I. Murid Baru

19 14 29
                                    


19 April 2022.

Senin, hari yang selalu menjadi musuh bagi kebanyakan orang. Tapi, bagaimana perasaan hari Senin jika tidak ada orang yang menyukainya? Mungkin hatinya sudah terlalu banyak tersakiti oleh orang-orang tanpa disadari.

Disaat orang-orang gak suka sama hari Senin, gue kebalikannya. Gue suka hari Senin. Karena apa? Hari Senin adalah hari dimana gue bisa kembali produktif, bisa ketemu sama teman-teman, dan lain-lain.

Pagi ini cerah, seperti yang sudah diduga. Hari Senin tidak pernah mengecewakan.

Perlahan gue jalan di pinggir trotoar jalan yang sudah tidak terlalu bagus namun masih layak untuk dilewati. Rumah gue gak jauh sama halte, jadi gue selalu jalan setiap pagi untuk pergi ke sekolah dari rumah.

"Nok Adel...," panggil Eyang Ratna, umurnya sudah sepuh namun masih semangat menjalani hari di pagi buta berjalan-jalan disekitar komplek perumahan dengan membawa sebotol air putih di tangan kanannya.

"Pagi Yang! Udah keliling sejauh mana hari ini Yang?" jawab gue dengan ramah sambil berhenti sejenak.

"Cuman keliling satu deret aja Nok, eyang udah tua, kadang kaki eyang sakit jalan jauh-jauh." jawab eyang dengan nadanya yang lembut.

"Hati-hati ya Yang, kalau capek istirahat dulu."

"Iya nok, udah sana Adel berangkat, nanti telat."

"Iya Yang, Adel berangkat dulu." gue ambil tangan Eyang Ratna, lalu nempelin tangannya yang udah terbalur keringat ke dahi gue.

Gue pun ngelanjutin jalan gue ke halte, masih dengan suasana hati yang senang.

Dipertengahan jalan, gue kembali berhenti, sesuatu menarik perhatian gue saat ini. Didepan gue, ada seorang cowok seumuran gue kayaknya? Lagi jalan dijalan yang sama, namun penampilannya bikin gue miris dalam hati.

Seragam yang lusuh dan lecek seperti tak pernah disetrika, sepatu yang robek dibagian belakangnya, dan celana yang memiliki tambalan kain dibagian betis.

Gue membatin dalam hati, apa dia orang sini? Tapi kenapa gue gak pernah lihat dia ya?

Tak lama gue nemuin sesuatu yang menarik lagi, anak-anak SD yang berlarian dari belakang gue sambil neriakin nama "Kak Juna".

Pertanyaan gue terjawab begitu saja saat anak-anak itu berhenti berlarian dan beralih berebut tangan orang yang ada didepan gue tadi yang mungkin juga dia yang dipanggil dengan sebutan "Kak Juna"?

"Kak Juna sekolah hari ini?" tanya salah seorang anak SD tersebut yang berhasil mengambil alih tangan kanan laki-laki tersebut.

Gue gak denger apa-apa, tapi gue bisa lihat orang yang dipanggil Juna itu senyum sambil nganggukkin kepalanya ke arah anak itu.

"Wahh kakak udah kayak kita dong!" seru salah seorang anak lagi yang berada di sebelah kiri Juna sambil terus menggenggam tangan kirinya.

Lagi-lagi gak ada jawaban, hanya kekehan yang tercipta dari seorang yang bernama Juna itu.

"Reno! Reza! Ayo sini, Kak Juna mau berangkat sekolah!" sontak gue kaget, dibelakang gue ternyata ada seorang ibu yang ternyata ngikutin dibelakang gue daritadi. Yang gue simpulin itu adalah ibu mereka?

"Kan aku juga berangkat sekolah mah!" jawab salah seorang anak SD itu yang sekarang menengok ke arah ibunya.

"Sekolah kalian kan beda, ayo sini, kita belok, biar Kak Juna jalan ke halte sana." jawab ibu tersebut sambil melambaikan tangannya agar anaknya kembali kepadanya.

