibur diri". Lanjut Jihoon.

"Bunuh orang maksud lo?"

"Iyalah, pekerjaan kita itu"

Dari sekian ribu Seoba yang tersebar di Korea selatan. Inti Seoba yang mendiami Seoul dengan beragam kejahatan membuat mereka seakan tertantang. Rutinitas pendahulu yang masih mereka lakukan dengan bayaran lumayan tak menampik membuat kelompok ini ditakuti.

Tapi hanya Yedam. Anggota yang jarang melakukan tugas terkeji itu. Ia masuk ke Seoba karena ingin memiliki lingkungan yang berbeda dari biasanya dan Jihoon menyetujui tak ikut andilnya Yedam. Walaupun Yedam tak membunuh, informasi hingga kepelosokpun ada dibawah genggamannya.

Yedam = Asahi

Sang Informan Seoba

"Gak lah bang, selain gue takut bunuh orang ya gue takut malah gue yang dibunuh hehehe"

"Ikutan boxing sama yang lain mau? Nanti gue daftarin"

Menggeleng pelan, "gak lah bang, bokap nyokap tau gue gak bejalar bisa habis"

Jihoon menganggukkan kepala. Ia tidak bisa memaksa walaupun sebenarnya bisa. Lagian organisasinya sudah tertata, tidak kurang untuk tim eksekusi- aman terkendali.

"Kak Yoshi gimana bang?"

"Apanya?"

Sepatu kulit yang yedam pakai ia ketukkan. Menciptakan suara dikeheningan. Yedan melirik Jihoon yang masih setia pada rokok favoritnya, mungkin antara penasaran atau tidak dengan pertanyaan yang dilontarkan.

YOSHI HAREM IIWhere stories live. Discover now