The day it rained in Southern Rosenberg

110 5 2
                                    


'CATATANKUーaku sepantasnya menulis iniーneraka sebatas dongeng untuk orang-orang naif.'

1829. Gerimis sedari malam.

Kaki diongkang, alisnya naik satu. Alih-alih membalik halaman Hamlet, ia berangsur risih mendengar betapa kusut piano Sommerset pagi ini. Kendati Darian membenci atmosfer muram Rosenberg, La Campanella umpama pantangan sejak salju pertama menghantam atap mansion mereka, digantikan Liebesleid yang emosional oleh Rachmaninoff, seolah hidupmu cuma tragedi.

'Neraka hanyalah hikayat'. Kalimat itu ia baca empat kali. Pandangnya menajam, kembali turun ke novela dengan seperempat kecewa sampai ia merasakan sorot canggung di punggung sana.

Gadis itu.

"Minimal ketuk pintunya, Nak."

Mendengus, Hamlet berujung ditutup seakan itu menjelaskan segalanya. Tidak perlu berbalik untuk tahu siapa di belakang, karena langkah semi-bersemangatnya sangat ia hafal. Jadwalkan Shakespeare buat malam nanti. Kalau sempat, Rian bergumam, sebelum berkunjung dan balik memerhatikan kekasihnya. "Bagaimana, prasmanan sudah siap?" Sang Pastor memastikan waktu lewat jam saku: Kamis, 07:15.

"Sarapannya mendingin, Milord, tapi kami membuatkanmu tres-leches cokelat beserta kamomil seperti yang diminta."

"Tres-leches cokelat tanpa krim, menurutmu aku suka?"

Ia bangkit melenggang, menyimpan buku ke rak bagian Rosenberg dan Penyeberangan di depan, dekat jendela tinggi ruang baca. Keningnya mengernyit. Terdengar seolah seseorang belum menyerah mencekoki Gereja Thoreau oleh Liebeslied, namun Darian memilih abai ketimbang kudapannya kembali ditunda. Dokumen juga bisa menunggu. Setidaknya ada yang menghibur, tumpukan kue itu, daripada tidak mengecap manis sama sekali.

"Dengan krim." Carlinn memutar bola mata.

"Aku melihatmu, Caly. Sopan santunnya dipakai."

"Omong-omong kabar buruknya, River masih mengunci diri."

Demikian, putusan sarapan langsung ditarik secepat ia berbalik memandang Carlinn seolah itu akhir dunia. Lalu, beranjak ke kamar tamu R13, lantai dua mansion.

Tentu. Pria itu mengutuk diri, tersenyum masam mengatur mantel legamnya. Tentu saja kekasih Sang Pastor merajuk setelah Rian mengencani berkas dibanding menemaninya bermimpi untuk kesekian kali. Apalagi semalam hari penting: River berulang tahun.

Ulang tahun, berapa kali ia melewatkannya?

Parah. Demi Bunda Maria.

"River istirahat. Sudah semestinya. Mungkin menjauhimu beberapa meter walaupun kaubujuk," Kalimat Carlinn menggema di kepala begitu Darian menghadap pintu. Diam. Tercenung sejemang, berpikir mengapa gadis itu berubah serius sehabis berpuluh dekade lamanya-tidak, dari kedatangan River, ia menyadari lonjakan emosi, empatinya yang berangsur meningkat. Lebih manusiawi. Carlinn Gloire membela seseorang. "Tidakkah Anda mau memberinya waktu?"

'Neraka hanyalah hikayat, sebab apa yang lebih buruk dari membuang kasih tulus sucinya'.

"Dearest," Yang lebih berumur memberanikan diri membuka pintu, tanpa suara, untuk menjumpai kesayangannya tidur dalam tenteram, damai, dengan bekas sembap dan kemeja Rian di dekapan.

Gerimis masih turun.

Ia memutuskan duduk sebentar di sisi dipan. Tangannya mengusap kening sang Mountmorris.

Selamat ulang tahun. []

2022

disc
River Mountmorris (@/armaturocv), Darian Süskind belongs to me

creatures.Where stories live. Discover now