Gue terkekeh pelan, kelakuan anak-anak SD ini lucu.

Dengan menggerutu anak-anak itu melepas genggamannya dari Juna lalu kembali kegandengan ibunya.

Lalu mereka berjalan berbelok arah, membuat gue dan cowok tadi kembali melanjutkan perjalanan kita untuk ke halte.

Gue ngedudukin diri ke kursi halte yang kosong setelah gue sampai, terus ngeluarin sebotol air putih buat gue konsumsi karena capek setelah jalan tadi.

Gue nengok ke arah cowok tadi, dia berdiri terus di halte, tepatnya didepan gue, tanpa ada niatan untuk duduk dulu.

"Duduk dulu, BRTnya belum keliatan."

Gak ada jawaban dari dia, jadi gue memutuskan untuk biarin dia berdiri terus disitu hingga akhirnya BRT datang dan kita masuk ke dalamnya lalu memulai perjalanan menuju ke sekolah.

-

Memang benar kata orang, dunia itu sempit. Cowok yang gue temuin di jalan tadi ternyata satu sekolah sama gue. Tapi, dari seragamnya gue gak ngelihat tanda-tanda identitas sekolah, apa dia anak baru?

"Del!" gue nengok, dibelakang gue ada Dera, temen sebangku gue yang lari berusaha nyamain deretannya sama gue.

"Tumben berangkat pagi?" tanya gue ke Dera setelah dia udah ada disamping gue sambil ngatur nafasnya pelan.

"Tumben kata lo? Gue emang rajin kali."

Gue cuman jawab dengan dengusan remeh. Jangan percaya sama jawaban dia barusan, dia bilang begitu karena ternyata ada crush-nya yang lagi jalan tepat dibelakang kita.

Setelah mengamati bahwa orang itu udah pergi, barulah Dera menghela nafasnya.

"Gila ganteng banget Del, gue takut gak bakal kesampaian ngejar dia."

"Yaelah belum juga dicoba udah negative thinking aja lo, coba dulu, baru bilang gitu kalau ditolak."

"Ya gimana gak nethink orang yang suka dia cakep-cakep semua."

"Lo juga cakep kok, semua orang punya kelebihan sama kekurangan masing-masing, tergantung cowoknya aja suka sama yang gimana. Makanya usaha dulu," jelas gue yang bikin Dera mulai dongakkin kepalanya semangat.

"Betul! Gak boleh nyerah!"

Gue ketawa, "Jadi lo berangkat pagi karena dia?"

"Iya, katanya dia suka sama orang yang rajin, jadi gue mau coba berubah demi dia, keren kan?"

"Iya-iya keren, semoga dia bisa lihat usaha lo itu Der." Dera ngangguk semangat, sampai tanpa disadari kita udah sampai didalam kelas.

Gue ngeluarin buku novel yang sedang gue baca baru-baru ini, terus mulai baca novel itu sambil nunggu jam masuk.

Gak lama gue denger suara langkah kaki dengan sepatu yang khas, tanda bahwa guru sudah datang. Dengan segera gue nutup buku novel gue dengan tak lupa menaruh pembatas diantara halaman yang sedang gue buka, lalu meletakkannya di ujung meja.

"Selamat pagi anak-anak semua." ucap Pak Dani, guru selaku mata pelajaran Matematika sekaligus wali kelas X IPA 1.

"Selamat pagi pak." jawab para murid kompak.

"Hari ini kita kedatangan teman baru,"

Gue mulai tertarik dengan apa yang Pak Dani katakan barusan. Teman baru? Gue penasaran dan udah gak sabar ngelihat siapa dia.

"Silahkan masuk, nak."

Mata gue membulat tatkala seorang laki-laki masuk ke dalam kelas dengan membawa tas dan penampilan yang sangat familiar.

"Perkenalkan nama saya Kanda Arjun Nagaraj, kalian bisa memanggil saya Juna."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Juna and His WordsWhere stories live. Discover now