LG13 - Panggil Saja Ayah

11.4K 2.2K 809
                                    

Follow akun wattpad frasaberliana

Follow instagram @frasaberliana (author) dan @deargoldenstars (readers space, tempat halu, dan jadwal update) untuk berita terkini Langit Goryeo.

Tekan tombol bintang dan jangan lupa beri komentar yang baik.

Happy Reading.

***

"Siapa yang buat kamu luka, Pendar?" bentak Sadewa dengan pertanyaan yang sama sejak tiba di klinik. 

"Aku jatuh sendiri."

"Jujur sama Ayah!"

"Nda udah jujur, Yah!" 

Sadewa frustrasi atas jawaban putrinya. "Jangan karena cinta buta ke Ludwig terus kamu lindungi dia! Jawab Ayah, Pendar!" desak Sadewa.

"Beneran, Yah, Nda nggak ketemu Ludwig."

Sadewa mengamati sekujur tubuh Pendar. Lecet di pipi, perban di kedua punggung tangan, dan perban sedikit tebal di lutut. Amarahnya mendidih di kepala. Wajah Sadewa merah. Lelah tak mendapat jawaban pasti, dia berdiri dari tepi kasur dan mengacak rambutnya.

"Anak itu sudah benar mau Ayah jebloskan saja ke penjara! Supaya hidup kamu kembali ke jalan yang benar! Jadi anak baik, tanpa masalah seperti Inaya!"

Mendengar namanya anaknya disebut, Rania menyuruh Inaya menenangkan Sadewa. 

"Bi, udah, Bi," ucap Inaya. 

Sadewa menurunkan tangan Inaya perlahan-lahan. Dia belum puas kalau Pendar tidak mengaku siapa yang membuat terluka. Dihampirinya lagi Pendar di ranjang. "Ayah dulu bodoh menuruti kemauan kamu untuk tidak melaporkan Ludwig!"

"Kejadian ini nggak ada hubungannya sama Ludwig!"

"Kamu bela laki-laki urakan itu buat apa? Karena masih cinta? Ayah tanya satu kali lagi, kenapa kamu bisa celaka?" Sadewa mencengkeram bahu Pendar yang menatapnya tajam.

"Cukup, Ayah!" seru Pendar.

"Berapa kali Ayah bilang, jangan jadi perempuan murahan!" bentak Sadewa.

Teriakan Sadewa mengguncang hati laki-laki Korea di pintu. Dia baru selesai salat zuhur. Tidak dia sangka suasana mendadak gaduh. "Assalamu'alaikum." Suara Haneul tidak terdengar oleh Sadewa yang marah. Begitu pula Pendar yang terisak, sedangkan Rania dan Inaya tidak menghadap ke arah luar. 

"Kamu memalukan, Pendar!"

Haneul tidak bisa bungkam meski terkesan ikut campur urusan keluarga orang. Namun baginya, semua kalimat yang terlontar sudah keterlaluan. 

"Assalamu'alaikum." Kali ini Haneul berucap dan memberanikan diri masuk ruang rawat. 

"Wa'alaikumussalam," jawab Sadewa, Rania, Inaya, dan Pendar.

"Haneul?" Inaya terkejut dan berdiri dari sofa.

"Annyeong, Inaya."

Haneul menangkupkan tangan di dada saat menyapa Rania dan Inaya. Melihat Sadewa, tangan kanannya terjulur lalu tangan kirinya memegang pergelangan tangan kanan.  

Barulah Haneul raih tangan kanan Sadewa untuk diletakkan di hidungnya. Perpaduan dua budaya yang apik antara cara bersalaman sopan Korea dan adab Islam. 

Sadewa bergeming. Pemuda bersarung dan baju koko hitam masih mengenakan peci mengamit tangannya takzim. 

"Saya Choi Haneul, tamu Korea yang diantar oleh Cahaya berkeliling Jogja."

LANGIT GORYEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang