Bab 2. Hari Pertama Sekolah

3.1K 200 2
                                    

Sebenarnya aku masih ingin berlama lama tiduran di kasur empuk ini, tapi mengingat aku tak ingin ketinggalan pelajaran sekolah, juga paman Taylor sudah memberikanku waktu istirahat untuk mengurangi jetlag selama dua hari, maka hari ini kupaksakan membuka mata di pagi hari ini, mengumpulkan semangat untuk memulai sekolah di tempat yang baru. Semua pendaftaran sekolahku sudah diurus oleh paman, jadi aku hanya tinggal masuk dan belajar dengan baik.

Paman Taylor mengantarku sampai di gerbang sekolah sebelum beliau berangkat ke kantornya. Fond du Lac High School, ku tatap papan nama sekolahku itu, salah satu sekolah terbaik setingkat SMU di kota ini, aku menarik napas panjang dan melangkahkan kaki memasuki sekolah baruku itu, lumayan besar, mungkin bisa menampung sekitar dua ribuan siswa, entahlah...

"Hai, kamu pasti siswa baru di sekolah ini ya? Dan kulihat sepertinya kamu juga orang baru di kota ini" saat sedang menilai tentang sekolah baruku tiba tiba seorang gadis sebayaku menyapa, aku menoleh kearahnya dan tersenyum.

"Oh hai..kamu benar, aku baru disini, kenalkan aku Vanessa" jawabku sembari mengulurkan tangan

Gadis itu menyambut uluran tanganku "aku Andrea"

"Baiklah Andrea, bisakah kau membantuku menunjukan dimana letak ruang guru? Aku harus mengambil jadwal pelajaranku"

"Tentu saja, aku juga akan dengan senang hati mengajakmu melakukan school tour, hehehe" jawabnya ramah sambil terkekeh.

Hari pertama belajar di sekolah berjalan dengan lancar, aku juga sudah berkenalan dengan beberapa siswa di kelas tadi, berhubung tiap berganti mata pelajaran kita juga akan berganti kelas jadi lah aku memiliki teman berbeda beda di tiap tiap kelas dan mata pelajaran. Aku dan Andrea memiliki jadwal kelas yang sama di dua mata pelajaran kami, setelahnya kami harus berpisah untuk menuju kelas kami masing masing. Dan saat ini semua siswa pasti menuju ke kantin sekolah, karena bel istirahat baru saja berbunyi, begitu juga aku, kuseret langkah kakiku menuju kantin, bersyukur tadi sudah ditunjukan bagian bagian penting dari sekolah ini oleh Andrea, jadi aku tidak khawatir nyasar untuk menemukan kantin. Saat baru memasuki pintu kantin mataku langsung menemukan keberadaan Andrea yang sedang duduk berdua dengan siswi lain, kulangkahkan kakiku menuju ketempat mereka.

"Hai Vanessa" Andrea langsung menyapaku begitu dilihatnya aku berjalan mendekatinya

"Boleh aku bergabung bersama kalian?

"Tentu saja, kami justru senang dengan kehadiranmu, oia..kenalkan ini Rose, dan Rose kenalkan ini Vanessa"

Andrea memperkenalkan kami berdua, dan selanjutnya kami bertiga terlibat obrolan menyenangkan, kami tertawa dan bercerita diselingi makan siang, dan tiba tiba aku merasakan jantungku berdebar kencang, aku tak mengerti kenapa, kuminum jus pesananku untuk mengabaikan hal tersebut, dan entah mengapa aku menggerakan kepalaku, mengedarkan pandangan mataku hingga netraku menangkap seseorang yang sedang menatapku tajam, pandangan kami bertemu dan seolah terkena sihir aku tak mampu menggerakan mata atau kepalaku untuk mengalihkan arah pandanganku, seolah tatapanya mangandung magnet yang menariku untuk terus memandangnya.

"Ehm ehem...namanya Alexander, biasa dipanggil Alex" Andrea berdehem dan berbisik kepadaku, membuatku memiliki kekuatan untuk memutus kontak mata dengan siswa tersebut dan menoleh ke arah Andrea.

"Dan cowo yang disebelahnya itu adik sepupunya Alex, namanya William, kami biasa memanggilnya Liam, sedangkan cewe di sebelah Liam namanya Susan, dia pacarnya Liam" lanjut Andrea masih dalam mode berbisik

"Mengapa kau berbisik bisik?" tanyaku namun tak urung ikutan berbisik juga

"Karena mereka seperti memiliki pendengaran super, mampu mendengar dari jarak jauh" kali ini Rose yang berbicara. Namun tetap dalam mode berbisik.

