LG12 - Dokter Bukan Allah

11.3K 2.3K 684
                                    

Follow akun wattpad frasaberliana

Follow instagram @frasaberliana (author) dan @deargoldenstars (readers space, tempat halu, dan jadwal update) untuk berita terkini Langit Goryeo.

Tekan tombol bintang dan jangan lupa beri komentar yang baik.

Happy Reading.

***

"Apakah demamnya semakin parah, Dok?" tanya Haneul khawatir.

"Demamnya tinggi, Mas, tetapi insyaa Allah sudah tidak apa-apa. Barusan juga sudah saya berikan parasetamol lagi."

"Apakah perlu saya pindahkan ke rumah sakit yang besar?"

"Kita lihat perkembangannya sampai subuh. Jika demamnya semakin naik apalagi disertai kejang, kami akan rujuk ke rumah sakit. Saya permisi dulu, Mas."

Haneul merapikan selimut Pendar. Semalaman suntuk dia terjaga. Sofa di ruang rawat seolah-olah memanggilnya untuk beristirahat, tetapi dia khawatir dengan keadaan pemandu wisatanya. 

Naiknya suhu tubuh Pendar membuat Haneul mau tidak mau mendekatkan jarak kursinya dengan kasur. Tetap dibatasi tirai, tetapi kali ini Haneul hanya tinggal membuka jika mendengar suara aneh dari dalam.

Perempuan berwajah mungil satu jam yang lalu muntah disertai menggigil. Hampir saja Haneul tidak mengetahui kalau tidak ada suara barang jatuh. Pendar menyenggol tiang infus hingga besinya jatuh. Untung saja jarumnya tidak lepas dari tangan.

Haneul kembali membaca Al-Qur'an. Namun, suasana klinik terlampau tenang. Tidak bisa dia samakan dengan perbatasan negara Korea. Senjata yang menempel di tubuh biasanya menahan seluruh lelah. Haneul terlelap dengan kitab suci umat Islam masih dalam genggaman tangan. 

Sampai azan subuh berkumandang, Pendar masih tidur nyenyak. Seorang suster turut mengatakan demam Pendar sudah turun.

"Aigo, kamu berhasil membuatku khawatir, anak kodok nakal," gumam Haneul saat menutup kembali tirai di sekeliling ranjang.

Haneul mengambil air wudu dan mendirikan salat subuh 2 rakaat. Tidak lupa zikir dan doa setelahnya. Basmalah terucap disambung dengan arti dari kalimat indah dalam bahasa Korea. "Jabirousigo jaaaerousin Haneunim-eui ireum eu ro (Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).

"Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya." 

"Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Mahatinggi lagi Mahaagung."

Sejak berdoa dijadikannya pusat harapan dalam mengarungi kehidupan, air mata Haneul selalu menggenang setiap mengucap kebesaran-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 255. Pria itu bisa terisak-isak hanya karena sepenggal ayat yang diingatnya. Dia pula dapat menangis pilu ketika membaca beberapa ayat tentang murka-Nya. 

"Ya Allah yang Maha Pengampun, aku minta maaf atas khilaf dan salah karena perjalananku di Jogja tak sesuai rencana. Aku hanya mampu berlindung pada-Mu, Ya Rabb. Atas ketentuan yang akhirnya terlaksana. Jika memang hal ini yang Kau kehendaki, jagalah aku untuk menuju rida-Mu."

LANGIT GORYEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang