anxiety

212 23 1
                                    

BEGITU bangun pagi ini, harusnya kakiku terangkat menuju sekolah, duduk di sebelah Brigid, kembali memilin harapan dan tertawa-tawa. Pembicaraan bakal beralih pada Into the Water yang semalam ditontonnya, kami yang menghabiskan lima belas menit dengan berdiskusi, lalu Mrs. Carlise masuk untuk memulai ulangan.

   Barangkali pagi ini aku beruntung; fisikaku akan seratus dan Mrs. Carlise memujiku, sebelum merambat terhadap Brigid, kemudian semua orang---menjadikanku contoh. Aku akan mencetak rekor, melompat paling jauh di pelajaran olahraga, memenangkan kuis. Aku akan menyadari anak-anak cowok yang tertarik padaku. Aku akan pulang dengan hati penuh, dan melihat Mom tersenyum sewaktu kuangsurkan kertas ulangan.

   Yang perlu kulakukan adalah bangun, mandi, kemudian sarapan. Dilarang membuat dunia menunggu.

   Namun, itu terjadi lagi.

   Tubuhku bergeming, kesusahan bangkit, terpancang menatap langit-langit. Aku merasa ganjil, seperti ketika kau mempermalukan dirimu sendiri di depan kelas. Rasa yang tak bisa kuutarakan meski orang-orang mendesak. Rasa yang abstrak. Kupikir, ini perkara lelah. Mungkin semalam aku tidur terlampau suntuk---namun tak satu pun masuk akal bagiku.

   Aku melihatnya dalam kepala, berkelebat seperti kilasan film.

   Keberadaanku di suatu tempat---itu koridor kelas---kemudian Brigid datang, menatapku rendah, disusul Mrs. Carlise, cowok yang kusukai, lalu Mom; semua yang kukenal. Aku tak menangkap perkataannya. Aku mendengar suara-suara, semacam “pergi” dan “kami tak menginginkanmu”. Bukan dari mulut mereka, namun itu suara mereka, yang berangsur menjadi kekehan.

   Kudapati diriku panik dan berlari menjauh, tetapi mereka segera muncul dan mengadangku. Mereka mendorongku ke jurang, tersenyum-senyum di atas sana, seolah semua ini sudah direncanakan. Lalu, ketika tersadar dari lamunan, aku sudah menangis.

   Pikiranku bergulat. Semuanya campur-aduk. Bayangan-bayangan itu mulai datang lagi: kegaduhan itu, mereka yang menyudutkanku dan berkata buruk tentangku. Aku berupaya tenang. Satu-satunya yang kuduga adalah, mungkin ini pengaruh film dari yang kutonton. Berkeras kugapai gagasan itu tepat sewaktu Mom mengetuk pintu, menandakan putrinya harus segera bersiap.

   Kupaksakan tanganku bergerak, namun semuanya teramat berat. Beban yang mustahil kuinginkan. Gemetar, aku terisak, aku semakin kacau. Aku tak tahu apa yang kupikirkan, aku mendadak merasa paling kotor sedunia.

   Bolos sehari adalah dosa, namun nyatanya di sanalah aku, kebingungan, seolah semesta terbagi menjadi labirin tanpa ujung.

   Aku ingin sembunyi. []

2018

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

creatures.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang