Bab 10. I'm your mate

1.9K 148 1
                                    

Alex mendekatiku aku langsung menjadi waspada, "kalian pergilah, awasi keadaan di luar, dan laporkan padaku jika ada yang mencurigakan" Alex berkata sambil tetap memandangku yang entah mengapa tatapan matanya membuatku merasa aman dan mampu mengusir ketakutanku, namun aku tetap berhati hati dan menjaga jarak denganya.

"Baik alpha" sahut Susan dan Liam bersamaan dan secepat kilat mereka pergi dari sana, aku tercengang takjub menyaksikan hal tersebut tanpa kusadari mulutku terbuka lebar, sampai kurasakan ada tangan yang menyentuh daguku dan mendorongnya keatas hingga membuat mulutku tertutup rapat, mataku mengerjab kaget melihat Alex tiba tiba sudah berdiri di hadapanku sangat dekat, dan seperti biasa setiap kali menatap matanya tubuhku membeku seperti ada kekuatan sihir aku tak mampu menjauh bahkan sekedar memutus kontak mata kami.

"Jangan takut kepadaku, aku tidak akan pernah menyakitimu, bahkan jika itu adalah hal terakhir yang bisa kulakukan di dunia ini, aku tak kan pernah melakukanya"

Alex kemudian menggenggam tanganku dan menariku untuk duduk di sofa, dia pun duduk di sampingku dengan tubuh menyamping berhadapan denganku.

"Dengar Vaness ada hal yang harus kukatakan, bisakah kau simak baik baik dan jangan memotong pembicaraanku sampai selesai?"

"Katakan" kutarik tanganku yang masih di genggamnya, dan memalingkan wajahku, aku sadar jika terus menatap matanya aku seperti berada dalam pengaruh kekuatan sihir.

Alex menaikan sebelah kakinya ke sofa dan menekuknya, sekarang posisinya lurus menghadapku, namun tidak denganku, aku masih takut menolehkan wajah kearahnya.

Bukanya memulai bercerita Alex malah mengulurkan tanganya kearahku, aku kaget dan menoleh cepat

"Kau mau apa? Jangan sentuh aku" bentaku dan tiba tiba saja aku teringat apa yang terjadi di dalam kamarku saat aku tidak mengenakan apapun untuk menutupi tubuhku sehabis mandi tadi, karena lupa membawa handuk, 'bukankah disana tadi itu ada Max saat aku mencari cari handuk tadi' gumamku dalam hati, dan memikirkan itu membuat wajahku terasa memanas

Pipiku langsung merona mengingat semua itu, "jangan coba coba menyentuhku Alex" kembali aku membentaknya, dia malah tersenyum dan tetap mengulurkan tanganya melewati tubuhku yang membuat wajahnya mendekat kearahku, kini wajah kami hampir tak berjarak bahkan aku dapat merasakan hembusan napasnya, tak urung pipiku semakin kian merona menatap wajahnya sedekat itu yang menurutku sangat.... tampan.

Saat itu Alex kembali menjauh dariku, namun aku melihat ada sebuah tshirt di tanganya, dengan cepat dia memakainya. Dia menyentil dahiku "Jangan berpikiran mesum" ucapnya sambil mengulum senyum

"Siapa yang mesum? Kaulah yang tidak memakai baju dari tadi"

"Hey.. aku hanya bertelanjang dada, tapi dibawahku memakai penutup yang masih dalam batas sopan, tidak sepertimu tadi di kamar yang berte...." aku langsung menutup mulutnya sambil menahan malu, entah seperti apa warna pipiku saat ini.

"Sssstttt, diamlah jangan diteruskan"

Alex hanya tersenyum dan menatapku intens, "Tapi aku suka, kamu terlihat cantik saat itu".

"Bisa diam ga?!" ucapku galak, akhirnya kesadaranku pulih, hey aku kan bisa karate kenapa aku terlupa akan hal itu, untuk apa aku takut.

"Dengar Alex, aku memang terkejut dengan semua hal yang aku dengar tadi, karena semua itu diluar nalarku dan aku sama sekali tidak pernah menduga bahwa ternyata mahluk mitologi itu benar benar ada didunia ini, tapi bukan berarti aku takut padamu, jadi jika kau macam macam denganku, aku.akan.mem.bunuh.mu" ucapku dengan penuh penekanan pada kalimat terakhirku

"Woah aku terkesan sekali, kau tau sweety... aku bahkan tidak mengharapkan kau takut padaku, sebaliknya aku berharap kau mencintaiku seperti aku mencintaimu" jawabnya serius tanpa meninggalkan tatapanya padaku yang entah mengapa terlihat lembut dan mesra.

"Ahahahaha, cinta? Ini terlalu dini untuk bicara soal cinta Alex"

"Baiklah, kita lupakan itu dulu, ada sesuatu hal yang ingin aku bicaran terlebih dahulu, namun sebelumnya aku ingin tau sejauh mana pengetahuanmu tentang werewolf"

"Aku hanya tau dari cerita certa orang dan novel, bahwa werewolf adalah manusia yang bisa merubah wujud menjadi serigala dan juga memiliki kekuatan super, pendengaran super, penglihatan super"

"Kau benar, dan seperti yang kau lihat, aku bisa berubah wujud menjadi Max, dia adalah sisi serigalaku, aku juga memiliki kekuatan super, tapi disamping semua kekuatan super tersebut, kami juga memiliki perasaan yang super, kepekaan yang super, jadi jika kami kecewa atau bersedih itu juga akan terlalu super yang kami rasakan daripada manusia biasa"

"Maksudmu?"

"Maksudku, jika kami mencintai seseorang maka kadar cinta kami jauh lebih dalam daripada manusia biasa, bahkan rasa sakit hati kami bisa menyebabkan kematian jika ditinggalkan oleh orang yang kami cintai"

"Jadi sweety, kami bangsa werewolf selain diberikan anugrah kekuatan itu kami juga diberikan anugrah berupa pasangan jiwa, yang mana itu telah dipilih dan di tentukan oleh Moon Goddess, kami menyebutnya mate" lanjut Alex, aku hanya diam menyimak kelanjutan ceritanya

"Kami bangsa werewolf yang telah bertemu dengan belahan jiwa kami tidak akan bisa hidup lagi jika berpisah darinya, kehadiran mate yang selalu berada dekat dengan kami menjadi sangat penting untuk mengontrol kemarahan dan emosi kami yang lain, karena jika tidak terkontrol bisa merusak keseimbangan alam, walaupun ada sebagian dari kaum kami yang tidak beruntung untuk menemukan matenya, kadang pasangan jiwa dari beberapa werewolf sudah meninggal dunia sebelum dipertemukan".

"Bukankan kau tadi bilang kehadiran mate di dekatnya sangat berarti untuk mengontrol emosi werewolf? Jadi bagaimana dengan mereka yang tidak beruntung itu?" tanyaku sedikit tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang kehidupan pribadi seorang werewolf.

"Emosi mereka berbeda dengan werewolf yang sudah menemukan matenya, mereka masih bisa menjaga emosinya, dan tidak merasakan apa apa saat bulan purnama datang" Alex tersenyum saat mengetahui aku mulai menunjukan minat untuk lebih memahami dunia werewolf.

"Bulan purnama? ohh... apakah itu hari sakral kalian?"

"Kau berpikir bulan purnama adalah sakral bagi kami?"

"Tidak, aku hanya menebak saja"

"Sebenarnya pada saat bulan menunjukan wujudnya utuh dia juga memberikan kami kaum werewolf kekuatan, jadi kekuatan kami pada saat bulan purnama tiba akan berkali kali lipat, itulah sebabnya kami sangat membutuhkan mate berada di sisi kami, jika tidak, itu akan memberikan sakit yang teramat sangat bagi kami, bahkan bisa sampai mati "

Aku kemudian berdiri "Baiklah Alex aku mengerti, dan jangan khawatir aku tidak akan membocorkan semua rahasia kalian ke siapapun juga, kau bisa pegang kata kataku ini, percayalah" ucapku berusaha meyakinkan Alex

"Tidak sweety, kau belum mengerti pointnya" Alex ikut berdiri mendekat

"Apalagi yang harus aku mengerti?" aku mengerutkan dahiku memandang Alex

Alex menghela napas, menatapku dalam dan memegang bahuku dengan kedua tanganya "Vanessa, kau adalah mateku" ucapnya dengan sangat jelas terdengar di telingaku.

that wolf is your mate sweety !Where stories live. Discover now