#8 - Lelaki Lusuh

11 3 0
                                    

Elin mengerjap pelan dan mendengkus, sebal karena silau melihat cahaya lampu, ditambah tangan, leher, beserta punggungnya kebas. Ia memperhatikan sekeliling. Laptop yang menyala. Meja tamu serta sofa belel dengan robekan di sana-sini. Lemari pajangan yang tak terisi. Oh, bukan kamarnya.

Selama beberapa saat ia bengong sambil mengingat-ingat kenapa ia bisa berakhir tidur menelungkup di atas meja belajar. Penyebabnya pasti berkat dirinya asyik membaca komentar serta memilah-milah pesan masuk sampai lupa waktu. Gadis itu pun menegakkan tubuh, kemudian menelengkan kepalanya ke kiri dan kanan. Bunyi gemeretak tulang menggema, membuatnya mengaduh heboh. Tangannya yang kaku dikibas-kibaskan hingga sensasi kesemutannya hilang.

Di meja tercetak bekas air liur yang menjelejeh tanpa sengaja saat dirinya tidur. Elin mengelapnya asal dengan ujung kaosnya seraya menguap lebar. Sewaktu berdiri, ia tak menyadari ada sesuatu yang melorot dari pundaknya lalu terjatuh menutupi sandaran kursi. Ia berbalik dan terkejut mendapati selimut kotak-kotak abu-abu cokelat pemberian kakaknya.

Kapan dia mengambil selimut?

Elin meraih benda itu. Samar-samar tercium bau tidak sedap. Karena penasaran, ia mendekatkan ke hidung dan menghidu aromanya. Gadis itu sontak menjeluak. Baunya sungguh tak tertahankan; seperti telur busuk yang disimpan dalam lemari selama berbulan-bulan. Ia buru-buru berlari ke kamar mandi untuk merendam selimut itu dengan deterjen cair.

Kamar mandi dan dapur hanya sejauh dua langkah. Begitu keluar, ia bisa merasakan angin malam yang berembus melalui jendela dapur yang terbuka menerpa wajah.

Tunggu sebentar. Dia yakin sekali dirinya tak pernah lupa pesan kakaknya untuk selalu menutup menjelang jam lima sore. Namun, kenapa jendelanya sekarang terbuka? Gadis itu seketika merasakan bulu kuduknya meremang.

Di sini nggak ada hantu. Oke, di sini ngak ada hantu. Elin merapal kalimat itu dalam hati berkali-kali. Logikanya, jika unit rusunawa ini berhantu, tetangganya pasti juga digentayangi juga, kan? Masalahnya, ia tak pernah mendengar rumor menakutkan itu semenjak pindah ke tempat ini.

Tak ingin membuang waktu, Elin lekas menutup jendela dapur, mematikan laptop, dan masuk ke kamarnya dengan seluruh lampu yang dibiarkan menyala. Di ujung tempat tidur, ia meringkuk seraya menutupi sekujur badannya dengan kain sarung.

Ayo, Elin tidur sekarang. Sugestinya pada diri sendiri.

Sayangnya, sampai pagi menjelang, Elin tetap terjaga. Pikiran-pikiran parnonya tak kunjung hilang meski ia sudah berdoa, mencuci muka, dan menyalakan pemutar musik keras-keras. Masa bodoh jika suaranya tembus sampai ke unit sebelah. Ia tinggal meminta maaf pada Bu Iis dengan menyertakan alasan yang bisa ia buat spontan. Bu Iis pasti paham.

Gadis itu keluar dari kamar seperti zombie. Rambutnya awut-awutan ditambah mata berkantung dan menghitam. Hari ini, ia sudah memantapkan hati untuk menemui pemilik akun bernama FlowerTarot itu.

Kemarin, ia sudah menyelediki akun itu secara menyeluruh. Rupanya, FlowerTarot itu memiliki followers sampai sepuluh ribu lebih dengan status yang sering mendapatkan likes, retweet, dan komentar hingga ratusan. Yang lebih mengejutkan, si FlowerTarot juga memiliki akun Youtube dan Tiktok yang sangat aktif dengan tema yang tak jauh-jauh dari soal pembacaan tarot dan ramalan. Testimoni klien-klien yang meminta bantuan FlowerTarot itu pun sudah tak terhitung jumlahnya. Ada juga beberapa artis dan seleb internet yang pernah memakai jasanya.

Kalau boleh jujur, Elin bukan orang yang mudah mempercayai hal-hal semacam itu, makanya ia sempat mengira akun FlowerTarot itu penipu. Akan tetapi, sehabis merenung, tak ada salahnya mencoba. Lagi pula sampai detik ini dari sekian banyak komentar, retweet, dan pesan masuk ke akun Twitter dan ponselnya, tak ada satu pun yang mampu memberikan petunjuk.

Mencuri Tanah KahyanganWhere stories live. Discover now