#5 - Status Twitter

30 4 1
                                    

Jakarta, 35 tahun kemudian

Elin mengelap telapak tangannya yang berkeringat di atas celana. Sudah seminggu tapi kakaknya belum juga ditemukan. Bagaimana keadaan kakaknya di luar sana? Apakah ia makan dengan baik? Apakah dia sehat-sehat saja? Kepalanya tertunduk dalam, kemudian terus merosot hingga tubuhnya bagian atas merebah sepenuhnya di atas meja belajar.

Gadis itu menghela napas sedih seraya meraih buku catatan bersampul kulit sintetis hitam yang tersimpan di sebelah tempat alat tulis miliknya. Pada sampul buku itu tercetak tulisan AGENDA 1987 dengan tinta emas. Ia pun bangkit dari rebah. Buku ini adalah diary peninggalan ibunya yang tidak sengaja ia temukan di koper tua yang tersembunyi jauh di kolong tempat tidur orang tuanya dulu. Isi catatan ini kurang lebih adalah perjalanan hidup ibunya dari masa SMA sampai tahun kelahiran kakaknya. Membaca buku ini baginya terasa seperti mengobrol dengan ibunya yang telah tiada.

Dia lantas mengeluarkan dua foto usang yang terselip di halaman pertama. Sejujurnya, ia tak tahu apapun mengenai foto pertama. Di foto itu hanya ada ibunya beserta perempuan lain yang mirip dengan ibunya tengah menggendong bayi. Ia begitu penasaran dengan sosok gadis asing dan bayi itu. Apakah ia saudara ibunya? Ibunya hanya pernah bercerita kalau orang tuanya meninggal saat masih kecil, kemudian ia dititipkan di rumah paman dari pihak ibu di Surabaya selama beberapa tahun sebelum pindah ke Jakarta tahun 80an. Ibunya sama sekali tak pernah bercerita kalau ia memiliki saudara perempuan. Elin menghela napas berat. Tak ada yang bisa ia tanyakan terkait masalah ini karena satu-satunya keluarga yang ibunya yang masih hidup hanyalah anak-anak pamannya yang tinggal di Surabaya itu. Mau bertanya pun enggan karena dirinya tidak dekat dengan kerabat jauhnya tersebut.

Elin membalik foto itu. Terdapat tulisan DIANA, DARA, YANA yang merupakan tulisan tangan ibunya.

Setitik air mata lolos dari mata Elin kala ia melihat foto kedua. Pada foto itu tampak ayahnya tengah menggendong dirinya yang masih bayi beserta ibunya yang tengah tersenyum dan merangkul kakaknya.

Abang ... kapan pulang?

Gadis itu tiba-tiba menggebrak meja. Tangannya terkepal erat hingga urat-urat biru menyembul. Ini jalan terakhir. Jika kepolisian, perusahaan, dan asosiasi pekerja tak bisa memberikan kejelasan di mana kakaknya berada, maka ia akan meminta bantuan mereka.

Ya, mereka. Siapa lagi selain para netizen budiman (yang terkadang barbar). Ada lagi yang bisa dimintai pertolongan kalau orang-orang yang seharusnya bertanggung jawab mencuci tangan? Berkat mereka, kucing hilang saja bisa ketemu dalam sehari, apalagi manusia? Elin langsung percaya diri.

Seperti bunga layu yang baru disemprot air, Elin segera mengikat ulang cepolan rambutnya yang longgar sebelum berkutat di depan laptop butut peninggalan kakaknya. Ia lalu membuka aplikasi burung biru di peramban. Senyum semringahnya terkembang.

Semoga ini berhasil. Semoga kakaknya bisa segera ditemukan.

Twitter, please do your magic. Telah hilang kakak saya, terakhir dilihat tanggal 7 Agustus di sekitar perkebunan kelapa sawit Bukit Tunggal. Ia mengetik pada kolom posting dengan menyertakan sebuah foto kakaknya yang sudah ditambahkan berbagai keterangan.

NAMA: ALAN IRAWAN

Ciri-ciri:

- Umur 26 tahun

- Tinggi 173 cm

- Terakhir dilihat mengenakan seragam perusahaan PT. RIMBA BUKIT UTAMA

- Rambut hitam ikal pendek

- Memiliki gingsul dan juga tahi lalat di pelipis kiri

Bagi siapa yang menemukan, mohon menghubungi nomor 0897809XXXX

Terima kasih. Elin menyertakan dua kalimat tersebut di akhir postingan.

Mencuri Tanah KahyanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang