5. Him

53 11 7
                                    

You can cut all the flowers but you cannot keep spring from coming

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can cut all the flowers but you cannot keep spring from coming

- Pablo Neruda -

***

Ahhmm..

Aku mendesah saat pria itu  menyapukan lidahnya dibagian puncak dadaku, satu kali, dua kali, kemudian dia menghisapnya dengan rakus.

Tanganku menyentuh surainya, saat tangan JoonKi mulai turun kebawah. Dia mengesekkan tangannya disana sebagai permulaan sebelum menyelinapkan tangannya dibalik pakaian dalamku. Aku tahu apa yang akan dia lakukan kemudian, aku hanya membelai rambutnya sambil menunggu dan menikmati apapun itu.

Mataku terpejam saat aku merasakan jemari pria itu menerobos kewanitaanku. Aku mencoba meresapinya, menikmati apa yang di lakukannya dibawah sana.

"Cha Hyewon." 

Aku mendengar desahaan nafas berbisik ditelingaku, bukan suara Joonki.

Aku melihat pemuda itu tersenyum, senyuman manis yang menggoda.

Disisi lain aku merasakan tangan Joonki semakin aktif melakukan pekerjaannya.

"Kau menikmatinya?" Bisik pemuda yang tersenyum itu sekali lagi, senyum yang menjengkelkan.

Ah.. Park Jimin. Kenapa aku harus memikirkan disaat seperti ini? Aku benci senyumannya, aku benci suaranya, kau benci caranya menatapku. 

"Aku bisa melakukannya lebih baik." Setan yang menjelma dalam wujud Park Jimin itu kembali berkata.

Joonki merambat naik, menyecup bahu hingga berakhir di ceruk leherku. Biasanya aku menikmati semua ini, tapi tidak kali ini saat bayangan Park Jimin terus berputar dikepalaku.

"Kau menghindariku karena takut, eoh?! Kau takut aku menaklukan mu, Won-ah." 

"Apa kau menyukaiku? Kenapa kau menjadi sangat pengecut, Cha Hyewon?"

"Sial!" Gerutuku kesal sambil membuka mata, bahkan dalam bayang-bayang pun Jimin tetap menyebalkan.

Joonki menghentikan dirinya, menatapku dengan bingung. Apa yang sebenarnya kau lakukan Cha Hyewon? Huh?!

"Ada apa?" Joonki bertanya, matanya terlihat bingung penuh tanya.

Dia pasti heran kenapa aku memaki.

"Kau baik-baik saja?" Dia bertanya lagi.

"Eoh, aku baik-baik saja." Sahutku berdusta.

Aku jelas sedang tidak baik-baik saja. Ada yang konslet di kepalaku.

"Kau mau aku berhenti?"

Lihat betapa sopannya pria ini.

"Tidak. Aku mau kau lanjutkan." Ucapku, membuat JoonKi tersenyum. Aku suka senyumnya.

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang