LG11 - Oppa atau Mas Santri?

11.6K 2.6K 578
                                    

Follow akun wattpad 

Follow instagram @frasaberliana (author) dan @deargoldenstars (readers space, tempat halu, dan jadwal update) untuk berita terkini Langit Goryeo.

Tekan tombol bintang dan jangan lupa beri komentar yang baik.

Happy Reading.

***

Kaki Haneul tak bisa berhenti bergerak, walau sudah duduk di lorong klinik yang lengang. Kepanikan masih melanda karena dia baru saja berbohong demi menyelamatkan pemandu wisatanya.

"Mas, kami butuh persetujuan dari wali pasien untuk melakukan tindakan."

Haneul berpikir keras bagaimana cara dia bisa menghubungi keluarga Pendar, sedangkan ponsel milik Pendar terkunci dengan sandi.

"Saya suaminya. Biar saya yang tanda tangan."

Luka di lutut Pendar ternyata cukup parah. Darahnya tidak bisa berhenti dan harus dijahit. Haneul berdoa semoga perbuatanya tidak salah. Seorang dokter keluar dari ruangan bersama perawat berjalan ke arah Haneul.

"Bagaimana kondisinya, Dokter?"

"Kondisi istrinya baik, Mas, tetapi belum sadar. Mungkin karena lelah ditambah demam yang cukup tinggi. Untuk lukanya sudah kami obati."

Haneul mengembuskan napas lega. "Terima kasih, Dokter."

"Mas, bajunya basah. Ganti baju, Mas, supaya nggak kedinginan." 

"Hus! Suami orang." Dokter pun menyenggol tangan perawatnya. "Kalau begitu kami permisi."

Haneul tersenyum kecil lalu membungkukkan sedikit badannya. 

Pikiran yang terpusat pada Pendar membuatnya lupa belum mendirikan salat maghrib, makan malam, dan basah kuyup di bajunya. Sambil menunggu Pendar sadar, lebih baik dia salat dan mencari makan. Syukur-syukur ada toko pakaian juga yang buka.

Hujan deras membuat kedai di sekeliling klinik tutup. Usai salat, Haneul hanya melihat sebuah tenda dengan cahaya remang-remang, Angkringan Mbok Diro. Begitu tulisan di terpalnya. Mata Haneul berbinar dan dia segera ke sana untuk membeli minuman hangat dan makanan.

***

Pendar mengerjapkan mata. Dia tersadar dalam keadaan linglung. Tangannya tertusuk jarum infus, pakaiannya sudah berganti piyama rumah sakit, kepalanya pening, dan tenggorokannya sangat kering.

Lenguhan Pendar menyadarkan perawat di samping. "Mbak?"

"Suster," jawab Pendar lemah.

Melihat kebingungan Pendar yang melihat ke kiri dan kanan, perawat perempuan berkata, "Mbak, tadi saya lihat suaminya lagi salat maghrib di musala."

"Suami?"

"Iya, saya ambil alat cek tensi sebentar."

Mata Pendar mengikuti arah jalan perawat. Selimut tipis dia rapatkan sampai leher, tetapi dia masih menggigil. "Kenapa dingin banget sih?"

Pendar melongok ke jendela. Hujan turun semakin deras. Suara gemuruh dari langit juga terdengar. Pendar melihat ada mukena di nakas. Dia ambil dan kenakan karena hawa dingin benar-benar mengganggunya.

***

Haneul memutuskan untuk membungkus makanan. Sepertinya lebih baik makan di ruang rawat. Warung sederhana ternyata memberi kesan baik padanya. Selama memilih makanan, Haneul sempat berbincang ringan dengan ibu penjual. 

LANGIT GORYEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang