Bab 20

3.2K 127 2
                                    


Happy reading😊


Andre mencoba tetap tenang agar tidak memikirkan hal-hal buruk tentang istrinya. Namun karena hujan yang semakin deras dan petir terus bergemuruh, ia menjadi tidak fokus makan.

"Gue duluan" ucap Andre pada ketiga temannya. Ia mengambil jaket dan kunci motor di kamar yang dua hari ini ia pakai.

"Kemana lo ujan-ujan gini" tanya Rangga.

"Pulang" singkat Andre lalu keluar dari markaz.

Banyak anggota yang bertanya-tanya pada Andre saat ia keluar dan melewati anggota Laksamoge. Namun Andre diam saja, karena jika ia menjawab malah semakin lama ia pulang.

Di perjalanan ia menyalip beberapa kendaraan yang menghalanginya. Tak peduli seberapa deras hujan yang menghantam. Andre mempercepat laju motornya hingga ia hanya memerlukan waktu 15 menit sampai rumah. Padahal jika dihitung dengan kecepatan normal, ia akan membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai rumahnya.

Sampai di rumah Andre mengetuk pintunya. Tak ada jawaban dari orang yang berada di dalam rumahnya. Tiga kali ketukan. Andre masih menunggu pintu dibukakan oleh istrinya. Namun pintu tak kunjung dibukakan. Akhirnya Andre mendobrak pintunya keras. Dobrakan pertama tidak berhasil. Ia mencoba sekali lagi namun tetap tidak berhasil. Dan dobrakan ketiga pintu berhasil ia dobrak.

Braakkk

Andre langsung lari menuju kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya keras. Dilihatnya seseorang yang berada di dalam selimut dengan tubuh bergetar. Ia yakin bahwa istrinya pasti sedang menangis ketakutan. Andre membuka selimut yang menutupi Rahma di bagian kepala.

"Hiks...hiksss.." suara tangisan Rahma berhasil membuat hati Andre sakit. Ia tidak becus menjadi suami. Ia gagal menjaga istrinya. Hingga membuat istrinya melawan rasa ketakutannya sendirian.

"Maaf" Andre hanya bisa mengucapkan satu kata itu kepada orang yang sedang dalam dekapannya.

"Ndre..hiks..takut" ucap Rahma dengan tangan masih memegang kepalanya.

"Maaf" permintaan maaf itu muncul lagi di mulut Andre. Ia memeluk Rahma semakin erat.

"Ndre" panggil Rahma lirih.

"Kenapa hmm" tanya Andre dengan tidak melepas pelukannya.

"Baju kamu basah" ucap Rahma. Andre baru sadar bahwa bajunya basah. Karena sangking khawatirnya, ia sampai lupa kalau tadi ia pulang dengan tidak memakai jas hujan. Dan tubuhnya hanya ditutupi dengan jaketnya saja.

"Maaf lupa aku ganti baju dulu" Andre melepas pelukannya. Ia mengambil pakaian di almari dan menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya yang basah. Setelah selesai, ia menuju kasurnya dan memeluk istrinya lagi.

"Tangan kamu jangan kayak gini. Nanti kepala kamu sakit" ucap Andre pada Rahma karena kedua tangan istrinya itu menjambak rambut panjangnya.

"Pusing" ucap Rahma pelan.

"Aku pijitin" Andre memijat kepala Rahma dengan penuh kasih sayang.

Lima menit suasana kamar sepasang suami istri itu hening. Tidak ada obrolan yang terlontarkan dari kedua orang itu. Andre merasa lega karena istrinya sudah tidak lagi menangis. Andre janji, setelah ini ia tidak akan membuat kesalahan yang kedua kalinya. Gara-gara salah paham, ia mendiamkan dan meninggalkan istrinya sendiri.

"Argh" Rahma meringis dan memegang perutnya.

"Kenapa?" Tanya Andre khawatir.

"Sakit Ndre" ujar Rahma.

"Minum air hangat ya"ucap Andre dan diangguki oh Rahma.

Andre berlari menuju dapur. Ia mengambil air putih hangat satu gelas. Ia kembali menuju kamar dan ia berikan kepada Rahma.

The Fated Foes (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang