the house you looking for

293 21 7
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

PERLAHAN, surya tenggelam di peraduan; udara menjadi semakin dingin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

PERLAHAN, surya tenggelam di peraduan; udara menjadi semakin dingin. Walau demikian, petang itu, seorang pria berkulit matang karena mentari masih mantap menelusuri padatnya trotoar ibukota. Pakaiannya butut compang-camping, dipadu bersama kaki tanpa alas. Satu-dua keropeng menjejaki tubuhnya yang sekusam dosa. Namun, menghambatkah itu? Tentu tidak. Ia tak mengejar sempurna. Asal anak-istrinya bisa makan, tersakiti bagaimana pun saat menjemput nafkah tidak masalah.

   Menjauhi keramaian menuju tepian kota, ia tarik kedua tuas gerobak dagangnya, membelok memasuki gang remang-remang. Gang ini terapit oleh swalayan dan sebuah apartemen. Keduanya terbengkalai. Terjadi kebakaran empat tahun silam yang menewaskan seorang kakek karena korsleting listrik. Sayangnya, belum ada renovasi dari pihak terkait maupun pemerintah.

   Pria itu memang kurang peduli. Hanya terkadang, berjalan di antaranya dapat menegapkan bulu kudukmu kalau memandang tidak lurus sedikit saja, apalagi ketika maghrib, seperti saat ini. Eko terus memijak sekalipun ia membenci itu. Ada perut yang harus diisi. Ada keluarganya yang menanti sedekap pelukan.

   Pernikahan Eko dengan Santi bukan seumur jagung lagi. Mereka dikaruniai putra bernama Syahid, disusul adik perempuannya, Kaisha, yang masih merangkak. Si sulung Syahid, seiring bertumbuh remaja, tengah mengecap SMP dengan sedikit kepayahan.

   Anak itu pendiam. Kebanyakan temannya orang berpunya, sehingga ia menyadari ketidakpantasan bergaul atas lingkungan sendiri. Bukan, mereka tidak merundung Syahid karena latar ekonomi---orang-orang itu tak mengerti isi kepalanya. Mereka tidak paham NASA, atau bagaimana Dinasti Abbasiyah mengalami kemerosotan. Karena yang ditolelir sebatas tren atau kosmetik, pantas mereka tidak mengenal Frankenstein. Bahkan, sewaktu Syahid mengusai Integral, kelasnya masih menggulati Phythagoras. Sempat gurunya bertanya darimana ia mempelajari semua itu. Materinya sudah selevel SMA. Hebat. Mungkinkah kursus? Bagaimana ia menanggung biaya sebanyak itu?

   Syahid tersenyum.

   Kepada sang guru, ia menjawab, "Ketika ayahku pulang berdagang, kadang kujumpai sesobek koran hingga majalah terlusuh dalam gerobaknya. Kubaca mereka untuk meringankan beban orangtuaku."

creatures.Where stories live. Discover now