"Ohh" aku hanya membulatkan mulutku, namun ekor mataku kembali melihat ke arah Alex, dan aku terkejut karena dia masih saja memandangiku, buru buru aku berpamitan kepada kedua teman baruku itu, entahlah aku merasa ada sesuatu dengan tatapan tajam Alex yang membuatku gemetar. Kulangkahkan kakiku cepat meninggalkan kantin, namun sebelum mencapai kelas aku merasa tanganku ditarik oleh seseorang hingga aku terpojok dan punggungku menyetuh tembok.

"Kau menghindariku?"

Hei sapaan macam apa itu, bahkan kita tidak saling mengenal, ingin sekali ku teriakan kata kata tersebut di depan wajahnya, namun yang terjadi hanya aku kembali membeku menatap matanya, entah apa yang salah dari tubuhku, sulit sekali untuk digerakan, bahkan aku tak mampu untuk hanya sekedar menggerakan bibirku untuk menjawab pertanyaanya.

Dia memandangiku lekat, satu tanganya disandarkan ke tembok, mengungkungku, dan tanganya yang lain berada di saku celananya "cantik" gumamnya "kemana saja kau selama ini?" dia masih saja berbicara dan bertanya padaku yang tetap membisu.

"Bb..bisakah kau menjauh?" akhirnya aku mampu mengeluarkan suara meski sedikit terbata

"Kau takut sayang?" ucapnya lembut dan sangat merdu terdengar di telingaku, membuatku tercengang dan ..... hatiku meleleh. Ohh tidak, tidak bukan begitu maksudku... yaa... ah sudahlah.

"Ti..tidak, tolong menjauhlah"dengan masih terbata aku kembali memintanya menjauh dariku

"Jangan takut, aku hanya ingin kita menjadi teman dan lebih dekat satu sama lain"

Hahh?? Apa katanya? Lebih dekat? Apa ini caranya menawarkan pertemanan? Anti mainstream banget, jujur aku takut, dalam benaku terlintas sosok seorang psikopat kejam yang berperilaku aneh.

Tiba tiba tanganya menyentuh pipiku dan mengusapnya lembut, aku kaget saat merasakan seperti sebuah percikan dikala kulit tanganya bersentuhan dengan kulit pipiku, seperti sebuah sengatan listrik ringan. Mataku terbelalak dan tak sadar mulutku membuka, dan saat itu juga dia menarik kembali tanganya.

"Maaf, aku tidak bermaksud kurang ajar, sungguh" ujarnya sambil mundur satu langkah dariku.

Sebenarnya yang membuatku terkejut bukan karena dia menyentuh pipiku, tapi lebih kepada percikan sentuhan yang aku rasakan di pipiku, aliran listrik kecil yang menyengatku namun lembut, dan entah mengapa aku merasa kecewa saat dia melepaskan tanganya dari wajahku.

Saat aku hendak membuka suara kembali, terdengarlah bel sekolah berbunyi

"Aku harus pergi" ucapku "Aku ada kelas Mr Moris" lanjutku memberitahunya, yang akhirnya membuatku malu sendiri, mengapa juga aku harus memberikan informasi itu kepadanya? Memangnya dia siapaku?

Namun diluar dugaanku dia tersenyum dan tampak senang mendengar aku memberitahukanya tentang jadwal kelasku

"Baiklah, aku akan menunggumu usai sekolah nanti, by the way aku belum tau siapa namamu"

Whattt.. OMG, dia benar, bahkan kami berdua belum menyebutkan nama masing masing, ini akan merupakan cara berkenalan paling aneh dalam sejarah hidupku.

"Aku Alexander Kelvin Stewart, kau bisa memanggilku Alex" lanjutnya memperkenalkan diri

"Namaku Vanessa, Vanessa Anderson" jawabku.

Dan kami pun berpisah menuju kelas masing masing. Aku tergesa memasuki kelas Mr Moris tapi benaku masih memikirkan ucapan terakhir Alex tadi, dia menungguku usai jam sekolah? Kenapa aku membiarkanya? Kenapa aku tidak menolaknya saja? Dan untuk apa dia menungguku? Ada urusan apa dia denganku?

Entahlah segala sesuatu tentang Alex membuat benaku tak pernah berhenti bertanya tanya.

that wolf is your mate sweety !Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt