DECLANOUS 8

5.2K 950 549
                                    

DECLANOUS 8 —

"Lo sama Jodie deket banget ya, Lan?" Reola menahan ekspresi, supaya dirinya tidak akan terbaca iri.

"Nggak juga," jawab Declan santai. Tidak menoleh sedikit pun pada Reola, dia membalik lembar pada komik yang dia pinjam dari Rave. "Kenapa?" tanyanya kemudian. Terdengar seakan tidak ingin tahu.

Reola meletakkan kepala pada sandaran sofa, lantas duduk agak merosot sambil menekuk dan menaikkan kaki. Dia sibuk menatap ponsel, tapi kali ini melirik singkat ke samping. "Ya, nanya aja, sih," kata Reola santai. "Gue kaget aja ternyata kalian cukup deket sampe lo mau ke luar sama dia buat ngerjain tugas Astronomi."

Declan melihat pada Reola sebentar. Tiba-tiba cowok itu mendengkus sambil menarik senyum miring yang samar sekali. "Duduknya yang bener dulu," pinta Declan sambil menarik pelan lengan Reola ke depan. "Hubungan lo baik-baik, aja?" Kemudian dia bertanya demikian tak aba-aba.

Alis Reola naik sekilas, kemudian dia mengangkat bahu dan menurunkannya lagi. "Yah, gitu-gitu aja, sih. Anak organisasi tuh sibuk, gue was-was sama Lou, mereka sering barengan soalnya." Reola menjelaskan tanpa diminta.

Respons Declan juga tidak banyak setelah itu. Hanya mengangguk paham saja. Dan Reola malah balik bertanya, apakah Declan sudah sungguhan punya pujaan hati atau belum, lantas apakah ada kemajuan di antara mereka.

"By the way, curhat-curhat gini tuh berbahaya," sambung Reola entah dapat pemikiran dari mana. "Temen curhat bisa jadi temen hidup."

Declan mendengkus geli.

"So, how? Do you have a crush?" ulang Reola agar Declan tidak menghindari pertanyaannya.

"Yeah, on you."

Cepat sekali setelah jawaban itu keluar dari mulut Declan, Reola kontan menoleh, melihat Declan seakan mata cewek itu ingin melompat lepas. Wajah Reola sudah merah sekali, dan Declan malah tersenyum kecil begitu ringannya.

"Was it good?" tanya Declan kemudian. "I wanted to tell it to my crush."

"Um ... ugh, yeah." Reola agak gelagapan, tapi kemudian berhasil menguasai diri dari salah tingkah, dan memasang ekspresi seakan dia tidak baru saja kecewa. "Gue kenal ya sama gebetan lo?" tanya Reola agak mencari penyakit untuk diri sendiri.

Declan bergeming, fokus pada komiknya lagi. Reola merengek ingin tahu, sampai menarik-narik kemeja Declan yang sudah tidak terlalu mulus setelah dipakai seharian. Declan tidak juga ingin menjawab, sampai akhirnya Reola diam sambil merengut.

"Gue heran, orang kayak lo ini masih bisa suka orang lain ternyata," gerutu Reola sambil menggeser duduknya untuk lebih jauh dari Declan.

"Ya ...." Ucapan Declan agak mengambang. "Lo buktinya," tambahnya kemudian.

"That was smooth, too," tutur Reola sudah tidak kelewat percaya diri lagi kali ini.

Declan tersenyum kecil menyembunyikan seribu kata, sembari tetap membalik komik, tahu saat itu Reola kembali menoleh padanya.

Reola mengedik. "I got it. Since you don't talk to people you don't like," balasnya lebih ke mensugesti diri sendiri supaya tidak jatuh pada kata-kata Declan. Reola juga bingung cowok itu belajar berkata-kata manis dari mana, atau justru sebenarnya Declan memang bisa, hanya saja tak pernah menunjukkannya.

Declan semakin kemari semakin berbahaya untuk Reola. Cowok itu akan bertindak atau berkata bagaimana juga Reola pasti salah tingkah. Tapi dia tidak ingin lupa, Declan punya pujaan hati, cewek itu pasti lebih sering dapat perlakuan dan kata-kata manis. Ah, memikirkannya saja sudah membuat alis Reola menjorok tajam sambil cemberut.

DeclanousWhere stories live. Discover now