009🧁 Hari pertama Kefan

9 2 0
                                    

Kefan memeluk hangat tubuh pria yang sudah delapan tahun menjabat sebagai petugas keamanan di Spark Sky. Pelukan hangat penuh kerinduan yang diberikan kepada pria yang diketahui bernama Pak Jajang itu, membuat Pak Jajang tak bisa menahan rasa harunya. Pria pemilik senyuman hangat itu. Menepuk-nepuk punggung Kefan penuh bangga. Bangga karena akhirnya, Kefan bisa kembali lagi setelah selama tiga tahun, menetap di luar kota.

Pak Jajang tidak menyangka, anak laki-laki berusia 19 tahun yang dulu melamar pekerjaan di Spark Sky dengan setelan hitam putihnya. Kini, sudah tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang tampan seperti ini. Rasanya, Pak Jajang begitu senang sekaligus bangga. Seperti melihat anaknya sendiri yang berhasil mencapai kesuksesannya.

Pelukan itu terlepas. Pak Jajang tentu langsung menghapus air mata yang membasahi pipinya.

Sementara Kefan. Serindu-rindunya Kefan pada pria itu. Tentu menangis bukanlah hal yang ingin ia lakukan. Laki-laki yang hari ini resmi menjadi ketua Humas yang baru itu. Hanya tersenyum saja, dan menatap tak percaya ke arah Pak Jajang. Tidak menyangka, kalau pria itu. Masih bekerja di perusahaan ini.

Dulu, saat Kefan melamar pekerjaan ke perusahaan ini. Pak Jajang lah orang pertama yang membantu Kefan. Membantu mengarahkan jalan agar Kefan tidak tersesat saat memasuki gedung bertingkat itu.

"Bapak seneng banget. Akhirnya Mas Kefan balik lagi ke sini." Melihat Pak Jajang tersenyum. Mengingatkan Kefan pada sosok Ayah. Sosok pria yang di hari tuanya. Masih terus bekerja hanya karena tidak ingin. Masa tuanya dihabiskan hanya untuk tidak melakukan apa-apa.

Kefan hanya menanggapi dengan senyum saja. Sekalipun hanya sebuah senyuman tipis.

Lalu, Kefan teringat dengan sesuatu. Dibuka lah tas kerjanya. Lalu, mengeluarkan dua susu kacang hijau kesukaannya. Karena Pak Jajang adalah orang pertama yang bertemu dengannya di hari pertamanya menjadi ketua Humas. Kefan pun memberikan dua susu kacang hijau kesukaannya itu, pada Pak Jajang. Yang langsung pria itu terima dengan cepat.

"Lambungnya jangan sampe kosong, nanti sakit," kata Kefan.

Pak Jajang mengangguk dengan semangat. Hal itu tentu membuat Kefan tidak bisa menyembunyikan tawanya.

"Kalo gitu, saya permisi ya Pak. Jangan lupa, susunya diminum."

Pak Jajang mengangguk pelan. "Terima kasih banyak Mas Kefan, semoga harinya berjalan dengan lancar. Dan semoga, hari ini Mas Kefan menemukan banyak hal yang bisa bikin Mas Kefan bahagia."

Andai Kefan memiliki banyak waktu. Ingin sekali, Kefan memeluk tubuh pria itu lagi. Namun sayangnya, di hari pertamanya ini. Kefan tidak boleh terlambat. Kefan harus segera bertemu dengan atasannya. Maka dari itu, setelah Kefan membalas perkataan Pak Jajang barusan, dengan senyuman tipis. Kefan segera masuk ke dalam mobil. Lalu melajukan mobilnya menuju parkiran.

Kefan tahu, wajahnya ini terbilang masih baru. Tapi, orang-orang tidak perlu secara diam-diam atau secara terang-terangan. Memperhatikannya seperti ini. Rasanya, begitu risi. Tidak bisakah mereka mengabaikannya saja?

Apalagi saat Kefan berpapasan dengan banyak orang di lobi. Kefan yang notabennya jarang berinteraksi dengan banyak orang selain dengan keluarganya. Tidak tahu harus merespons seperti apa sapaan mereka. Sehingga, yang bisa Kefan lakukan. Hanya mengangguk dan tersenyum canggung. Kefan benci situasi seperti ini. Rasanya begitu memalukan.

Kefan memilih untuk mempercepat langkahnya. Agar bisa segera sampai di ruangannya. Namun, tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat melihat sesuatu yang jaraknya sekitar 10 meter dari keberadaannya.

Sebuah ruangan, tengah dikerumuni banyak orang. Kefan melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam masih menunjukkan pukul 06:30. Masih terlalu pagi untuk mereka datang ke kantor.

KEFANNAWhere stories live. Discover now