2. Perjanjian

1.6K 278 19
                                    

SENDIRIAN di halte bus untuk pulang dari kantor memang menyenangkan, tidak perlu melihat banyak orang ataupun berebut tempat duduk di pemberhentian. Di atas sana awan mendung masih tidak ingin menjatuhkan bebannya. Tapi dingin ikut menyertai Haechan dalam menunggu keberangkatan selanjutnya. Dia menatap kembali jam yang melingkar pada pergelangan tangan, sepuluh menit lagi hingga bus akan sampai sesuai jadwalnya.

Kepalanya ia tengokkan ke sebelah kiri dirasakannya ada orang datang menunggu dengannya, tepat di ujung tempat duduk entah dari mana datangnya, ada satu orang wanita yang cukup mencurigakan jika dilihatnya dari penampilannya. Kacamata hitam di cuaca yang kelabu, sepatu boots hingga menutupi setengah kakinya. Dan scraft yang diikatkan pada rambutnya yang sedikit keriting. Haechan mencoba acuh dengan memainkan permainan pou di ponselnya.

Kursi berderak.

Haechan memalingkan kepala ke sebelah kiri, posisi duduk sang wanita bergeser sedikit ke arahnya. Tapi Haechan kembali acuh, ia kembali menekan tai yang dapat menghasilkan koin pada permainan. Andai mendapatkan uang semudah menjual tai seperti dalam permainan.

Kursi berderak.

Wanita itu semakin dekat dengannya, untuk sesaat Haechan dapat menangkap bahwa sang wanita tengah memperhatikan dirinya. Di sini dia mulai was-was, pura-pura dia untuk menatap kembali jam miliknya. Masih tersisa delapan menit hingga bus datang, Haechan mulai berharap bus itu segera datang.

Kursi berderak.

Saat ketiga kalinya didengar kursi berderak, Haechan langsung memalingkan wajah. Tepat saat wajah itu menghadap ke kiri, wajah wanita yang awalnya duduk di ujung kursi kini berada lima inci di depan wajahnya.

"AAAAAAA!!!!!!" Haechan hampir terjungkal ke belakang jika saja sang wanita tidak menarik tali tas yang dibawa oleh Haechan.

"Oh! Apa aku mengejutkanmu honey?" sang wanita menangkup wajah Haechan, diputarnya ke kiri dan ke kanan, "cukup manis juga, aku tidak tahu jika anakku seorang gay. Awalnya aku murka karena nama yang disebutkan anakku adalah seorang laki-laki, tapi......." sang wanita kembali menelisik, "selera anakku boleh juga. Kau manis."

Sang wanita melepaskan wajah Haechan, dia mengeluarkan catatan kecil dan satu buah bulpoint di dalam tas yang dibawanya.

"Satu poin untuk wajah manisnya." sang wanita tersenyum seperti orang mesum.

"Maaf nyonya, anda ini siapa?" Haechan sedikit memundurkan tubuhnya, dia takut jika sang wanita adalah salah satu sindikat komplotan penculik yang menjual organ tubuh dari korbannya.

"Ow, perkenalkan. Aku adalah Ny. Lee, dari keluarga Lee tempat kau bekerja anak manis. Katakan saja....aku adalah ibu dari Mark Lee." dengan percaya diri Ny. Lee melepaskan kacamata hitamnya.

Haechan merasa silau karena melihat mata dari Ny. Lee yang cantik dengan bulu mata yang amat lentik. Wajahnya putih dengan sorot mata tajam tapi lembut dipandang. Haechan tidak pernah melihat wanita secantik ini secara langsung sebelumnya. Ia terkagum dalam pertemuan pertama.

"Tunggu? Ibu dari Mark Lee? Bossku?"

Ny. Lee mengangguk, ia meraih tangan Haechan.

"Tidak perlu banyak basa basi, anakku selama sepekan ini setelah dia siuman sehabis kecelakaan, dia menabrak seekor kucing pada malam hari. Dia terus saja memanggil nama asing setiap harinya, bahkan dia tidak ingin pergi ke kantor jika dia tidak dipaksa oleh ayahnya. Tapi saat dia melihat anggota tim yang akan dipimpinnya dia sangat bersemangat. Lihat!" Ny. Lee memperlihatkan layar ponselnya, di sana ada banyak sekali foto Haechan.

"Dari mana anda mendapatkan foto saya nyonya. Bukankah itu kegiatan yang ilegal? Tunggu? Menabrak kucing?" sekarang Haechan mengingat kucingnya yang bernama Neko, siang tadi Mark juga menyebut dirinya dengan sebutan Neko.

[PRSNT 3K] - Neko-chanWhere stories live. Discover now